17. Rian Ardianto (2)

657 58 1
                                    

--Kinan
Nggak ngerti lagi, deh. Nggak ngerti sama Fajar, nggak ngerti juga sama aku sendiri. Fajar emang tiba-tiba suka berubah jadi kekanak-kanakan. Biasanya dia kangen rumah. Kangen Indonesia. Tapi, ih, please, ya! Bertahun-tahun nemenin dia ke mana-mana (walaupun lewat hape doang) tetep bikin aku nggak ngerti sama jalan pikirannya.

Dan nggak ngerti sama aku. Yang selalu bisa aja ngeladenin Fajar. Yang tadi seenaknya bilang iya-iya waktu Fajar minta aku ke Jakarta. Nggak ngerti juga sama aku yang malam ini buka chatroom dengan nama Rian Ardianto di atas layar. Antara beneran aku mau cerita tentang Fajar, atau aku yang tertantang untuk japrian sama atlet paling digandrungi remaja masa kini selain Jonatan Christie? Hahaha, yaampun. Aku sudah agak gila sepertinya. Di samping sedang memikirkan pasien ortoku yang mogok kontrol, aku harus dihadapkan pada Fajar yang mode anak-anaknya sedang on.

Kinanti Dewi Oktaviani
Rian, udah di hotel?

Jam setengah sebelas di Jogja. Jam aman lah, di Hongkong udah hampir jam dua belas. Aku nggak menyangka Rian bales cepet chat ku.

Rian Ardianto
Udah, Kinan, baru nyampe
Ada apa?

Kinanti Dewi Oktaviani
Hehe
Selamat lagi, tadi menang
Mainnya bagus, nggak capek emang?

Rian Ardianto
Makasih 😊
Ya capek, tapi udah biasa
Eh kenapa?
Tumben chat aku

Kinanti Dewi Oktaviani
Oiya
Itu, Yan...
Fajar kenapa, sih?

Rian Ardianto
Wkwkwk
Aku tau kamu mau nanya itu

Kinanti Dewi Oktaviani
Ak tau tp ak diam, Yan?

Rian Ardianto
Sial, ngeledek dia
Boleh aku telepon?

Hah? Gimana? Gimana? Aku memastikan apa yang kubaca sekali lagi.

Kinanti Dewi Oktaviani
Mau telepon aku?

Rian Ardianto
Boleh?
Biar enak ngobrolnya
Nggak ada Fajar kok wkwk
Dia masih ke kamar Boy minta makan

Kinanti Dewi Oktaviani
Oooh
Yaudah, sok

Dan beberapa detik setelah itu, hapeku berbunyi. Itu beneran Rian Ardianto yang nelepon! Aku membayangkan bisa ditimpukin temen-temen kampus yang mendadak suka badminton semenjak melihat Asian Games. Dan mendadak se-Indonesia Raya jatuh cinta sama Rian Glowing Ardianto.

"Ha...halo?" sapaku ragu-ragu.

Rian ketawa di seberang sana, "Lagi apa, Kinan?"

Ugh! Maafkan aku, netizen! "Haha gabut aja ini."

"Nggak nugas?"

"Enggak."

"Belum tidur?"

"Udah, ini aku ngigau."

Rian tertawa lagi. Diam sejenak.

"Jadi...," kataku.

"Oh, iya. Ajay. Kinan tadi disuruh Ajay ke Jakarta, ya?"

"Iya, Yan."

"Udah di iyain?"

"Tadi, sih, biar cepet kelar."

Rian tertawa, "Ngawur dia, yah, Ki. Kamu nggak ada acara emang?"

"Ya kalo weekend emang nggak ada, sih, Yan."

"Kamu tau nggak, minggu depan itu kita ke Malaysia. Lanjut Singapore."

"Hah? Besok Senin?"

"Bukan, maksudku depannya lagi."

"Oooh."

"Jadi yang Ajay suruh kamu ke Jakarta weekend itu, Minggu-nya kami berangkat."

"Sumpah, Yan? Turnamen lagi? Super berapa?"

"Yang Malaysia 750, Kinan."

"Astaghfirullah, ngawur banget Fajar, nih!"

"Dia nggak bilang, ya?"

"Enggak, tuh. Ya aku nggak mau ke Jakarta kalo gitu, ganggu aja."

"Tapi..."

"Tapi?"

"Kita mau ada acara Sabtu tanggal 30-nya. Kinan ikut, ya?"

"Acara apa? Itu beneran nggak apa, mau turnamen gitu?"

"Hahaha, adadeh, tapi aku tau Fajar pengen kamu ikut, Kinan. Bisa ikut?"

"Hih, jadi penasaran. Ntar deh aku usahain, Yan."

"Dia homesick, Ki. Makanya pengen ketemu kamu."

"Kenapa nggak minta mamanya atau Teh Susan nyamperin ke asrama?"

"Homesick nya beda kalik, Ki."

"Hah? Maksudnya?"

Rian tertawa lagi. Aku ikut tertawa, menertawai pikiranku jika teman-teman kampusku tau aku punya kontak ke ganda putra muda Indonesia.

"Yah, gitu lah. Intinya, aku mau kabarin itu aja."

"Makasih lho Mas Jom udah dikabarin."

"Mas Jom? Tumben."

"Hahaha, enggak, Yan. Ikut-ikutan Netizen aja. Besok aku obrolin sama Fajar lagi, deh jadi atau nggak-nya. Nyusahin ya itu anak."

"Iya, obrolin baik-baik. Jangan sampe kaya waktu Asian Games."

Shit. Tiba-tiba aku males mengingat-ingat satu momen dengan kata kunci Asian Games. "Haha," tawaku getir, "Iya, Yan. Iya. Eh, besok kalian tanding lagi?"

"Kayanya iya, Ki."

"Kalo di lapangan bad mood Fajar ngaruh nggak, sih?"

"Hmmm, nggak terlalu. Dia professional kok, Ki. Cuman ya..."

"Lebih baik menjaga moodnya, kan?"

"Iya. Kamu perhatian banget ya sama Fajar?"

"Hahaha, ya gimana enggak, Yan?"

"Emang gimana?"

"Eh, apasih hahaha."

Kemudian terdengar suara samar di belakang telepon, "Jom." Suara bergemerisik. Rian bergerak dan disusul, "Eh, udah dulu, ya."

Aku baru mau bilang iya, tapi ada suara berisik. Jelas sekali itu suara Fajar, "Ceileh Jombang telponan, sama siapa ituuu."

Mau nggak mau aku ketawa, "Iya, tutup aja, Yan. Makasih, ya."

"Iya, sama-sama."

Sebelum telepon ditutup aku masih mendengar, "Siapa sih, Jom? Uhuy, asik nih Jombang."

Lima menit setelahnya aku cuma rebahan sambil menatap lurus langit-langit kamar. Mengatur napasku, mengatur juga pikiranku yang melayang ke tahun 2018, tepatnya di penghujung Agustus.





*Author's note*
Halooo
Peringatan: habis ini flashback lagi, yah
Alur kita mundur lagi
I've told ya kalo author sukanya alur maju mundur cantik, kan?
Hehehe
Catch up, ya, jangan bingung sama timeline cerita ini
Jangan lupa vote dan komeeen :)

Cerita Kinan tentang FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang