34. Sepi

469 55 2
                                    

Malaysia Open membawa Fajar dan Rian menembus peringkat 6 besar dunia. Mereka memang terhenti di semifinal oleh ganda Jepang, namun performa mereka luar biasa. Media terus menerus membicarakan potensi mereka yang sangat baik, yang mampu bersaing dengan pemain top lainnya, apalagi mereka akhirnya bisa mengalahkan Kevin dan Marcus.

"Aku terharu banget lho, Yan, lihat kamu langsung sujud syukur gitu," ujar Kinan saat pagi setelah pertandingan quarter final ia bercakap dengan Rian melalui telepon.

"Hahaha, ya gimana, Ki. Seneng banget akhirnya bisa pecah telor. Udah sering ketemu stuck kalah terus," jawab Rian.

"Pertahankan mainnya kaya gitu, keliatan lepas dan apa ya? Lebih berenergi."

"Ah, tapi kayanya pada sebel sama aku, masih sering bikin error. Fajar, tuh, yang banyak banget dapet pujian."

Kemudian jeda sejenak. Jeda yang canggung setelah Rian menyebutkan satu nama itu. Nama Fajar.

"Eh..., um, ya pokoknya aku harus lebih fokus lagi buat nanti. Kamura sama Sonoda juga kan mainnya bagus banget," sambung Rian setelah berdeham berkali-kali.

"Iya, Yan. Kamu pokoknya fokus aja. Poin demi poin."

"Iya, insyaAllah, Ki. Fokus satu-satu poin gitu, hasil udah Allah yang pegang."

Fajar dan Rian sore itu takluk dari ganda Jepang. Dan dengan kekalahan Jonatan atas Chen Long, Indonesia tidak berhasil mengunci satu gelarpun di Malaysia Open. Turnamen berlanjut ke Singapore Open.

Fajar dan Rian tampak bermain dengan baik dan nyaman dalam turnamen. Namun lagi-lagi mereka harus berhadapan dengan Marcus dan Kevin di babak quarter final. Kali ini, mereka kalah. Kata Rian, sepertinya Marcus dan Kevin lebih banyak belajar dari kekalahan mereka di Malaysia pekan sebelumnya. Sepanjang turnamen berlangsung, Kinan dan Rian masih rajin bertukar kabar.

Rian selalu menyempatkan untuk ngobrol dengan Kinan melalui telepon. Kinan mulai terbiasa menunggu telepon dari Rian, dan mendengarkan semua cerita Rian. Kinan menemukan sosok Rian yang tidak pernah ditampilkan sebelumnya. Selama ini, publik menganggap Rian sebagai pribadi yang pendiam, namun nyatanya Rian sangat suka bercerita. Ceritanya selalu mengalun dan diakhiri pertanyaan menggantung yang tidak perlu jawaban seperti "Kenapa aku begitu ya?" atau "Harusnya aku nggak gitu ya?". Kinan tidak perlu repot-repot menjawabnya karena Rian akan mengganti topik dengan sendirinya.

Kinan selalu menikmati cerita Rian, dan mau tidak mau, Kinan membandingkan Rian dengan Fajar. Rian banyak bercerita, namun seringkali menggantungkan kekosongan dan jeda di antara ceritanya. Yang Kinan tahu seharusnya itu ditujukan untuknya menanggapi atau bercerita. Yang Kinan tidak pernah bisa. Sementara dengan Fajar, Kinan bisa saja bercerita mengenai kesehariannya tanpa diminta.

Kinan tahu, adalah salah baginya jika ia mengira Rian bisa mengisi kekosongan yang diakibatkan oleh diamnya Fajar. Kinan tahu, sepinya tidak akan bisa teratasi dengan menjadikan Rian sebagai tameng. Dan Kinan tahu, adalah sangat tidak pantas baginya untuk selalu membandingkan Rian dengan Fajar.

Dua minggu berkelana di Asia Tenggara, tim Indonesia hari ini pulang ke tanah air sebelum nanti melanjutkan turnamen kejuaraan Asia.

Kinan dan Fajar masih tidak bertukar kabar. Kinan merasa dia tidak punya alasan untuk menghubungi Fajar, selain akan membuka lembarannya yang ingin ia tutup rapat-rapat. Meskipun nama Fajar masih selalu berseliweran di pikirannya. Meskipun sejuta pertanyaan masih menunggu untuk dijawab.


--Kinan
Kata Rian, semingguan ini tim masih akan latihan. Dan nanti weekend, Rian menyempatkan pulang ke Jogja, sebelum hari Minggu harus terbang lagi ke China, turnamen penutup di bulan April. Waktu aku tanya kenapa dia rela capek-capek seperti itu, katanya dia kangen rumah, pengen keluar sebentar dari Jakarta. Kami nggak membahas apakah nantinya kami akan bertemu.

Cerita Kinan tentang FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang