.
.
.
.
.
.
.
.
.Wendy menatap tak percaya, ke arah tumpukan file yang berada di atas mejanya. Begitu banyak dan menggunung, seolah akan roboh hanya dengan sekali tiup saja. Membuat Irene yang baru datang seketika menaikan salah satu alisnya, melihat raut wajah lesuh Wendy kala melihat pekerjaannya yang begitu menumpuk.
"Wah, sepertinya kamu harus lembur, Wendy" Tiba-tiba Irene berbicara dengan nada takjub, membuat Wendy menoleh ke arahnya dengan sorot mata malas sekaligus kian tak percaya.
"Kenapa pekerjaanku banyak sekali, sedangkan pekerjaanmu hanya sedikit?" Wendy bertanya tak terima, yang justru ditanggapi tawa oleh Irene.
"Tentu saja, itu karena aku membawa sebagian pekerjaanku ke rumah kemarin." Irene menjawab santai sembari duduk di kursi kerjanya.
"Tapi kan kemarin hari libur?" Wendy menyahut tak habis pikir, sembari mendudukkan tubuhnya di kursinya diiringi tatapan kesal ke arah file-file yang menumpuk di atas mejanya.
"Karena kemarin hari libur, makanya aku membawa sebagian pekerjaanku ke rumah. Karena aku tahu, setelah aku kembali bekerja besoknya, pekerjaanku akan menumpuk dua kali lipat dari biasanya." ucap irene
"Itu sama saja kita tidak memiliki hari libur, mba irene. Dan itu artinya, kita dituntut bekerja setiap hari. Yang benar saja?" ucap Wendy
"Itu lah konsekuensi bekerja di perusahaan yang sedang berkembang pesat, Wendy. Sudah lah, lebih baik kamu mulai saja pekerjaanmu! Semakin cepat kamu kerjakan, semakin cepat juga kamu pulang." Wendy tidak bisa menjawab apa-apa, selain mengambil map pertama untuk segera ia kerjakan.
"Wendy." Suara seorang wanita menginterupsi Wendy untuk menoleh ke asal suara, diiringi tatapan tanpa minat dari ke dua matanya. Ya wanita itu Jihyo, karyawan seksi yang suka menggoda setiap karyawan pria disana.
"Apa?" ucap Wendy agak sebal
"Kamu dipanggil Pak Yoongi" kata Jihyo dengan nada centilnya
"Untuk apa?" Tanya Wendy
"Entah lah. Pak Yoongi tidak mengatakannya akan hal itu, tapi yang pasti kamu harus ke ruangannya sekarang." Kata Jihyo
"Astaga, laki-laki itu." Rasanya Wendy ingin sekali mengumpat marah, saking banyaknya kesialan yang sedang menimpanya hari ini. Dan entah kesialan apa lagi yang harus Wendy terima, bila bosnya yang Psikopat itu memanggilnya lagi hari ini.
"Baik lah. Terima kasih." Meski sedang marah, tapi sebisanya Wendy bersikap ramah ke semua orang di sana, termasuk ke wanita yang biasa dipanggil Jihyo itu.
"Hm." Wanita itu menjawab seadanya lalu berlenggang pergi dari hadapan Wendy saat ini. Sedangkan Irene yang mendengar pembicaraan mereka, seketika menoleh ke arah Wendy dengan sorot mata bertanya.
"Pak Yoongi mencari kamu lagi?" Irene bertanya yang diangguki tak suka oleh Wendy.
"Dasar, bos menyebalkan. Apa dia tidak tahu, kalau pekerjaanku sedang menumpuk hari ini? Bisa-bisanya dia mencariku di saat seperti ini," gerutu Wendy kesal.
"Dari pada menggerutu, lebih baik kamu berdoa saja! Kalau Pak Yoongi tidak akan menggodamu lagi kali ini." Irene menyahut sarkastik, membuat Wendy ingat bila bosnya itu bukanlah bos seperti kebanyakan orang.
"Aduh, bagaimana ini Mba Irene? Aku takut Pak Yoongi bersikap kurang ajar lagi padaku. Atau jangan-jangan ... Pak Yoongi akan balas dendam padaku?" Wendy terlihat takut
"Balas dendam karena apa?" Tanya Irene
"Kemarin aku membentaknya mba" jawab Wendy
"Tamat riwayatmu, Wendy. Untuk apa kamu membentak Pak Yoongi? Dia kan orangnya tidak bisa dibentak." Ucap Irene dengan nada tak percaya, temannya membentak bosnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Really Bad Boy [ COMPLETED ]
Romance(Konten 21++) "Dia mengambil keperawananku dengan paksa. Kini aku mengandung anaknya" - Wendy Bagaimana kehidupannya setelah itu? Akan kah Wendy bisa bahagia.