Jisung dan Minho sekarang sedang duduk di bangku kantin sekolah mereka. Minho yang inisiatif mengajak Jisung untuk berbicara sebentar di kantin. Menurut Minho pasti ada kesalahpahaman yang terjadi di antara mereka sehingga Jisung terlihat ketakutan oleh kehadirannya.
Jisung duduk menunduk menyembunyikan matanya yang sembab sehabis menangis. Nafasnya masih tersengal dan ia masih berusaha mengatur pernafasannya.
"Jisung-ssi, kamu tidak apa-apa?" tanya Minho dan hanya dibalas dengan anggukan pelan oleh Jisung.
Minho yang sebelumnya duduk berseberangan dengan Jisung kini berpindah posisi duduk disamping Jisung.
Ia membungkukkan badannya, berusaha untuk melihat wajah Jisung yang masih basah oleh air mata.
Kedua tangan Minho langsung menangkup kedua pipi Jisung. Menyeka air mata yang masih membasahi pipi Jisung dan mengangkat kepalanya agar mereka bisa saling bertatapan.
Ia dapat melihat aura ketakutan dari tatapan mata Jisung.
Tak dapat Jisung pungkiri, sebenarnya jantungnya kini berdegup kencang karena perlakuan manis Minho kepadanya, namun ia masih memiliki pemikiran bahwa ia akan menjadi target pembullyan selanjutnya oleh teman-teman Minho.
"Kamu kenapa ketakutan begitu padaku? Ayo cerita, gausah takut" ucap Minho sembari menatap mata Jisung berusaha meyakinkannya. Tangannya masih menangkup pipi chubby Jisung, membuatnya terlihat menjadi sangat imut.
"Jisung takut..." jawab Jisung pelan, namun bisa didengar oleh Minho.
"Hm? Takut kenapa?"
"Minho sunbaenim pasti bagian dari geng yang sering membully murid-murid tidak bersalah kan?"
Penuturan yang diucapkan Jisung barusan membuat Minho kaget dan membelalakkan matanya.
"Hey, kok kamu bisa berpikiran seperti itu sih?" tanya Minho.
"Waktu Jisung tanya arah pada sunbaenim kemarin, Jisung melihat teman-teman sunbaenim merokok. Dan juga tadi pagi, sunbaenim dan teman-teman sunbaenim pun terlihat diistimewakan oleh murid-murid yang lain sampai mereka rela mengosongkan koridor supaya teman-teman sunbaenim bisa lewat dengan leluasa" jelas Jisung.
Mendengar penjelasan Jisung, Minho terkekeh pelan. Ia mengacak rambut Jisung karena gemas dengan penuturan polos lelaki yang sekilas mirip tupai ini.
"Astaga Jisung, jadi kamu takut aku dan teman-temanku bakal membully kamu karena kamu secara terang-terangan bertanya arah padaku? Kamu merasa perbuatanmu ini lancang? Begitu?" tanya Minho dan dibalas oleh anggukan pelan oleh Jisung.
Kini Jisung hanya menunduk dan memainkan ujung seragamnya.
"Han Jisung, dengarkan baik-baik ya?"
Jisung kembali mengangkat kepalanya dan menatap mata Minho lagi.
"Kami bukan geng yang suka membully murid lain. Ya, teman-temanku memang merokok. Tapi kita bukan anak-anak nakal kok. Beneran deh!" ucap Minho.
Jisung hanya mengangguk mencoba mempercayai Minho.
"Dan melihat para murid memberi jalan pada kami setiap pagi, kami pun sebenarnya juga heran mengapa mereka bertingkah seperti itu..."
Minho sedikit memberi jeda dan mengambil nafas.
"...usut punya usut, aku pernah bertanya pada salah satu adik kelasku, dan katanya sih mereka semua suka memperhatikan salah satu anggota geng kami yang paling tampan, Hyunjin namanya. Dia benar benar di idolakan para siswa perempuan disini" lanjut Minho.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine (Minsung)
Hayran Kurgu[completed] /mʌɪn/ that which belongs to me. ini adalah cerita cinta pertama seorang siswa sekolah menengah bernama han jisung yang menyukai seseorang namun diperebutkan oleh dua orang. jadi siapa yang harus jisung pilih? minsung; woochan; changsu...