Terlihat wanita cantik itu berjalan sembari memantapkan hatinya untuk tetap tenang. Meski bibirnya sedari tadi tak henti-hentinya memanjatkan doa, untuk kesiapan dirinya menghadapi Bos barunya. Sedangkan di tangan kanannya ada beberapa map, yang banyak di antaranya berwarna merah. Yang akan wanita itu berikan pada atasannya, untuk dimintai tanda tangan.
Son Wendy, nama wanita cantik yang tengah berjalan itu. Yang kerap dipanggil dengan Wendy, di daerah sekitar rumahnya. Hari ini adalah hari pertama Wendy bekerja, setelah sekian lama menunggu persetujuan dari pertama wanita itu interview, akhirnya Wendy bisa bekerja di Perusahaan yang diinginkannya selama ini. Meski ia sendiri merasa aneh, kenapa di Perusahaan tempatnya bekerja ini harus memiliki peraturan nyeleneh. Itu karena Karyawan wanita di sini diharuskan berpenampilan seksi dan menarik, tidak hanya dari segi wajah, Karyawan wanita juga dituntut berpakaian yang menonjolkan lekuk tubuh. Contohnya saja seperti yang ia kenakan sekarang, kemeja pres body dan rok mini di atas dengkul.
Sebenarnya bukan hal mudah untuk wendy lakukan, berpakaian seksi selayaknya anak kota metropolitan jaman sekarang. Karena wanita berambut panjang itu terbiasa hidup di daerah pinggir kota, di mana kesopanan cara berpakaian masih sangat dipertahankan. Tapi mau bagaimana lagi, ia harus tetap melakukannya meski dengan rasa sangat amat terpaksa. Bukan tanpa alasan Wendy mau bekerja di Perusahaan tersebut, selain karena passionnya ada di sana, Perusahaan tempatnya bekerja itu juga sangat dekat dengan tempat di mana Tunangannya bekerja.Namanya Park Jimin, laki-laki sederhana yang sudah meminangnya hampir setahun yang lalu. Yang saat ini sudah sah menjadi Tunangannya sejak saat cincin yang Jimin berikan, disematkan pada jari manisnya wendy. Wajah Jimin sendiri tidak bisa dikatakan tampan tapi juga tidak bisa dikatakan jelek, meski begitu Wendy tidak menilainya dari sana. Karena Wendy sudah jatuh cinta dengan laki-laki sederhana itu, dari caranya menghormati wanita dan ketaatannya akan agama. Ya, sosok Jimin sendiri memang lugu dan santun, membuat Wendy begitu mudah menerima pinangannya bahkan tanpa berpikir panjang lagi pada saat itu.
Tinggal beberapa bulan lagi, Wendy akan menikah dengan Jimin. Membuat darah wanita itu serasa berdesir dan memanas bila mengingatnya, terlebih membayangkan bagaimana bila nanti mereka sudah menikah dan menjalani kehidupan rumah tangga. Rasanya Wendy sudah tidak sabar menunggu hari itu, hari di mana Jimin menjabat tangan Ayahnya sembari melontarkan kata-kata janji suci pernikahan yang indah.
"Astaga. Aku harus fokus pada pekerjaanku sekarang! Dan bisa-bisanya aku justru membayangkan pernikahanku dengan Mas Jimin yang sebentar lagi akan digelar." Wendy menggerutu pelan sembari kembali memantapkan hatinya untuk menemui Bosnya kali ini. Sampai saat Wendy melihat pintu bertuliskan Ruang CEO tidak jauh dari tempatnya, membuat ia segera melangkahkan kakinya untuk segera mengetuk pintu tersebut.
"Permisi Pak," sapa Wendy dari balik pintu sembari mengetuk papan kayu tersebut.
Namun, ia justru tidak mendapat sahutan dari dalam, membuat keningnya mengkerut merasa bingung dengan apa yang harus dilakukannya sekarang. Meski pada akhirnya, wendy mencoba lagi untuk mengetuk pintu dan menyapa Bosnya dengan nada sedikit lebih tinggi.
"Permisi, Pak." Lagi, wendy tidak mendapat sahutan lagi kali ini, membuat ia berpikir bila Bosnya tidak ada di ruangannya kali ini. Sampai saat ia memutuskan melangkahkan kakinya, untuk kembali ke meja kerjanya.
"Tapi ... kata Mba Irene, Bos ada di ruangannya kok. Apa aku masuk saja ya?" gumam Wendy pelan, sembari menatap pintu berbahan kayu itu dengan sorot mata keraguan. Meski pada akhirnya kakinya melangkah juga ke arah sana dan membuka pintu tersebut
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Really Bad Boy [ COMPLETED ]
Romance(Konten 21++) "Dia mengambil keperawananku dengan paksa. Kini aku mengandung anaknya" - Wendy Bagaimana kehidupannya setelah itu? Akan kah Wendy bisa bahagia.