"M—maafkan k—kesalahan J—jisung k—kak hiks..." rintih Jisung sangat pelan.
Jisung mulai kesulitan bernafas. Matanya perlahan terpejam.
Changbin menyeringai. Ia merasa pertahanan Jisung mulai melemah.
"Kalau aku tidak bisa mendapatkanmu, maka siapapun tidak bisa mendapatkanmu juga" ucap Changbin tepat ditelinga Jisung.
Changbin semakin menghimpit badan Jisung diantara badannya dan tembok dingin itu.
"Maka dari itu, kau harus menjadi milikku seutuhnya, Han Jisung"
Changbin melepaskan genggamannya pada kerah leher seragam Jisung dan beralih menangkup wajah manis Jisung dengan satu tangannya.
Ia kemudian dengan cepat menghapus jarak diantara mereka. Changbin mulai mencium bibir ranum milik Jisung. Kali ini dengan kasar, tanpa ada belas kasihan.
Lelaki itu menggigit dan melumat bibir Jisung dengan kasar, membuat darah perlahan keluar dari beberapa titik di bibir bawah Jisung.
Jisung bukannya tidak mau memberi perlawanan. Ia terlalu lemah untuk sekedar menghajar Changbin.
Kedua tangan Jisung pun digenggam erat oleh satu tangan Changbin membuat Jisung tidak bisa berbuat apa apa selain menangis dan menggelengkan kepalanya.
Mata Jisung terpejam, badannya bergetar, Jisung benar-benar butuh orang lain untuk membantunya.
"Hmmph...mph"
Ia berusaha menutup giginya rapat-rapat agar Changbin tidak bisa mengambil akses atas lidahnya dan rongga dalam mulutnya.
Changbin yang mulai tidak sabaran mengalihkan tangannya yang menangkup pipi Jisung menjadi menjambak rambut lelaki itu.
"Akh—" Jisung menjerit kesakitan membuat tak sengaja giginya terbuka dan Changbin dapat menjelajah lidah dan rongga dalam mulutnya.
"K-khak—" rintih Jisung.
Changbin tidak mendengarkannya, ia fokus hanya untuk menyesap bibir manis milik Jisung.
Setelah puas menciumi Jisung secara kasar, Changbin beralih menyesap leher putih milik adik kelasnya itu.
Kedua tangan Changbin kini memblokir pergerakan kedua tangan Jisung dengan cara menahannya ke tembok disamping kiri dan kanan kepala Jisung.
Jisung merasakan geli dan basah pada leher kirinya. Ia berusaha menggigit kedua bibirnya agar suara desahannya tidak lolos ke telinga Changbin.
'Kak Chan, tolong Jisung—hiks' batin Jisung ketakutan. Ia sudah tidak memiliki tenaga lagi selain pasrah dengan permainan Changbin.
Changbin mengigit, menyesap, dan menjilati perpotongan leher Jisung. Ia meninggalkan banyak jejak keunguan disana.
Jisung hanya bisa menangis ketakutan dan ia merasa kotor atas dirinya sendiri.
Changbin terlihat berbeda didepannya. Tatapan misterius itu sekarang seperti setan yang penuh hawa nafsu.
Changbin yang telah puas menjelajahi leher Jisung kemudian melepaskan genggamannya pada kedua tangan Jisung. Ia beralih menatap badan Jisung dengan tatapan penuh nafsu.
KREK!
Dalam satu tarikan, Changbin berhasil menarik seragam Jisung hingga terbuka seluruhnya, membuat seluruh kancing seragam itu terlepas secara otomatis dan tercecer dilantai.
Jisung kaget dengan tarikan Changbin.
Changbin menarik paksa seragam Jisung dan membuangnya sembarangan setelah seragam putih itu sukses terlepas dari badan Jisung.
Jisung kemudian mendudukkan dirinya dilantai, berusaha menutupi badan bagian depannya yang telah terekspos.
"Kau akan menjadi milikku seutuhnya, Jisung-ah"
"Kak...tolong...jangan kak—hiks" mohon Jisung.
Changbin semakin bernafsu melihat badan putih Jisung. Ia menjongkokkan dirinya agar setara dengan badan Jisung dan mencium pundak Jisung pelan.
"Mari bermain bersamaku, Han Jisung"
Jisung menahan badan Changbin, namun kekuatan Jisung bukan apa apa bagi seorang Seo Changbin.
Namun belum sampai bibir Changbin menyentuh permukaan dadanya, seseorang menarik Changbin dengan kasar untuk menjauh dari badan polos Jisung.
Itu Lee Minho.
BRAK!
Dalam sepersekian detik, Minho telah membanting badan Changbin hingga terbentur pada beberapa bangku kelas.
BUGH!
Ia menghajar Changbin tanpa belas kasihan meskipun Changbin notabene adalah teman dekatnya.
Meskipun ada beberapa perlawanan dari Changbin, namun Minho dapat mengatasinya.
Jisung hanya terdiam lemas dan meringkuk memeluk kedua lututnya. Ia tahu Minho datang membantunya, namun ia tak punya kekuatan untuk sekedar membantu melerai mereka.
Ia hanya bisa menangis meratapi betapa kotornya dirinya sekarang.
"Mati kau Seo Changbin!" teriak Minho sembari memberi pukulan terakhirnya pada perut Changbin, membuat darah tersemprot secara tiba-tiba keluar dari mulut Changbin.
Suara perkelahian itu mulai mereda dengan diakhiri deru nafas yang terdengar kelelahan dari kedua belah pihak yang berkelahi.
Seo Changbin sudah terkulai lemas tak berdaya dengan darah yang mengucur dari beberapa sisi wajahnya, mulai dari pelipis, bibir, hidung, mulut dan dilengkapi juga oleh beberapa lebam di pipi dan dahinya. Penampilannya sangat mengenaskan sekarang.
"Jangan ganggu-ganggu pacarku, Bajingan" ucap Minho tegas.
Minho di sisi lain terlihat lebih baik daripada Changbin. Ia hanya mendapat beberapa lebam pada pipinya dan luka pada sudut bibirnya.
Setelah dianggap sudah tidak ada perlawanan lagi dari Changbin, akhirnya Minho berjalan mendekati Jisung yang masih terisak sembari melingkarkan kedua tangannya pada lututnya, mencoba melindungi dirinya sendiri.
"Jisung, kau aman"
To be continued!
Thanks for reading my work! I hope you can appreciate my work by voting it and giving some comment and feedback for me.Thank you. XOXO!
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine (Minsung)
Fiksi Penggemar[completed] /mʌɪn/ that which belongs to me. ini adalah cerita cinta pertama seorang siswa sekolah menengah bernama han jisung yang menyukai seseorang namun diperebutkan oleh dua orang. jadi siapa yang harus jisung pilih? minsung; woochan; changsu...