21. Asian Games: Final

649 59 1
                                    

"Kinan," ujar Fajar pelan, masih memerangkap Kinan dalam pelukannya.

Kinan diam. Tidak tahu harus berbuat apa. Baginya ini adegan berbahaya, yang tidak hanya ia akan malu karena dilihat teman-temannya, tapi juga bisa disiarkan di seluruh Indonesia.

"Jar, udah," Kinan berusaha lepas dari pelukan Fajar, tapi Fajar memeluknya lebih erat.

"Gue minta maaf, maaf banget. Lu jangan marah ke gue, Ki. Jangan, ya?" mohon Fajar, masih memeluk Kinan.

"Iya, Jar, iya," jawab Kinan.

"Jay," suara Rian terdengar dekat.

Fajar melepaskan pelukannya, memegang pundak Kinan, menunduk, dan memaksa Kinan menatap lurus ke matanya, "Nggak marah kan, Ki? Gue minta maaf, Ki," ulangnya lagi.

"Iya, Fajar. Udah, udah, ini diliatin orang," Kinan berusaha menurunkan tangan Fajar dari pundaknya.

Kinan melirik sekitarnya. Di sofa, Damar dan Mas Angga tampak terkejut setengah mati, sementara Nisa juga terkejut sambil menahan tawa geli. Di belakang Fajar sudah berdiri Rian, disusul Jonatan, Kevin, dan Marcus.

"Halo, Kinan. Lama nggak ketemu, ya?" sapa Rian, mengajak Kinan berjabat tangan, menyingkirkan Fajar yang masih berdiri dengan wajah lesunya.

"Halo, Yan," Kinan membalas jabat tangan Rian.

"Oiya, ini Kevin, Jojo, sama Koh Sinyo. Pasti udah tau, tapi kenalan lah secara langsung," sambung Rian.

Kinan bergantian menjabat tangan para atlet yang nanti akan berlaga di partai final.

"Iki to, dedek-dedekane Fajar. Maaf, ya, sok tak ganggu pas lagek telfonan," Kevin menjabat tangan Kinan erat dan menggoyangkannya. 

"Halo, Kinan," sapa Jojo dan Marcus.

Kemudian mereka bergabung duduk di sudut lobby itu. Kinan bergantian memperkenalkan teman-temannya dan mereka ber-hai dengan canggung. Sekitar lima menit mereka ngobrol basa-basi, kemudian Fajar berbicara langsung pada Nisa, Damar, dan Mas Angga. "Ini Kinan sama saya, ya. Nanti nggak bisa pulang Jogja bareng, maaf, yaaa."

Mas Angga berdeham canggung dan menjawab, "Iya, tadi Kinan udah bilang kalo mau ketemu..., sodaranya," Mas Angga menekankan kata terakhir sambil melirik satu persatu para atlet yang duduk di situ.

Rian dan Kevin tertawa. Tawa yang sangat penuh makna, yang otomatis membuat Kinan melempar pandangan kepada mereka sambil tersenyum kecut. Sesi mengejutkan hari itu diakhiri dengan Nisa, Damar, dan Mas Angga berfoto bersama masing-masing atlet di depan lobby hotel. Dan mereka kemudian berpamitan untuk jalan-jalan ke GBK.

Ketika mereka sudah berbalik untuk keluar lobby, hanya sekilas, tapi Fajar mendengar pasti, celetukan Mas Angga kepada Damar, "Yah, saingan saya berat ini, Mar." Dan Fajar merangkul Kinan, menariknya lebih dekat dengan senyum terkembang di wajahnya.

Kinan mendongak, "Apasih senyam senyum, orang gila."

Fajar menunduk menatap Kinan, "Hari ini sama gue terus, ya?"

Sepersekian detik menangkap mata Fajar, Kinan membuang mukanya, lurus ke depan, "Iya."

"Pinter," gumam Fajar.

"Heh, Jar," panggil Kinan pelan.

"Hm?" tanya Fajar.

"Rambutmu jelek," gerutu Kinan.

Dan Fajar hanya tertawa sambil merapikan rambutnya.

Hari itu di partai final, Fajar dan Rian kalah, dalam tiga game yang berlangsung sangat seru. Istora bergemuruh, Kinan merasa gedung itu bisa saja runtuh saking riuhnya penonton. Dalam gemuruh penonton itu, Kinan ikut ambil andil, meneriakkan nama Fajar dan Rian berulang kali. Mau bagaimana pun, Kinan ingin Fajar dan Rian yang menang. Pada akhirnya Fajar dan Rian pulang membawa medali perak, namun publik Indonesia sangat bangga kepada mereka, dua pemain muda yang mampu bersaing dengan ganda putra papan atas. Kevin dan Marcus membawa pulang medali emas, dan memperkokoh posisi mereka sebagai ganda putra nomor satu dunia.

Cerita Kinan tentang FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang