19

3.1K 167 3
                                    

.
.
.
.
.
.
.

Happy reading 😘😘😘

Wendy berjalan tanpa minat ke arah dapur, untuk menghampiri bundanya yang saat ini sedang memasak. Sebenarnya, Wendy tidak ingin melakukan apa-apa hari ini, karena yang ingin ia lakukan sekarang hanya terdiam dan merenung atau membayangkan masa-masa indahnya bersama Jimin.

Yang sayangnya sekarang, lelaki itu bukan menjadi miliknya lagi, melainkan milik Seulgi, sahabat baiknya sendiri. Rasanya bila mengingat kenyataan itu, Wendy ingin kembali menangis dan menyendiri di kamarnya yang sunyi. Tapi lagi-lagi permintaan bundanya tidak bisa Wendy bantah, terlebih karena sekarang di kamarnya ada Yoongi.

"Bagaimana dengan Nak Yoongi, sudah kamu antar ke kamarmu?"

"Sudah, Bunda." Wendy menjawab seadanya sembari mengupas beberapa bawang yang tergeletak di atas telenan.

"Wendy" panggil sang bunda ragu-ragu.

"Iya, Bunda. Ada apa lagi?" Wendy menjawab tanpa minat, seolah tak lagi memiliki semangat untuk mengobrol kali ini, padahal mereka sudah tak bertemu lama.

"Kamu serius akan menikah dengan Nak Yoongi?" Pertanyaan bundanya nyatanya mampu membuat Wendy terdiam tanpa mampu menjawab. Karena Wendy sendiri juga merasa bingung, harus menikah atau tidak dengan lelaki itu. Namun sepertinya sekarang Wendy juga tidak memiliki pilihan lain lagi, karena memang Jimin, lelaki yang sangat dicintainya itu sudah menikah, tidak mungkin bila Wendy bisa bersamanya.

"Bunda lebih setuju bila kamu bersama dengan Jimin saja, dia kan anaknya baik."

"Tapi kan Mas Jimin sudah menikah dengan Seulgi, Bun."

"Iya sih. Tapi sebenarnya Bunda ingin menanyakan hal ini tadi, tapi Bunda tidak enak hati dengan Nak Yoongi. Bunda mau tanya, kenapa kamu harus membatalkan pernikahanmu dengan Jimin? Bunda kan tidak bisa mendapatkan menantu yang baik seperti dia." Wendy lagi-lagi dibuat terdiam, memikirkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan Bundanya.

Andai Bundanya tahu, bila kehormatannya sudah direnggut, yang membuat Wendy harus rela melepas Jimin, karena Wendy pikir bila dirinya memang sudah tidak pantas lagi untuk bersama dengan lelaki itu.

"Sudahlah, Bunda. Wendy tidak ingin membahas hal ini, biar Wendy saja yang menyimpan alasannya, kenapa kami harus berpisah." Wendy menjawab dingin, seolah ucapannya tidak ingin lagi dibantah. Sedangkan sang bunda hanya tersenyum tipis lalu mengangguk mengerti dengan keinginan putrinya itu.

"Iya, Bunda mengerti kok. Maafkan Bunda ya," jawab wanita itu tulus, membuat Wendy merasa bersalah karena sudah menutupi kebohongan dari bundanya.

"Maaf Bunda, Wendy ingin menyendiri dulu," ujar Wendy tiba-tiba diiringi matanya yang sudah mulai berkaca-kaca, sampai saat Wendy menghentikan kakinya setelah sudah melangkah beberapa senti. Karena saat ini, mata indahnya yang sudah menumpahkan isinya itu justru melihat Yoongi yang berdiri di depannya sembari tersenyum tipis.

"Yoon... Gi? Kamu ... sudah lama berada di situ?" Wendy bertanya ragu sembari menghapus air matanya dari pipi lusuhnya, sedangkan Yoongi justru menggeleng pelan tanpa mau melunturkan senyum tipisnya.

"Tidak kok"  jawab Yoongi seadanya, yang tentu saja semua itu bohong. Karena pada kenyataanya, Yoongi sudah cukup lama berada di sana dan mendengar keluh kesah Bundanya Wendy

"Oh ada Nak Yoongi?" Bundanya Wendy sempat terkejut, menyadari kehadiran Yoongi yang sudah berdiri tidak jauh dari ia dan putrinya mengobrol. Membuat wanita itu merasa tak enak hati dengan Yoongi kali ini.

"Iya, Tante."

"Ada apa? Mencari Wendy ya?" tebak wanita paru baya itu sembari tersenyum canggung.

Really Bad Boy [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang