part 14: lembah kematian

30 8 0
                                    


Sambil dengerin lagu jimin park low voice, sore-sore gini hujan lagi, jadi keinget masa lalu. Ok  kembali ke ageless😂




Lembah kematian, dari namanya saja sudah menyeramkan, lembah itu penuh misteri dan kutukan siapa yang salah langkah tidak akan pernah kembali lagi.

Mungkin asha harus berhati-hati di lembah kematian karena nyawanya bisa terancam kapan saja.

Asha berjalan menyusuri hutan itu, cahaya yang masuk sangat sedikit membuat hutan itu terlihat lebih menyeramkan. Tidak ada suara kicauan burung yang merdu hanya ada suara burung gagak yang terdengar.

Tapi di lembah kematian ada berbagai bunga yang indah, dan beracun.

"Indah tapi mematikan". Kata asha saat melihat bunga beracun yang sangat indah

Asha melihat sekeliling hutan hanya ada pohon-pohon tinggi dan angin yang membuat bulu asha meremang, suasananya sangat mencekam.

"Hutan ini menyesatkan, hutan ini juga luas bagaimana caranya aku mencari matenya hans". Asha bertanya pada dirinya sendiri

Sudah sekitar 30 menit asha berjalan tapi belum menemukan tanda adanya mate hans.

Krekk...

Suara ranting kayu itu menambah kewaspadaan asha, dia bisa mati kapan saja tidak ada yang menjamin dia bisa keluar hidup-hidup.

Krekk...

Kali ini asha menoleh ke belakang tapi tidak ada apapun selain pohon, asha merasa ia membutuhkan zada saat ini, ia berharap zada akan datang dan melindunginya.

"Aaaaaaaaaa". Asha berteriak karena pergelangan tangannya dicekal seseorang

"Diamlah". Kata suara itu, sepertinya tidak asing ditelinga asha tapi suara siapa

Asha memberanikan diri menoleh ke samping dan dia kaget karena ternyata orang yang mencekal tangannya adalah drean.

"Drean?". Tanya asha pada pengawal hans itu

"Maaf nona, saya mengagetkan anda, ya saya drean mitter". Kata drean sopan kepada asha

"Tidak perlu memanggilku nona, panggil saja asha". Drean mengagguk mengiyakan permintaan asha

"Kenapa kau ada disini?". Kali ini asha dan drean berjalan beriringan, drean juga memakaikan asha hoodie tebal yang tadi dia bawa

"Aku tidak sengaja mendengar pembicaraanmu dan Yang Mulia Raja tadi pagi". Asha masih sedikit ragu apakah lelaki yang ada di sebelahnya ini benar drean, bagaimana kalau ini adalah ilusi di lembah kematian

"Aku nyata, jadi jangan menatapku seperti itu asha". Asha mengalihkan tatapannya dari drean, dia malu karena telah salah sangka

"Aku hanya memastikan saja, karena tidak ada yang menjamin hidupku di lembah ini". Asha mengatakannya dengan nada yakin

"Ya aku tahu". Asha baru menyadari bahwa drean bisa menembus portal di pintu masuk, padahal drean adalah demon lalu kenapa bisa

"Kau witch?". Asha bertanya pada drean

"Aku demon tapi setengah witch". Ternyata drean witch, pantas saja dia bisa menembus portal

"Kau juga witch kan?". Sekarang asha bingung harus menjawab apa, apakah asha harus mengaku kalau dia witch juga, mungkin asha harus jujur kepada drean mungkin sedikit berbagi tidak masalah, drean juga kelihatannya bisa dipercaya

"Kau benar rean, aku adalah witch". Asha mengaku pada rean

"Aku sudah menduganya". Terjadi kehingan antara mereka berdua, mereka memutuskan untuk beristirahat di atas pohon agar aman dari serangan binatang yang mungkin ada di hutan ini

"Apa margamu?". Tanya asha pada rean, sekarang asha dan rean berada di rumah pohon yang diciptakan dari sihir rean.

"Margaku Hood, nama panjangku Drean Mitter Hood". Jadi marganya hood ya , batin asha

Hanya keheningan yang ada setelah pembicaraan itu berakhir.

Rumah pohon yang dibuat rean cukup nyaman, ada dua kasur yang cukup sederhana. Kasur asha dan rean hanya berjarak sekitar 120 cm, terdapat jendela didekat kasur asha.

Dari jendela itu masuk cahaya bulan yang terang, dan indah rean mungkin sudah tertidur tapi asha masih enggan masuk ke alam mimpinya.

"Hutan ini aneh, kenapa disaat malam cahaya bulannya bisa seterang ini". Asha berkata sambil menatap keluar jendela dan amazing, asha melihat kunang-kunang yang banyak

"Cantik sekali". Kata asha sambil merubah poisinya yang semula berbaring menjadi duduk, dan menikmati pemandangan gratis di depannya

"Andai saja aku bisa melihat langsung, pasti lebih indah ya". Asha berguman lagi

Grrr...auuuuuuuu

Asha takut mendenar suara serigala yang berada di sekitar ruamh pohon. Dengan hati-hati asha melangkah menuju kasur rean, rean tidur dengan posisi membelakangi asha.

Rasa takut menguasai asha, dia segera masuk ke dalam selimut rean lalu dia menutup mata berharap ia cepat tertidur, tapi tidak bisa.

"Jika kau takut, bertukarlah posisi denganku, aku yang akan tidur dikasurmu". Asha sedikit tenang mendengar suara rean

"Maaf aku mengganggu tidurmu". Asha hendak beranjak tapi rean memegangi tangannya

Rean bangun dari podisinya, lalu menyuruh asha bergeser, rean juga menyelimuti asha.

Asha melihat rean sedang mengambil selimut di tempat tidur asha, rean mengucapkan mantra dan munculah guling di samping asha guling itu menjadi pembatas antara asha dan rean.

Asha POV

Rean berbaring disebelahku dan berbaring denan posisi terlentang, tangan kanannya diletakkan di atas guling itu.

"Jika kau takut peganglah tanganku". Ya ampun gentle sekali

"Tidak perlu". Aku merasa sangat berterima kasih rean sudah tidur disampingku, dia mengucapkan mantra dan kasur yang kami tiduri berubah menjadi lebih besar, cukup untuk kami berdua

"Jangan malu asha, kita kan teman". Kata rean dengan santai, tapi juga ada betulnya

"Baiklah rean". Akhirnya aku memegang lengan rean, aku menutup mata dengan memegangi lengan rean terus, aku takut dia pergi disaat aku tidur. Semoga itu tidak terjadi karena rean satu-satunya teman yang aku miliki sekarang di lembah kematian ini.




Maaf guys kalo ada typo🙏
Vote and komen😇
Makasih🤗😊
Nama pamggilan drean jadi rean ya gusy😀
See you next part🤗





_dewi hsn_❤

AGELESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang