Setibanya di Bandung, Aruna langsung disambut oleh Mama yang sudah menanti kedatangan mereka di ruang keluarga dengan senyum sumringah. Dengan cepat, Mamanya memeluk Aruna dengan hangat, pelukan Mama memang tidak ada tandingannya dan tidak akan tergantikan oleh apapun. Aruna senang karena telah mengambil keputusan yang tepat untuk pulang.
Mama mengurai pelukan mereka, "Akhirnya kalian sampai juga. I've been waiting for you two since this morning. I really miss you, Run."
"Me too, Ma. Even though a few months ago we've met in London." Aruna merangkulkan tangannya pada Mamanya yang ia rindukan. Harum Mama selalu menjadi obat penawar rindu terbaik.
"Kalian udah makan malam?" tanya Mama memandang Aruna dan Gavin secara bergantian.
"Udah, Ma. Aruna mana bisa nahan laper." sahut Gavin yang sudah duduk di sofa sambil menonton televisi. Sedangkan Aruna yang berada dirangkulan Mamanya hanya bisa mendengus kecil mendengar jawaban yang dilontarkan kakak satu-satunya itu. Padahal Gavin lah yang memohon untuk berhenti di salah satu restoran karena pria itu merasa lapar.
"Papa dimana, Ma?" Aruna mengedarkan pandangannya ke sekelililing mencari Papanya. Karena sejak ia sampai, Aruna belum melihat keberadaan Papanya sedikit pun. Padahal, Aruna sudah sangat merindukan Papanya.
Mama menggeleng samar, "Belum pulang, masih ada meeting. Kamu istirahat aja sana, Mama udah minta Bibi bersihin kamar kamu." Membuat Aruna mengangguk seraya tersenyum kecil dan berterima kasih kepada ibunya. Lalu ia pun pamit untuk tidur. Dengan langkah ringan, Aruna berjalan menuju kamarnya yang terletak di lantai dua. Sudah lama ia tidak melihat kamarnya. Terakhir kali, ia meninggalkan kamarnya itu dengan penuh isak tangis.
Sepanjang perjalanannya menuju kamar, Aruna memerhatikan keadaan sekitar rumahnya yang telah banyak berubah. Perabotannya terlihat asing namun tetap senada dengan konsep yang diusung yaitu modern-klasik.
Aruna memang terlahir dari keluarga yang kaya raya. Papanya merupakan pebisnis yang cukup disegani dan Mamanya berkecimpung di dunia desain interior. Sedangkan Gavin, dia mengikuti jejak Papa dan mendirikan perusahaannya sendiri bersama dengan teman baiknya, Varo. Varo sendiri merupakan calon suami Seana.
Oleh karena itu, Papa Aruna berharap bahwa Aruna akan pindah dan menetap di Bandung agar kelak Aruna dapat meneruskan perusahaan yang sudah dibangunnya dengan susah payah. Mengingat Gavin memilih untuk mendirikan perusahaan sendiri.
Papanya tidak mengerti bahwa Aruna sengaja memilih jalan yang sulit di London ketimbang harus berada dalam kota yang sama dengan orang itu.
***
Ketika Aruna selesai membersihkan diri, ia bergegas menuruni anak tangga sembari bersenandung kecil dan menuju ruang makan. Rupanya, meja makan pagi ini sudah terisi penuh oleh para anggota keluarga membuat senyum Aruna langsung mengembang.
Aruna segera menempati kursi kosong di sebelah Gavin dan bersiap untuk menyantap sarapannya setelah sempat bertegur sapa dengan Papa yang sejak semalam belum sempat ia temui. Papa menyambut Aruna dengan penuh kebahagiaan membuat hatinya menghangat.
"Run, hari ini kamu ada acara?" tanya Papa menatap Aruna. Melihat kerutan-kerutan yang berada di wajahnya membuat Aruna tersadar bahwa Papanya semakin berumur. Namun, ketampanan Papanya tidak pudar sama sekali.
"Aku ada janji temu sama Yaya dan Renata, Pa. Kenapa?" Aruna sendiri tengah sibuk mengoles selai rasa strawberry pada rotinya. Sekadar informasi, Aduna tidak begitu menyukai buah strawberry, rasanya cukup asam dan ia tidak menyukai sensasi tersebut tapi ada pengecualian jika itu tentang selai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Affair Love
Romance[FOLLOW UNTUK MEMBACA] DILARANG COPY PASTE!!! Setelah empat tahun berjuang dalam pelarian, kini wanita itu diharuskan untuk kembali ke kota tempat dimana ia dibesarkan. Hingga tanpa sengaja dipertemukan kembali dengan orang yang paling ingin ia hin...