18. Kilas Balik

584 57 0
                                    

Agustus 2018
Kinan sudah berdiri bertumpu pada kopernya selama tiga puluh menit. Bandara Adisucipto Yogyakarta selalu ramai di weekend seperti ini. Lagipula bandaranya kecil. Hari ini hari Sabtu tanggal 25, Kinan akan bertolak ke Jakarta untuk mengikuti seminar dan pameran inovasi. Acaranya memang dimulai Senin besok, tapi peserta diminta datang sehari sebelumnya, which is besok. Maka Kinan dan dua orang temannya berangkat Sabtu ini.

Kinan masih berdiri di depan pintu keberangkatan ketika dua temannya berlarian setelah turun dari ojeknya masing-masing.

"Haduh, nggak tau kenapa macet banget," kata Damar ngos-ngosan.

"Sumpah untung nggak telat, ya, Mar. Untung pake ojek motor," tambah Nisa.

"Wuuu, saya udah lama di sini, Pak, Bu. Dah, ah, ayok masuk aja," kata Kinan dan kemudian mereka bergegas ke petugas pengecekan tiket dan masuk ke ruang tunggu.

Mereka sampai di Cengkareng sekitar jam 8 malam, dan langsung menuju hotel tempat acara dilangsungkan besok. Di dalam mobil angkutan online, Kinan menikmati lampu-lampu Jakarta dan semua baliho, poster, banner, lampu, hiasan, dan ornament pinggir jalan yang bernuansa Asian Games. Sejurus kemudian Kinan mengecek ponselnya, melihat nama Fajar Alfian di chat teratas whatsapp.

Kinan menghela napas berat. Ya, dia ke Jakarta bertepatan dengan digelarnya Asian Games. Lebih spesifik lagi: Kinan ke Jakarta, menginap, di hotel di daerah entah mana namanya, yang kata panitianya sangat terjangkau dari GBK, dan tentu saja Istora, di mana Fajar akan bertanding habis-habisan di event empat tahun sekali ini.

Dan dia tidak bilang ke Fajar.

Tadi sebelum Kinan berangkat ke bandara, Fajar sempat telepon. Hari ini dia memenangkan pertandingan individu babak 16 besar.

"Lu harusnya nonton, Ki. Asian Games tu pasti seru," Kinan masih ingat dia bilang begitu.

"Nggak bisa, Fajar, aku lagi ada proyekan ini, kebut buat pameran," jawab Kinan.

"Iya iya..., tapi tetep nonton gue ya di TV?"

"Siap, bos. Main yang bener, ya? Besok lanjut, kan?"

"Lanjut lah, kan barusan menang."

"Hah, iya iya, sombongnya."

"Seneng, Ki gue. Event empat tahunan gini."

"Cieee. Kemarin perak, besok emas. Mainnya serius, Jar."

"Aamiin. Ya serius lah, buk, gile aja masa guyonan."

"Hahaha. Eh, dah dulu, Jar, aku mau ketemu temenku."

"Oke, aku mau jalan-jalan deh, liat cabor lain. Kalik ada atlet renang cakep lewat."

"Ew. Dah, Fajar."

"Dah, Kinan."

Kinan menghela napas panjang lagi, berkali-kali minta maaf dalam hati karena tidak sepenuhnya jujur pada Fajar.

"Sumpah, ya, rame banget Asian Games ini," celetuk Damar dari kursi di samping driver.

"Iya, Indonesia gila-gilaan juga. Keren banget," komentar Nisa.

Kinan meihat kedua temannya sedang menikmati semua hiasan jalanan Asian Games. Sementara ia hanya manggut-manggut.

"Pengen nonton aku, ih. Selesai jam berapa, ya, kira-kira Senin besok? Kan lumayan bisa jalan-jalan," kata Damar lagi.

"Rundown nya, sih, sampe jam tujuh malem. Trus checkout nya Selasa jam sembilan," imbuh Nisa.

"Pesawat kita?" tanya Damar.

Cerita Kinan tentang FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang