Chapter 22 - Cepat kembali

3.4K 186 9
                                    


Senyum manis Bella terus terbayang di kepala Ezio, memberikan efek buruk untuk pria itu sampai-sampai dia tak pernah fokus dan sulit memejamkan mata.

Rasanya ada yang bergetar di dalam hatinya saat melihat wanita itu berada di dekatnya. Apa yang sedang terjadi kepadanya, reaksi tubuhnya begitu bertolak belakang dengan egonya sendiri.

Ada rasa sesak saat melihat Bella menangis kala itu di pelukannya, Ezio tidak menyangka jika Romeo yang ada di pikiran wanita itu.

Ya, Bella kini telah menjadi milik Romeo. Kakak kandungnya. Dan mereka terlihat saling mencintai.

Ezio kira Romeo telah mempunyai kekasih, nyatanya dia menyukai pelayannya sendiri. Lalu, ada yang mencubit hatinya. Seperti tidak rela, namun harus merelakan.

Dia menekankan dalam hati bahwa dirinya tidak benar-benar menyukai wanita itu, Bella hanyalah seorang pelayan mana mungkin Ezio menyukai pelayan itu? Mustahil..

Look, Ezio adalah pria bad boy kelas kakap dan wanita yang menjadi kekasih atau sekedar teman kencan sekelas model, kaya raya seperti dirinya. Tentu!

Lalu mengapa Bella selalu menganggu dirinya seperti ini, Ezio menjadi lebih pendiam dan hanya ingin bekerja menuruti apa kata Romeo.

Sikap Ezio memang sangat bertolak belakang dengan Kakaknya, Romeo. Namun Ezio menyayangi Kakaknya walaupun keinginan dan hidup Ezio selalu saja di atur Romeo.

Ezio tidak keberatan akan itu. Bisa saja itu semua untuk kebaikannya sendiri.

Lamunan Ezio seketika buyar saat seseorang masuk ke dalam kamarnya tanpa mengetuk terlebih dahulu, membuat Ezio ingin sekali melemparkan sumpah serampah kepada orang yang telah menganggu lamunannya.

Mata Ezio langsung membulat sempurna dan seakan duduk terdiam saat wanita berpakaian minim membawa koper yang sangat besar ke dalam kamarnya.

"Chiarra, what are you doing?!" Ezio setengah berteriak membuat Chiarra gadis cantik seperti barbie itu menutup kedua telinganya.

"Diamlah manusia lintah!" ucap Chiarra mendesis tak suka dan dia langsung menaiki ranjang Ezio. Berjalan terseok menandakan wanita itu sangat lelah.

Pria itu langsung bangkit dari sofa yang berada di dalam kamarnya, menghampiri wanita itu. Ia berjalan seraya bersedekap di hadapan Chiarra yang sedang melepas sepatunya yang tinggi.

"Ada apa kau menyusulku?" Tanyanya tanpa basa-basi atau hanya sekedar menanyakan kabar, Ezio langsung to the point.

"Jika bukan mendapatkan mandat pun aku tidak akan menyusulmu." jawab Chiarra dengan bibir di maju-majukan seakan malas menjawab pertanyaan Ezio.

"Lalu siapa yang menyuruhmu?"

"Ibumu, Aunty Jasmen menyuruhku untuk menyusulmu."

"Mengapa Mom tidak memberi tahuku, aku kan bisa menjemputmu di bandara jika tahu." Ezio berdecak sebal.

"Kejutan.. Mungkin saja dia ingin memberikanmu kejutan, karena aku akan menemanimu selama di Milan." Chiarra memekik senang bisa berada di negara kesukaannya ini.

Ezio menggaruk kepalanya, Chiarra datang itu pertanda dia tidak bisa bebas kemanapun dia pergi. Ini akan menjadi kesialan bagi pria itu.

Atau berkencan dengan wanita malam di Milan, jelas itu tidak akan terjadi lagi saat Chiarra ada di sini. Wanita itu akan bersikap seolah monster jika Ezio berbuat macam-macam.

Wanita itu pandai mengadu.

"Aku harus mandi dan tidur, perjalanan yang menguras tenaga huh!!" Chiarra berkata seraya berjalan memasuki kamar mandi yang ada di dalam kamar Ezio.

SQUILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang