Chapter 38 - Kecewa

2K 172 13
                                    


Bella merapihkan tempat tidur yang ia tumpangi, wanita itu menarik napasnya kasar.

Bella berjalan ke arah jendela kamar kecil di dalam kamar Lora, lebih tepatnya kamar anak Lora yang sudah meninggal. Terlihat dari cat warna merah muda di sertai boneka perempuan.

Wanita itu menatap sendu jalanan yang terlihat sepi, dia belum sekalipun menginjak luar daerah rumah Lora. Dia hanya belum merasa baik. Lagi pula dia tidak tahu harus kemana selama seminggu dia hanya mengurung diri di dalam rumah Lora.

Dia tidak ingin seseorang yang mengenalnya mengetahuinya bahwa dia ada di sini. Walaupun cukup mustahil menemuikannya, tapi Bella yakin pria itu masih tidak akan tinggal diam.

Apakah pria itu baik-baik saja tanpa dirinya? Bella memegang dadanya yang sesak, mungkin kini Romeo bahagia bersama istri sahnya.

Itu sebabnya mengapa Romeo tidak ingin menikahinya, dan hanya ingin mempermainkannya.

Bella berdecih tidak percaya. Begitu kejam Romeo padanya.

Tanpa disadari Bella menangis, menangis tanpa suara. Bagaimana dengan janin yang ia kandung, apa Bella harus mengugurkannya?

Ataukah dia harus memberitahukan Romeo bahwa dia hamil, namun itu langsung di tepis oleh Bella. Tidak! Dia tidak akan memberitahukan Romeo, dia tidak ingin menjadi pengacau.

Bella tidak ingin merusak hubungan Romeo dengan istrinya! Lagi pula Romeo mungkin tidak ingin mengakui anaknya.

Romeo pria jahat dia tidak seharusnya membuat Bella semakin sakit, Bella memejamkan matanya. Menyesal!

Dia sangat bodoh! Dia tidak pernah berpikir mencintai akan sesakit ini, dan dia cukup lelah untuk mencintai Romeo.

Dadanya seakan sesak, sesak yang tidak bisa di obati dengan racikan obat apapun. Hidupnya sudahlah hancur, mengapa penderitaan ini tidak pernah berkurang ia rasakan.

Bella lelah dengan semua ini, dia selalu sendiri. Dan apa? Bella sempat berharap dengan Romeo, pria yang ia percaya selama ini hanya pria itu!

Yang terjadi Romeo membuatnya sakit, kecewa dan marah! Bella membenci Romeo dan kasihan kepada anaknya yang akan lahir tanpa seorang ayah.

Bella menangis sejadi-jadinya, rasanya ia ingin sekali mengakhiri hidupnya yang begitu pedih.

Tidak pikir panjang Bella mengambil gunting tajam di atas nakas.

Ia memotong rambut panjangnya dengan asal, dengan gerakan yang kasar. Bella menumpahkan kekecewaannya pada hidupnya yang sial.

Berharap semua kesialannya akan berakhir.

Lora berlari menghampiri Bella yang masih menangis dengan menggunting rambutnya hingga seatas bahu, rambutnya berantakan.

"Apa yang kau lakukan Bella?" Lora terkejut dan langsung merebut gunting itu dari tangan Bella.

Bella menggeleng, "Kembalikan Lora, aku mohon.." ucapnya dengan menangis.

"Tidak! Aku tidak akan membiarkan mu memotong rambutmu sekasar itu, kau bisa melukai dirimu sendiri." Lora meringis merasa kasihan dengan Bella.

Lora membuang jauh-jauh gunting itu, ia langsung memeluk Bella yang terlihat lelah menangis.

"Tenanglah.. Apa yang terjadi?" tanya Lora dengan nada yang sudah melembut.

"Aku bingung.."

"Why?"

"Aku hamil."

Lora membekap mulutnya, merasa terkejut karena melihat Bella begitu kacau karena Bella hamil.

Bella menutup wajahnya dengan telapak tangannya. Dia menangis lagi namun dengan lelah.

"Aku bingung harus berbuat apa, Romeo tidak akan mau mengakuinya."

"Bella.. kau harus kuat untuk anakmu, dia membutuhkanmu."

"Aku akan menjadi ibu yang tak berguna untuk bayi ini Lora." Bella begitu pasrah.

"Tidak! Jangan berucap buruk. Istirahatlah Bella, jangan melakukan hal yang aneh. Kita akan membesarkannya sampai dia lahir." Lora membantu Bella untuk berdiri dan berjalan ke arah ranjang untuk beristirahat.

Lora begitu kasihan melihat Bella yang begitu depresi karena dia wanita muda dan betapa stressnya dengan kehamilan pertamanya, tanpa seseorang yang menemaninya. Hati Bella begitu terpukul.

---------------------------------

Romeo hampir putus asa, satu Minggu berlalu dan Bella tidak pernah kembali padanya, Luke pun belum bisa menemukan Bella.

Setiap pagi Romeo akan ke kamar Bella sebelum berangkat bekerja dan melupakan sarapannya.

Pria itu selalu melewatkan sarapan dan makan malam dirumah, jika dia makan dimansion itu akan membuatnya semakin mengingat Bella. Sebisa mungkin Romeo tidak ada dimansiom. Sebelum Bella kembali.

Pagi ini Romeo merindukan Bella, ia mencoba membuka kamar yang selama di mansion wanita itu tempati, Romeo tersenyum hampa saat melihat bingkai foto Bella yang cantik.

Rasanya begitu sakit, Romeo tidak pernah bermimpi akan kehilangan Bella secepat ini. Romeo menyesal jika Bella pergi karenanya.

Romeo menarik napasnya kasar, bisa saja Bella marah karena dia tidak kunjung menanggapi masalah pernikahan.

Ia mengaku salah, wanita seperti Bella ingin kepastian. Dan dia tidak bisa memberikan kepastian itu karena masih berstatus tidak jelas.

Pria itu berjalan ke arah kamar mandi di dalam kamar itu, bahkan semua nampak seperti biasanya. Handuk Bella yang masih tergantung membuatnya mulai sesak.

Romeo tidak sengaja menjatuhkan benda kecil berwarna putih yang cukup familiar tapi Romeo tidak tahu benda apa itu.

Segeralah pria itu untuk turun dan berjalan ke arah Chiarra yang sedang memasak.

"Chiarra, apa kau tahu apa benda ini?" tanya Romeo kepada Chiarra yang langsung mengambil benda tersebut sampai mengerutkan dahinya.

"Ini adalah tespack." ucap Chiarra. "Dimana kakak menemukannya?"

"Dalam kamar mandi Bella."

"Apa?"

Chiarra membekap mulutnya, seraya membulatkan matanya. Dia menatap Romeo yang keheranan.

Saat dua garis merah menunjukan hasil yang positif.

"Bella hamil!"

-------------------------------------

Hayyy haaayyy sedikit dulu yaaa..

12/11/2019

SQUILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang