Masih ada yang nungguin cerita ini nggak? Coba angkat tangan yang masih semangat nunggu Aruna-Raka.
Belum pada lupa kan? Semoga masih inget ya. Kalau lupa, boleh baca part sebelumnya dulu buat bantu ingatannya hihihi..
Yuk, langsung aja scroll down.
•••
Dari posisinya kini, Raka dapat melihat keberadaan Nani dan Tono yang terlihat panik dan khawatir sama seperti dirinya.
Tubuh Raka begitu kaku, tangannya bahkan sudah terasa dingin hingga gemetar. Kalau sampai sesuatu terjadi, Raka tidak akan memaafkan dirinya sendiri. Karena bagaimana pun juga, pertengkaran mereka dua hari lalu pasti turut mengambil andil dalam kondisi Aruna saat ini.
Nani yang menyadari keberadaanya sempat menghampiri dan menjelaskan kronologi sesingkat mungkin kepada Raka sebelum Raka bergegas menemui Aruna.
Namun belum sempat masuk, langkah Raka tertahan oleh dokter yang hendak keluar karena baru saja menangani Aruna.
"Gimana kondisi istri saya, Dok?" tanya Raka dengan suara yang berat. Tanpa sadar, ia menahan napasnya.
Sebelum menjawab, Doket menutup pintu kamar inap Aruna terlebih dahulu. "Kondisinya cukup lemah, kekurangan nutrisi, dan ibu sepertinya banyak pikiran. Kalau bisa, itu dicegah, Pak. Ibu hamil itu pada dasarnya nggak boleh stress, harus happy, enjoy selama kehamilan tanpa memikirkan yang berat-berat. Tekanan darahnya juga rendah. Asupan yang masuk juga perlu lebih diperhatikan lagi agar gizinya terpenuhi mengingat itu faktor yang cukup penting, Pak."
Setelah berbincang dengan dokter, Raka akhirnya ke dalam kamar inap Aruna, dilihatnya Aruna yang menangis dalam diam. Sungguh, sakit rasanya melihat keadaan Aruna seperti ini. Tapi Raka juga tidak bisa berbuat banyak, di saat dia lah orang yang menyebabkan seluruh kekacauan ini.
Bila memang perpisahan bisa membuat Aruna bahagia... Raka mungkin harus benar-benar siap kehilangan wanita yang telah berada disisinya selama bertahun-tahun lamanya.
Perlahan Raka mengambil posisi duduk di samping tempat tidur Aruna dan meraih tangan Aruna seraya menggenggamnya. "Run, bayinya baik-baik aja kok, dia kuat karena kamu juga kuat." ujar Raka dengan suara sedikit bergetar.
Diam-diam, Raka berdoa agar calon bayi mereka bisa kuat dalam keadaan apapun karena jelas saja kehamilan Aruna kali ini terasa lebih berat.
Aruna masih saja menangis ketika mendengar suara Raka. Rasanya sudah lama Aruna tidak melihat dan mendengar suara pria itu. Ada perasaan lega bahwa bayinya baik-baik saja, juga ada rasa sesak yang begitu terasa mengetahui Raka ada di sisinya setelah dua hari pria itu hilang dari peredaran.
"Dokter bilang kamu gak boleh banyak pikiran karena sekarang di tubuh kamu ada makhluk kecil yang butuh perhatian.. dari kita." Raka terdiam sejenak ketika merasakan napasnya tercekat, sebelum kembali mengatakan, "Aku.. minta maaf ya. Dua hari lalu aku kebawa emosi, aku—"
"Mana Rafael?" cicit Aruna, air matanya terus berjatuhan tanpa bisa dicegah. Entahlah, tapi keputusan Raka untuk pergi begitu saja selama dua hari setelah pertengkaran mereka sedikit banyak menguras jiwa dan raganya.
"Di rumah. Besok aku bawa Rafa ke sini." Raka terdiam sejenak. "Aku temenin kamu malam ini, boleh ya?" tanya Raka dengan suara rendah yang tak kunjung mendapat jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Affair Love
Romance[FOLLOW UNTUK MEMBACA] DILARANG COPY PASTE!!! Setelah empat tahun berjuang dalam pelarian, kini wanita itu diharuskan untuk kembali ke kota tempat dimana ia dibesarkan. Hingga tanpa sengaja dipertemukan kembali dengan orang yang paling ingin ia hin...