Chapter 17 - Bimbang

2.8K 214 7
                                    

Suara gesekan dari alat musik Biola terdengar merdu di telinganya, lalu lalang manusia yang memakai pakaian terbaik mereka pun melewatinya tanpa ia hiraukan.

Sebuah pesta outdoor yang megah dengan dekorasi sempurna tidak mau membuat pria yang tengah di rasa gundah gulana itu melebarkan senyumnya seperti sedia kala.

Tidak ada senyum indah yang sering ia tampilkan, pria berwajah bak yunani itu menutupnya.

Ia hanya tersenyum tipis tanpa ingin menebar pesonanya yang kian memikat kepada lawan jenisnya.

Huh! lagi-lagi para wanita menatapnya tanpa berkedip. Seakan Romeo adalah mangsa yang tidak boleh di lepaskan oleh tatapan lapar para wanita.

Romeo memilih pergi dan mencari tempat sepi untuk menenangkan pikiran, Romeo memang tidak suka dengan pesta apa lagi keramayan.

Pria itu melangkahkan kakinya pada danau yang tidak jauh dari acara pesta berlangsung, sendiri menyepi lebih baik baginya dari pada berkumpul berbincang-bincang masalah kehidupan, tidak ada habisnya. Yang pasti dia telah memberikan ucapan selamat kepada temannya yang kini telah menikah.

Lagi-lagi menikah, ia pun pernah bermimpi akan menikahi seseorang.

Duduk bersender di kursi taman melihat pantulan bulan purnama dari sungai yang terlihat tenang, baginya sudah cukup membuatnya nyaman.

Mengapa semua ini harus terjadi kepadanya, andai saja dia tidak pernah pergi meninggalkannya mungkin ia telah menikah seperti teman-teman seumurannya.

"Aku pikir kau tidak akan datang ke acara pesta pernikahan Leo." ejek seseorang dari belakang yang tengah membawakan dua minuman di tangannya.

"Aku datang." singkat Romeo yang menerima minuman dari temannya. Pria itu pun duduk bersama Romeo.

"Ada apa? tiba-tiba sekali, kemarin kau yang mengatakan tidak akan datang." ujarnya mengatakan keinginan Romeo yang tidak akan datang keacara pesta pernikahan teman mereka yang satu persatu memutuskan menikah dan meninggalkan masa lajangnya.

"Hanya suntuk di rumah." ucap singkat Romeo dengan tatapan lurus kedepan.

"Pasti ada sesuatu, benar kan?" Xavier menaruh curiga kepada temannya ini.

"Entahlah, sesuatu mengusik pikiranku."

"Apa itu?"

"Aku tidak yakin untuk bercerita kepada pria playboy sepertimu." Romeo meringis seraya bertatap tak percaya kepada Xavier.

"Ingin ku tendang?" ucap Xavier dengan memiringkan bibirnya seraya mengangkat satu kakinya yang akan ia layangkan untuk menendang Romeo.

Romeo sedikit menyunging senyum di bibirnya, melihat Xavier mendengus kesal karena dirinya sedikit membuatnya terhibur oleh sikap konyol Xavier.

"Dia, membuatku mengingatnya lagi." Ada derasahan putus asa saat Romeo mengatakannya.

"Come on Romeo.. Itu sudah berlalu dan lama sekali, bahkan aku saja sudah tidak mengingat nama mantan-mantanku." ucap Xavier mengingat nama-nama mantannya sampai mengeritkan dahinya. Lalu ia hitung satu persatu.

Xavier saja sudah lupa berapa mantannya dalam kurun sepuluh tahun terakhir dan berapa banyak wanita malam yang sudah menemaninya di atas ranjang.

"Mudah bagimu, sulit bagiku!" Romeo menyikut pinggang temannya itu.

"Lalu bagaimana dengan wanita pelayan itu, siapa namanya.. Ah ya, Bella." ucap Xavier seraya meminum minuman yang ada di tangannya hingga tandas.

"Bella?" Romeo terkejut.

SQUILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang