33

3.1K 132 1
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Happy Reading 😘😘😘

Dalam kebimbangannya, Yoongi merasa begitu frustrasi karena saat ini Wendy benar-benar pergi meninggalkannya, sedangkan kondisi Yoongi sendiri tidak bisa mengikuti jejak istrinya karena ancaman wanita itu sendiri. Sampai saat Yoongi berpikir untuk menghubungi seseorang, seseorang orang yang mungkin bisa membantunya di saat-saat seperti ini.

"Hallo." Yoongi menyapa seseorang yang berada di seberang sana setelah panggilannya diterima

"I-iya. Kenapa ... Yoon?"

"Kamu harus pulang ke Indonesia sekarang, karena wanita itu sudah membuat keluargaku hancur. Awas saja, bila kamu tidak menemuiku besok. Akan kubunuh kamu, di mana pun kamu berada." Setelah mengatakan ancamannya, Yoongi mematikan sambungan panggilannya secara sepihak.

Dengan perasaan yang sudah tak karu-karuan, Yoongi menarik rambutnya ke belakang, merasa bingung harus melakukan apa sekarang. Sedangkan saat ini, Wendy sudah pergi meninggalkannya, membuat Yoongi merasa marah sekaligus kesal secara bersamaan. Terlihat dari caranya menatap nyalang sekelilingnya, lalu mengobrak-abrik semua barang yang berada di kamarnya.

"Argh ... wanita sialan. Awas kamu, akan kubunuh kamu bila kamu tidak mengakui kebohonganmu!" geram Yoongi begitu marah, setelah melampiaskan rasa kesalnya.


******

Di dalam langkahnya, setelah benar-benar keluar dari rumah suaminya, Wendy menangis kian menjadi. Ia merasa lelah sudah berpura-pura kuat di depan Yoongi, lelaki yang begitu tega mengkhianatinya. Rasanya, Wendy sampai tidak bisa berpikir lagi, bagaimana mungkin ia begitu mudahnya tertipu oleh lelaki bajingan semacam Yoongi.

Padahal Wendy sudah sangat mengenalnya, bila Yoongi adalah lelaki bajingan yang sudah merenggut kebahagiaannya. Tapi kenapa, Wendy sempat terlena oleh janjinya, dan bahkan sekarang hatinya sudah cukup mencintai lelaki itu.

"Aku benar-benar bodoh, karena sudah percaya dengan seorang bajingan." Wendy bergumam frustrasi, sembari berjalan lirih dengan menggeret satu koper di tangan kanannya. Sampai saat kepalanya yang terasa pusing, kini kian terasa berdenyut sakit, membuat pandangan Wendy goyah dan buram di waktu secara bersamaan.

"Aduh, kepalaku ...." Wendy bergumam lirih, sembari memijit keningnya yang terasa kian sakit saat mentari begitu hebat menyerang dengan cahayanya.

"Aku harus duduk dulu." Wendy kembali berjalan ke arah kursi, yang tempatnya tidak jauh dari keberadaannya.

Cukup lama, Wendy duduk di sana, untuk mengistirahatkan tubuhnya yang begitu lemah. Sampai saat suara klakson mobil terdengar, membuat Wendy segera menoleh ke asal suara, mencari tahu sosok siapa yang berada di dalamnya.

"Apa itu Yoongi?" gumam Wendy gelisah, sembari mendirikan tubuhnya untuk segera menjauh dari tempatnya.

"Wendy, tunggu!"Suara lelaki kini terdengar, membuat Wendy menghentikan langkahnya, mengingat siapa pemilik suara tersebut, karena rasanya Wendy pernah mendengarnya.

"Siapa?" tanya Wendy lirih, ke arah seseorang yang kini sudah berdiri di hadapannya, namun masih sangat susah Wendy kenali karena rasa pusing di kepalanya, membuat pandangannya sedikit mengabur.

"Ini aku, Wendy. Dokter Jin, dokter yang sempat merawatmu di rumah sakit dulu. Kamu masih mengingatku kan?" tanya lelaki berkaca mata itu penuh harap, yang kali ini ditanggapi mengerti oleh Wendy.

"Oh, Dokter Jin? Saya masih mengingat anda kok, Dok. Tapi, saya sekarang harus buru-buru pulang. Maaf, saya harus pergi dulu." Wendy menjawab lirih, lalu berjalan kembali, meninggalkan Jin yang terdiam menatap punggungnya.

Really Bad Boy [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang