Chapter 15 - Mawar Merah

2.8K 206 8
                                    

Romeo berjalan bersama dengan Luke yang tengah mengikutinya dari belakang, seketika pria dengan pesona yang tidak bisa di elakan itu berhenti berjalan, membuat Luke pun ikut memberhentikan langkah kakinya.

"Apa ada yang tertinggal tuan?" tanya Luke mengerutkan dahinya saat tiba-tiba tuannya berhenti melangkah secara tiba-tiba.

Romeo menggeleng dan menoleh kepada Luke, "Tidak, hanya saja sudah sering kali aku mengatakan agar kau tidak berjalan di belakangku. Berjalanlah bersama di sampingku Luke." perintah Romeo yang sengaja Luke langgar. Rasanya tetap enggan untuk beriringan berjalan dengan Romeo.

"Maaf tuan, saya sudah terbiasa." katanya yang menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Memang itu adanya, sampai-sampai Luke selalu melanggar ucapan Romeo agar berjalan bersama.

"Mulai hari ini, kau berjalan di sampingku." tekan Romeo, wajahnya yang tegas membuat Luke sekali lagi ciut. Tegas namun baik hati.

"Baiklah tuan."

Romeo tersenyum seraya mengangguk kecil, saat Luke berusaha mensejajarkan langkah kaki dengannya.

Luke pun diam-diam tersenyum kecil, kedermawanan Romeo begitu ia hargai. Luke tidak pernah menyesal selama bertahun-tahun meninggalkan keluarganya untuk mengabdi kepada Romeo yang selalu menghormatinya, walaupun Romeo adalah tuannya pria itu begitu perhatian kepadanya bahkan keluarganya hidup damai berkat Romeo.

"Bagaimana dengan Ezio?" tanya Romeo. Mencoba mengembalikan kesadaran Luke.

"Tuan muda masih harus banyak belajar. Nampaknya ia masih sangat kesal karena anda menaruhnya di bagian karyawan biasa." jawab Luke dengan sedikit kegusaran, bukannya apa-apa memikirkan tingkah Ezio yang menyusahkan membuatnya selalu melindungi dirinya dari tameng kesabaran extra.

Ezio yang keras kepala dan sangat sombong membuat Luke hampir saja menarik napas lelah terus menerus. Jika saja bukan adik dari tuannya mungkin Luke lebih baik pergi dan meninggalkan Ezio semaunya.

Romeo menepuk bahu Luke, "Biarkan saja, dia harus belajar dari bawah. Aku harap kau tidak akan bosan mengajari Ezio." Romeo seakan mengharapkan Luke untuk tetap mengajari Ezio.

"Tentu saja tidak tuan." ucap gugup Luke, jelas saja itu kebohongan. Ada tarikan napas lelah lagi.

"Terimakasih Luke, aku ingin Ezio suatu saat nanti bisa memegang perusahaan ayah kami. Dan aku yakin dia bisa menjadi seperti Ezio yang kami semua harapkan."

-----------------------------

Ezio memerhatikan Bella sedari tadi yang sudah mengurusnya beberapa hari ini, membuatkan bubur dan memberikan obat hingga dia tertidur lelap.

Tidak seperti biasanya hatinya tergelak seperti ini terhadap pelayan Romeo. Cacian dan makian hingga pelayan menangis itu yang di dapatkan.

Pria itu masih enggan untuk menyapa Bella, dia masih menikmati pemandangan di hadapannya ini.

Apakah benar Bella menyukai Romeo? jika itu benar, mengapa hatinya merasa keberatan. Bella hanyalah pelayan menyebalkan yang beruntung bisa menyelamatkannya. Itu saja!

Lantas, mengapa perasaan aneh merayapi saat ia melihat Bella berlenggak bebas di hadapannya.

Ezio menepis pemikiran gila itu dan mencoba mendekati Bella yang tengah sibuk dengan perlengkapan dapurnya.

Bella terkejut saat tiba-tiba  Ezio ada di sampingnya. "Mengapa kau di sini tuan Ezio?" tanya Bella mengerutkan dahi.

"Memangnya kenapa, kau tidak suka?" ketus Ezio yang menyilangkan kedua tangannya.

Bella terus memasak tidak memperdulikan Ezio.

"Mengapa kau terus menyebutku dengan embel-embel tuan sedangkan kau memanggil Romeo dengan sebutan nama." Ezio berkata ketus.

"Memangnya kenapa?" kata Bella santai. Bukankah pria itu yang menyuruhnya harus sopan dan menyebutnya tuan?

"Itu tidak adil, seharusnya kau juga memanggil aku dengan sebutan Ezio saja." ucap Ezio dengan salah tingkah.

Bella tertawa hampir keras, rasanya ia begitu tergelak sekali mendengar ucapan Ezio barusan.

"Kenapa kau tertawa, cepat panggil aku Ezio." katanya dengan nada tinggi.

"Baik Ezio.." Bella memiringkan bibirnya.

"Bagus.."

"Apa kau tidak bekerja hari ini?"

"Aku sangat malas,"

"Mengapa begitu, kau sudah enak bekerja di tempat kakakmu tanpa harus berlomba untuk mencari pekerjaan."

"Mengapa kau menjadi sok denganku, bukan berarti aku menjadi temanmu saat aku menyuruhmu menyebutku dengan sebutan nama saja, pelayan menyebalkan!"

Ezio pergi meninggalkan Bella dengan wajah yang ingin mendengus.

"Adik Romeo memang sangat aneh."

-----------------------------

"Luke menepilah sebentar."

Pria yang sedang mengemudi itu berhenti mengikuti perintah tuannya yang tidak sengaja melihat toko bunga di pinggir jalan.

Romeo langsung melangkahkan kakinya menghampiri toko bunga itu, seketika ia terpaku di hadapan bunga-bunga indah di hadapannya, toko bunga ini sangat sederhana namun bunga yang di jual sangat indah dan segar.

"Jika saya boleh mengusulkan sebaiknya pilih lah bunga mawar merah ini sebagai tanda cinta anda kepadanya."

Romeo terkekeh, ia mengangguk dan mengambil bunga mawar merah itu. Apakah semua orang tahu bahwa ia sedang jatuh cinta terhadap seorang wanita?

Pria itu pun langsung mengambil bunga mawar merah yang sedari tadi mencuri perhatiannya karena indah dan wangi.

"Ashh..."

"Tangan anda berdarah tuan." ucap khawatir sang penjaga toko.

"Tidak apa-apa, ini hanya luka kecil."

"Mawar ini memang memiliki banyak duri, berhati-hatilah anda memegangnya. Semoga tidak terjadi hal buruk kepada anda."

Romeo tersenyum dan merogoh saku celananya, "Berapa harganya?"

----

"Bunga yang indah tuan.." ucap Luke memuji satu buket bunga yang ada di genggaman Romeo.

"Tentu Luke."

"Anda akan memberikannya hari ini juga?"

"Tentu saja, aku tidak akan menunggu lama."

"Baguslah, aku harap akan berjalan lancar."

"Rasanya begitu gugup, entah kapan aku pernah merasakan rasa seperti ini."

"Anda sudah berkomitmen untuk melupakan masa lalu anda tuan."

"Apa benar aku sudah melupakannya Luke?"

--------------------------------

Jreeeengggggg...

11/02/2019

SQUILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang