12. Lelah

704 65 0
                                    

Yogyakarta, Maret 2019

Kinan terbangun dari tidurnya. Lurus, dilihatnya jendela kamarnya yang masih terbuka. Udara malam yang dingin bekas hujan masuk ke kamarnya. Kinan mengerjap beberapa kali untuk menjernihkan pikirannya yang terbawa mimpi.

Sejenak tadi, ia kembali mengulang awal perjumpaan dengan Fajar setelah sekian lama, dan setelah reuni pertama mereka di acara Teh Lia. Waktu itu Fajar main ke Jogja. Dua hari yang terasa sangat campur aduk bagi Kinan. Bahagia karena bertemu teman baiknya, sedih karena tetap saja jauh dari orang tua.

Kinan bangun dan duduk memeluk gulingnya, merasakan kepalanya pusing sebelah. Ia mengingat, tadi pagi subuh ia barusaja menonton pertandingan semifinal All England 2019, menonton kekalahan Fajar. Kemudian seharian ia merasa sangat lesu dan tidak bersemangat. Sorenya ia harus mengantar Mbak Tita ke stasiun untuk berangkat dinas luar kota. Kemudian selepas Isya dan setelah makan malam hasil masakan sendiri Kinan ke kamar, dan ternyata tidur sampai tengah malam.

Jam dua dini hari.

Untung saja semua pintu dan jendela lain di rumah ini sudah dikunci.

Kinan beranjak pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Masih sempoyongan, karena lelah dengan dirinya dan bunga tidurnya. Ia duduk di kursi makan, menggenggam segelas besar air putih yang langsung diteguknya habis. Ia mengecek ponselnya, membuka daftar pesan di Whatsapp.

Beberapa pesan dari Mbak Tita, mengingatkan untuk membereskan jemuran dan mengunci semua pintu. Beberapa pesan grup kampus. Pesan dari Nanda dan Isna, teman kampusnya. Pesan broadcast tausyiah dan motivasi di grup keluarga. Ia masih menurunkan layar ponselnya, sampai ke sebuah nama.

Fajar Alfian.

Tidak ada aktifitas dari nama yang dicarinya. Pesan terakhir adalah pesan darinya tadi pagi sebelum panggilan video Fajar. Kinan menghela napas Panjang dan membuka chat room Fajar, mengetikkan sebuah kalimat.

Kinanti Dewi Oktaviani
Fajar lagi apa?

Kemudian Kinan meninggalkan ponselnya begitu saja di meja makan, dan menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Kinan sholat malam di kamarnya. Selesai sholat ia berdoa, meminta agar semua resah dan gundahnya dijauhkan dan dihilangkan. Selanjutnya ia membuka laptopnya dan mulai asyik membaca jurnal-jurnal ilmiah untuk tugas makalahnya.

Kinan sekarang sudah lulus S1 dan sedang menjalani kuliah profesi atau koas. Sedangkan Mbak Tita sudah menjadi dosen di kampusnya dan sering ditugaskan ke luar kota. Kinan masih sering mendapat tugas review jurnal, di samping kegiatan praktek kliniknya. Lelah dan jenuh adalah makanan tiap hari baginya.

Kinan baru selesai mengetik lembar kedua dari makalahnya, ketika ponselnya berbunyi nyaring. Kinan melirik jam di dinding. Jam setengah empat pagi. Tergopoh-gopoh ia menuju meja makan untuk mengambil ponselnya. Nama Fajar Alfian terpampang di sana, sebuah panggilan video, lagi. Kinan menepuk jidatnya pelan. Aduh, tadi langsung ngechat dia tanpa pikir panjang.

"Assalamualaikum, Jar?" sapanya membuka percakapan. Fajar tampak sedang berselonjor, bersandar pada sisi tempat tidur bersprei putih. Wajahnya tampak lelah dan kurang bersemangat. Jam sembilan kurang di Birmingham.

"Waalaikumussalam. Kenapa, Kinan?" tanya Fajar.

"Eh, maaf, tadi ngechat kamu nggak liat-liat jam," kata Kinan.

"Kenapa?" ulang Fajar.

"Ng..., nggak apa kok," Kinan terbata.

"Kenapaaa?" ulang Fajar lagi, tampak tidak sabar.

Mereka berdua diam sejenak. Hening. Hanya bertatap-tatapan. Kinan dengan sorot bersalahnya, dan Fajar dengan sorot lelahnya.

"Abis ngimpi, flashback tahun baruan sama kamu, Jar," ujar Kinan akhirnya.

Cerita Kinan tentang FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang