Part 17 - Hot Under The Collar

57.2K 3K 68
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya. Satu vote sangat berarti untuk saya. Itu tanda bahwa kalian mengapresiasi cerita ini.

Happy reading all:)



•••




Aruna sampai di sebuah Restoran masakan Cina pilihannya sebagai tempat untuk bertemu Raka. Tiga jam yang lalu, Aruna memang sempat menghubungi Raka dan meminta untuk bertemu. Sehingga Aruna segera memesan private room sebagai tempat yang dapat melindungi privasi mereka. Aruna juga dengan pengertian memilih restoran yang jaraknya tidak jauh dari Kantor Raka.

"Jadi ada apa kamu minta ketemu, Run?" tanya Raka langsung pada intinya saat ia sudah duduk di hadapan Aruna.

Aruna tersenyum tipis. "Let's eat first." Aruna mempersilahkan Raka untuk menyantap makanan yang sudah tersedia, sebelum mereka benar-benar mengobrol.

Raka melirik makanan yang sudah tersaji di atas meja lalu mengangguk menuruti perkataan Aruna. Kemudian mereka mulai makan dalam damai. Masing-masing sibuk dengan kegiatannya.

"So, what do you want to talk about?" tanya Raka ketika mereka berdua telah selesai menyantap makanan.

Aruna menarik napasnya dalam-dalam. Perbincangan ini sangat mungkin terjadi pertikaian tapi bagaimana pun juga, Aruna merasa ia harus mengatakannya.

"Aku mau bicarain tentang pernikahan."

"Meaning? Menurutku gak ada yang perlu dibahas."

"Tapi aku ada." Aruna memberi jeda sejenak, "Aku mau kita bikin prenuptial agreement."

Raka menaikkan sebelah alisnya, pria itu dengan heran menatap Aruna yang tiba-tiba meminta perjanjian pra-nikah, "Buat apa? Kamu sudah berencana untuk berpisah?" tanya Raka dengan tenang.

"Prenuptial agreement itu bukan berarti berniat cerai. It can protect our assets in case something happens in the middle of our marriage. Mengingat kita nggak pernah tau apa yang bakal terjadi nanti."

"Maksud kamu, takut aku selingkuh?"

Aruna mengedikkan bahunya. "Well, nggak ada yang tahu, kan?"

"Aku gak setuju. Sign a prenups seolah-olah kamu berniat berpisah dan membuat pernikahan seolah nggak seserius itu. Ini pernikahan, Run. Gak bisa kamu main-mainin. Pernikahan itu sakral bukan bisnis yang memperhitungkan uang. It's like.. you're very money oriented, Run. No offense, ya."

"Dengerin dulu. Prenuptial agreement itu bukan berarti aku berniat untuk berpisah. Dan pembahasannya bukan soal pembagian harta aja kok. Banyak yang bisa dimasukin di prenups. Contohnya, hak-hak dan tanggung jawab masing-masing pihak. Kita bisa tentuin isinya sesuai yang kita sepakati nanti. Kalau kamu masih ragu besok kita bisa konsultasi ke notaris bareng-bareng. Prenuptial agreement ada banyak manfaatnya, trust me."

Aruna paham bahwa ada beberapa pihak yang menganggap negatif terhadap prenuptial agreement ini, salah satunya adalah Raka. Tapi, bagi Aruna membuat perjanjian ini bukan berarti dirinya berniat negatif bahwa suatu saat nanti mereka akan berpisah, hanya saja, perjanjian itu bertujuan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dan Aruna berharap Raka mau mempertimbangkan dan mendengarkan alasannya menginginkan hal ini.

Toh, Aruna nggak bisa menutup mata bahwa angka perceraian semakin naik setiap tahunnya. Dan Aruna merasa perjanjian pra nikah itu perlu untuk mereka berdua sebagai pegangan kalau-kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, seperti bangkrut dan lain-lain. Dan baginya, prenuptial agreement itu penting. Banyak hal bisa dicantumkan, apalagi soal hak asuh anak, konsekuensi kalau pasangan berkhianat, KDRT, dan lain-lain. Mengingat Raka dulu pernah.. ah sudahlah.

Affair LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang