Chapter 25 - Khawatir

2.9K 185 18
                                    

Tiga minggu berlalu...

Bella menatapi makanan yang ada di hadapannya dengan tidak berselera, wajah cantiknya ia urungkan untuk tersenyum.

Romeo belum juga pulang, bahkan memberi kabarpun tidak sama sekali di dapatkan oleh Bella.

Wanita itu membaringkan kepalanya di atas meja makan, rasa rindu dan khawatir membuatnya merasa campur aduk.

Apa Romeo baik-baik saja, apa dia mulai bosan dengannya?

Bella langsung menggeleng keras, Romeo hanya sibuk! ia menekan itu di dalam hatinya.

Ezio yang terus memperhatikan kesedihan Bella, mengerti mengapa wanita itu bersedih. Pria itu melihatnya menjadi tidak karuan, sebenarnya apa yang terjadi di Paris?

Ezio sempat menghubungi Luke untuk mengetahui bagaimana kabar Romeo disana? Luke hanya menjawab Romeo baik-baik saja dan setelah itu Luke tak berkata apa-apa.

Sangat aneh pikir Ezio.

"Makan, makananmu Bella!" Ezio bersedekap di hadapan Bella seraya menyodorkan makanan di atas meja makan.

Bella menarik napasnya berat ia menggeleng, "Tidak." singkatnya.

"Kalau begitu biar aku saja yang makan, bagaimana?" sahut Chiarra yang langsung mendaratkan bokongnya di kursi meja makan.

Tanpa di sadari Chiarra meringis saat Ezio menyentil sebelah telinga wanita itu.

"Aw.. Sakit lintah!" Chiarra mendengus kesal kepada pria yang ia sebut lintah. Biarkan saja pria itu memang seperti lintah, wanita mana pun pria itu dekati dan Chiarra cukup geram dengan teman sedari kecilnya.

"Kau sudah makan dua piring apa itu tak cukup?" Ezio menggeleng tak percaya, mengapa Chiarra gemar sekali makan? Apapun yang ada di hadapan wanita itu pasti langsung tak terlihat lagi karena di lahapnya.

Ezio juga merasa aneh, walaupun Chiarra suka makan tapi tak pernah sekalipun ia terlihat gemuk. Chiarra tetap cantik dengan tubuh langsingnya.

Wanita yang di kuncir dua itu pun mengedikan bahunya seraya mengupas kulit jeruk.

"Aku harus banyak makan, dan kau tidak ada hak untuk melarangku Zio." Chiarra menunjuk-nunjuk Ezio kesal.

"Dasar perut karet."

Chiarra yang ingin melempar kulit jeruk kearah Ezio pun ia urungkan saat melihat Bella murung tak seperti biasanya.

"Bella, ada apa?" Chiarra mendekatkan kursinya.

"Apa karena Kak Romeo?" wanita itu menatap Ezio sekilas.

Bella hanya mengangguk lemas. "Ini sudah tiga minggu dari janji Romeo yang akan pulang."

"Apa kau sudah mengabarinya, Ezio?"

"Sudah, aku menghubungi Luke. Romeo baik-baik saja." Ezio yang ikut duduk di sebelah Chiarra.

"Benarkah Zio, syukurlah jika Romeo baik-baik saja.." Bella menarik napasnya sedikit lega.

"Makanya kau harus makan Bella. Jika Romeo tahu kau tak mau makan, habislah aku! huh menyusahkan sekali." Ezio berdecak sebal.

Bella mengangguk, "Iya aku akan makan."

Chiarra tersenyum senang, walaupun ia tahu Ezio begitu mengkhawatirkan keadaan Bella.

--------------------------------

Demi apapun di dunia ini Romeo hanya ingin pekerjaan di Paris cepat selesai dan pulang menemui Bella, kekasihnya.

Dia begitu merindukan Bella. Sangat..

Namun entah mengapa pekerjaan di Paris tak seperti dugaannya yang akan rampung dalam waktu cepat, ia harus menyelesaikan pekerjaannya di sini.

Kali ini Romeo sedang berada di restoran termahal di Paris bersama dengan koleganya berbincang-bincang santai, Romeo tidak menikmati sama sekali dengan makanan dan semua fasilitas yang di sediakan.

Dirinya hanya ingin pulang!

Dan yang membuatnya risih adalah mantan kekasihnya yang entah mengapa bisa bersamanya disini. Romeo tak pernah berharap akan duduk di bangku melingkar bersama wanita itu lagi setelah sekian lama.

Yang sangat mengejutkan adalah wanita itu tak sama sekali melepas tatapan kepadanya, berharap semua ini hanya mimpi namun pegangan tangan membuatnya tersadar bahwa ini tidaklah mimpi!

"Tuan Romeo, apa kau setuju tentang usulku tadi?" ucap wanita itu. Ia mengerutkan dahinya saat Romeo tak berkonsentrasi.

Romeo sontak langsung menyingkirkan tangannya saat wanita itu mencoba memegangnya. Ada desiran aneh yang tak muncul di dalam hatinya.

Romeo malah terlihat risih.

"Aku menyetujuinya, asal batas waktu kita cukup hanya dua minggu tak lebih. Bukan begitu Carlo?" Romeo menaikan satu alisnya.

Carlo menarik napasnya lalu mengangguk, menyetujui usul Romeo. Keduanya memang sedang terikat dengan perusahaan besar.

Carlo pun merasa tak enak hati sebenarnya dengan Romeo yang seakan merasa canggung di dalam diskusi ini. Wanita masa lalu Romeo yang ia harap tak akan datang duduk bersama itu sangat mustahil bahkan jika Romeo tidak profesional menyangkut pekerjaan pria itu akan pergi dari sana.

"Kita hanya mempunyai batas dua minggu Nyonya Claretta. Jadi mari kita selesaikan dengan cepat." Carlo berujar dengan sedikit gagap karena wanita di hadapannya ini sungguh cantik, namun ia menepis itu! dia telah mempunyai istri yang tengah menunggunya.

Pria bertubuh buntal di sebelah wanita bernama Claretta pun mengangguk cepat, "Ya, aku setuju mari kita selesaikan urusan pekerjaan ini dengan cepat." ucapnya menyetujui.

Wanita yang bernama Claretta itu pun hanya tersenyum simpul menutupi harapannya, dia ingin pekerjaan ini tak akan selesai dan ia bisa selalu melihat Romeo.

Dia tidak akan membiarkan Romeo pergi darinya.

----------------------------

Hari ini ku kembali update's hehehe

240419

SQUILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang