Chapter 34 - Claretta

1.6K 126 19
                                    


Sudah dua malam Bella merasa tidak enak badan, kepalanya pusing, lalu badannya demam dan mudah lelah. Semenjak bangkai kepala kerbau itu Bella menjadi lebih banyak menghabiskan di dalam kamar.

Siapa sebenarnya yang mengirim bangkai itu kepadanya? Bella merasa dia tidak mempunyai musuh di mansion.

Seseorang mengetuk pintu kamar Bella. Itu adalah Staci pelayan yang dekat dengan Bella selama wanita itu disini.

Staci membawakan keranjang pakaian Bella yang sudah selesai di setrika. "Bel, bagaimana keadaanmu?" tanya Staci.

Jika tidak ada Romeo dan Ezio bahkan Chiarra, Staci bersikap seperti teman. Bella yang menginginkan Staci agar tidak perlu memanggilnya dengan embel Nona.

Staci lah yang menemaninya jika semua orang sibuk.

"Lumayan, pusingku sudah sedikit hilang." ucap Bella tersenyum simpul. Wajah Bella terlihat masih pucat, namun masih terlihat cantik untuk Staci.

Staci tersenyum ke arah Bella, sambil memasukan pakaian Bella ke dalam lemari. "Syukurlah Bel, aku mengkhawatirkanmu.."

"Terimakasih Staci, aku tahu kau pasti khawatir dengan apa yang terjadi belakangan ini." Bella menarik napasnya lelah.

Staci mengangguk menarik napasnya lelah juga, "Aku tidak ingin hal buruk menimpamu Bell."

"Oiya, sebaiknya aku kembali. Masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan. Beristirahatlah Bel.."

Bella mengangguk.

Sesaat Staci pergi seseorang mengetuk pintu kamarnya.

"Bella, bolehkah aku masuk?" ucap Chiarra yang ada di ujung pintu kamar Bella.

"Masuklah.." kata Bella yang tengah duduk menyender di kepala ranjang.

"Kau masih pusing, sebaiknya kita kerumah sakit." Chiarra memegang kening Bella yang tidak begitu panas lagi seperti kemarin.

Bahwa gadis itu khawatir Bella sampai sakit karena kepikiran dengan si pengirim bangkai kepala kerbau itu.

Chiarra tidak habis pikir, siapa seseorang yang tega membuat teror. Chiarra merasa was-was, jika bukan orang dalam yang melakukan ini mustahil. Karena penjagaan mansion begitu ketat.

Tapi yang menjadi pertanyaan, siapa seseorang itu? Tega sekali sampai membuat Bella sakit.

"Apa kak Romeo tahu kamu sakit?"

Bella menggeleng, "Jangan beri tahu Romeo, aku tidak ingin dia kepikiran."

Chiarra mengangguk lesu.

Pelayan mengetuk pintu kamar Bella, "Nona maaf menganggu istirahat anda, tetapi ada yang harus saya tunjukan pada anda." ucap pelayan itu dengan gugup seakan ketakutan.

Chiarra dan Bella pun langsung saling pandang. "Apa yang terjadi?"

"Ikuti saya Nona."

Bella dan Chiara benar-benar penasaran, apa lagi yang membuat para pelayan menjadi takut?

Bella dan Chiarra sangat terkejut sampai-sampai kaki Bella bergetar.
Dapur yang biasanya Bella pakai untuk memasak kini telah hancur berantakan.

Dan yang lebih mengejutkan adalah tulisan di lantai.

Pergi atau kau mati

Itulah yang di tuliskan dengan bau saus yang menyengat membuat Bella penasaran dan merasa takut.

"Ini sudah tidak beres, kita harus melaporkan ini pada kak Romeo." Chiarra benar-benar geram.

"Tidak.. jangan, sebaiknya kita bereskan. Jangan sampai seisi mansion tahu." Bella tidak ingin semua menjadi panik akan tindakan si peneror.

Chiarra hanya mengangguk dan membantu pelayan dan Bella membereskan dapur yang kacau balau.

-----------------------------------------

Romeo bertekat setelah ini dia harus pergi, dia rasa masalah ini harus Romeo selesaikan tanpa melibatkan siapapun termaksud Bella, kekasihnya.

Wanita yang tidak Romeo harapkan akhirnya muncul berjalan dengan langkahnya yang anggun, wajahnya tetap cantik membuat Romeo harus menepis perasaan gila ini.

Ingat wanita di hadapanmu ini adalah wanita kejam yang telah membuatnya hampir gila!

Claretta jelas mempunyai kesempurnaan dalam hidupnya, cantik bagai malaikat, harta yang berlimpah, keluarga terpandang, Apa lagi? Semua seperti paket komplit menyatu dengan wanita itu.

Ia berhenti satu meter di hadapan Romeo yang membuang wajahnya, Claretta merasa gugup Romeo bahkan terlihat lebih tampan, gagah dan berkarisma.

Namun, Claretta nampak mengendalikan dirinya agar tetap tenang.

"Tanda tangani surat perceraian kita, dan aku tidak akan menganggu hidupmu lagi." ucap Romeo dengan datar dan dingin.

Claretta merasa hatinya teremas-remas, ia merindukan kata-kata manis dan lembut dari mulut Romeo. Tapi nyatanya, Romeonya tidak seperti dulu lagi.

Wanita itu menundukkan wajahnya, "Kita baru saja menikah. Bahkan belum menikmati malam pertama kita." ucapnya dengan tenang.

Romeo berdecih, lelucon macam apa yang dibicarakan Claretta? Malam pertama, sudahlah jangan bermimpi lagi!

"Baru saja?!" Romeo hampir tertawa dan ia melipat kedua tangannya, tak habis pikir dengan mantan kekasihnya yang keji ini.

"Kau meninggalkan aku di malam bahagia kita. Maaf, maksudku malam bahagia bagiku. Karena kau memang tidak pernah menginginkannya." ucap Romeo tidak kalah tenangnya, dia akan mengikuti permainan Claretta.

Perkataan Romeo membuat hati Claretta sakit, itu adalah hari bahagianya juga tapi sebuah pilihan mengharuskannya pergi.

Pergi tanpa memberitahukan pada Romeo alasan mengapa dia tidak berada di sisi Romeo.

Tapi Claretta sudah memikirkannya, Romeo akan membencinya setelah dia kembali.

"Aku minta maaf." Claretta berkata lirih.

"Apa hanya maaf yang bisa kau jawab?"

"Aku tahu aku salah Rom, aku mohon kita perbaiki semua dari awal. Aku bersumpah padamu aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi."

"Kau meninggalkanku bukan hanya sekitar dua hari atau satu bulan, tapi bertahun-tahun tanpa kabar tanpa arah hubungan yang jelas sedangkan kita baru menikah."

Claretta mendekat dan memegang lengan Romeo dengan berani. "Aku minta maaf, aku mengaku salah. Aku mohon kita tetap bersama."

Romeo melepaskan lengan Claretta, "Aku tidak bisa Claretta, semua sudah berakhir. Kau dan aku."

"Kamu kejam Rom." Claretta meneteskan air matanya, namun masih tetap terlihat cantik.

"Jangan menuduh aku kejam, lihatlah dirimu. Kau yang meninggalkanku." Romeo yakin itu hanya air mata buaya.

"Bertahun-tahun bukan waktu sebentar untukku untuk bisa melupakanmu. Jadi hargai pengorbananku."

"Aku bersumpah Rom.."

"Semua sudah terlambat, kita memang tidak bisa bersama. Aku harap ini adalah pertemuan kita yang terakhir." Romeo menarik napasnya lelah, dan membalik tubuhnya untuk pergi dari hadapan Claretta.

"Kenapa Rom, apa karena wanita pelayan restoran itu?"

Romeo menegang, seakan mengepalkan tangannya. "Jangan coba-coba mengganggunya Claretta!"

Claretta menghapus air matanya dengan anggun. "Jangan lupakan aku siapa."

Romeo tidak memperdulikan ucapan Claretta, dia tetap pergi meninggalkan wanita gila itu pergi.

"Terimalah kejutan yang aku berikan Rom.."

--------------------------------

Satu kata buat Claretta?

19/10/2019

SQUILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang