.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Happy reading 😘😘😘
Silau sinar mentari dari balik tirai rumah sakit, nyatanya mampu membuat Yoongi tertanggung, meski tidurnya sempat pulas, saking lelahnya ia menunggu Wendy sepanjang malam. Sampai saat matanya sepenuhnya terbuka, menampilkan ruangan luas bercat putih dengan bau khas obat-obatan.
"Di mana Wendy?" gumam Yoongi terkejut, kala tak mendapati wanita yang semalaman terbaring di atas ranjang ruangan tersebut.
"Astaga, wanita itu." Yoongi menggeram marah sembari berjalan ke sembarang arah untuk mencari keberadaan Wendy termasuk di kamar mandi. Namun, tidak ada satu pun orang yang Yoongi temui di sana. Membuatnya kian marah dan berpikir bila Wendy sengaja pergi untuk kabur darinya.
"Awas saja bila dia memang ingin kabur." Yoongi kembali bergumam, dengan ekspresinya yang sangat terlihat emosi. Sampai saat suara knop pintu tertarik, membuat Yoongi seketika menoleh ke asal suara untuk menanti siapa gerangan yang datang.
"Oh, Pak Yoongi sudah bangun?" Seorang suster dengan ekspresi ramahnya, membuat Yoongi menaikan salah satu alisnya dengan sorot mata bingung.
"Di mana Wendy?"
"Tadi dibawa Suster Joy ke taman, Pak. Saya ke sini ingin membangunkan Pak Yoongi, karena Nona Wendy pasti sedang sendiri di sana. Kan Suster Joy masih banyak pekerjaanya ...." Suster tersebut tak melanjutkan ucapannya, karena Yoongi segera pergi tanpa ada kata pamit sebelumnya.
"Keponakannya yang punya rumah sakit itu songong sekali. Ganteng sih, tapi enggak punya sopan santun. Bilang terima kasih kek, atau setidaknya pamit pergi dulu lah. Menyebalkan."
******
Wendy dibuat terdiam, kala matanya menatap taman indah di depannya. Memang benar, apa yang dikatakan perawat yang saat ini tengah mendorong kursi rodanya. Rasanya memang begitu menenangkan, di mana banyak bunga yang bermekaran di sana. Selain ada berbagai bunga mawar yang Wendy tahu, di taman tersebut juga ada berbagai bunga yang memang belum Wendy temui sebelumnya.
Menyenangkan, saat roda yang ditumpangi Wendy semakin masuk ke dalam memasuki taman. Terlebih lagi, banyak orang-orang yang begitu asyik bermain, padahal hari masih bisa dikatakan pagi. Membuat bibir Wendy tersenyum, menatap kegembiraan mereka yang seolah tak memiliki beban. Padahal, mereka sedang sakit, tubuh mereka lemah bila dibandingkan dengan yang lain di luaran sana.
"Nona Wendy, saya tinggal dulu ya? Karena saya akan ke bagian makanan, untuk mengambilkan anda sarapan." Wendy hanya mengangguk pelan, kala perawat itu berpamitan ingin pergi.
Di dalam kediamannya, Wendy benar-benar menikmati suasana pagi di taman tersebut. Rasanya, beban pikiran yang sempat membelenggunya seolah musnah seiring matanya menjelajah ke sembarang arah, di mana banyak bunga yang begitu indah bermekaran di setiap sudut. Sampai saat Wendy berpikir untuk menjalankan kursi rodanya, karena Wendy belum pernah memakainya, Wendy dibuat cukup kesusahan, terlebih lagi kedua tangannya yang masih terluka dan diinfus, membuatnya semakin kesusahan menjalankan kursi rodanya. Sampai saat kursi roda yang ditumpanginya serasa ringan berjalan, seolah ada orang yang mendorongnya.
"Selamat pagi, Wendy." Suara seseorang yang cukup familiar di telinganya itu menyapa hangat, membuat Wendy seketika menoleh ke arah belakang dan mendapati dokter Jin di belakangnya tengah mendorong kursi rodanya.
"Dokter ... Jin? Kenapa bisa ada di sini?" Wendy bertanya sopan meski ada keraguan di beberapa bagian kalimatnya.
"Kan saya Dokter di sini, tentu saja saya akan ada di rumah sakit ini." Jin menjawab tenang, sembari fokus mendorong kursi roda Wendy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Really Bad Boy [ COMPLETED ]
Romance(Konten 21++) "Dia mengambil keperawananku dengan paksa. Kini aku mengandung anaknya" - Wendy Bagaimana kehidupannya setelah itu? Akan kah Wendy bisa bahagia.