Part 38 - Temu Kangen

20.2K 1.9K 226
                                    

"Papa!" teriak Rafa begitu melihat Raka berada di hadapannya dan langsung berhambur kepelukan Raka dengan semangat.

Sedangkan Tono dan Nani hanya mengawasi dari kejauhan memberi keduanya privasi, bagaimanapun Rafa perlu menghabiskan waktu hanya bersama Ayahnya.

"Rafa, do you miss me?" tanya Raka seraya membalas pelukan Rafa dengan erat. Sesekali mengecup kepala bocah kecil itu.

"Ya!" Rafa mengangguk dengan antusias.

"Papa kenapa gak nyusul Rafa dan Mama di sini? Are you okay now?" Rafa menatap Raka dengan seksama. Rafael menangkup pipi ayahnya untuk meneliti keadaan Raka.

"Ya, Papa udah sembuh. Papa kangen deh sama Rafael."

"Aku juga kangen Papa."

"Rafael seneng nggak tinggal sama Opa-Oma?"

Rafael terlihat berpikir sejenak, "Rafa seneng, tapi gak suka kalau nggak ada Papa. Papa gak mau di sini sama aku?" Rafa menatap Raka dengan wajah polosnya.

"Papa harus kerja, rumah Oma-Opa jauh dari kantor Papa. Rafa inget kan kantor Papa?" Raka mencoba memberi alasan yang sekiranya bisa dimengerti anaknya itu.

"Iya, Rafa inget. Gedungnya luas banget bisa buat main lari-larian sama om Nino sampe capek." jelas Rafa seraya menutup matanya dan tertawa, membuat Raka tertular dengan virus tawa anaknya.

Lega rasanya bisa melihat Rafa tertawa seperti ini. Andaikan Aruna ada bersama mereka, lengkap sudah kebahagiaannya. Ah bukan, andai saja Raka tidak menghianati Aruna mungkin situasinya akan berbeda.

Setelah sempat menemui mertuanya tadi dan meminta maaf sebesar-besarnya atas segala perlakuannya terhadap Aruna dan keluarga.

Kini, pikiran Raka menjadi bercabang. Erfan memintanya untuk segera berpisah dengan Aruna dan memberikan hak asuh Rafael kepada Aruna sepenuhnya. Mertuanya juga melontarkan banyak kekesalan dan kekecewaan kepadanya karena sesungguhnya, Erfan memiliki harapan tinggi kepada Raka sebelumnya.

"Harapan saya besar ke kamu tapi saya rasa benar kata orang untuk jangan berharap sama manusia. Karena setelah semua kepercayaan dan harapan saya yang sangat besar itu, dengan mudahnya kamu mengkhianati putri saya. Harusnya kamu tau, ketika kamu nyakitin hatinya, kamu juga sakiti saya sebagai ayahnya. Silahkan pergi. Saya lagi gak mau lihat kamu disini."

Begitulah sekiranya yang Erfan katakan sebelum Raka benar-benar pamit dari ruang kerja Erfan.

Raka mengelus pipi Raka dan menghela napasnya panjang. "Mama baik-baik aja kan Rafa?" Raka rindu wanitanya, sungguh. Ketika berada dalam rumah tadi, Raka tidak dapat menemukan keberadaan Aruna. Mungkin istrinya itu tengah berada dalam kamarnya di lantai dua.

"Mama? Emm.. iya. Tapi malam-malam kadang mata Mama basah atau pas selesai berdoa, itu nangis kan namanya? Tapi Mama bilang bukan. Jadi itu apa namanya Papa?"

Raka menggeleng pelan, "Hmm.. Papa juga gak tau Rafa." Raka memilih untuk tidak menjawab apapun. Ia merasa sangat bersalah dan telah berhasil menjadi orang paling brengsek sepanjang masa. Hatinya terasa tersayat begitu mendengar penuturan Rafa.

"Oma nggak ada di rumah ya?"

"Oma sama Uncle Gavin pergi. Eum.. Papa, Rafa mau dino baru. Rafa udah bosen sama mainan yang lama." Rafa menyandarkan wajahnya di dada Raka dengan manja.

Mata Raka menyipit, "Rafa kan udah punya dino baru dari Uncle Gavin." Raka mengingat saat anaknya menjenguk dirinya di Rumah Sakit, Rafa bercerita mendapatkan mainan dari Gavin.

"Bosan, Pa. I want a new toy. Dino yang baru, ayo kita beli Papa, ayo!" Rafa mencoba membujuk Ayahnya itu agar membelikannya mainan.

"Tanya Mama, boleh gak Rafa ke Mall sekarang sama Papa." Raka mencoba membuat Rafa mendapatkan izin dari Aruna untuk membawanya keluar. Namun sepertinya Aruna tidak akan mengizinkan, mengingat Rafa bertemu dengannya saja sampai harus diawasi oleh Nani dan Tono dari kejauhan.

Affair LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang