4. Rencana

1.1K 106 1
                                    

2015

Semenjak kondangan di Bekasi, Kinan dan Fajar punya kontak masing-masing. Mereka terkadang saling chat atau telepon. Fajar, sibuk dengan latihan dan tur keliling dunianya. Sementara Kinan, sibuk dengan kuliahnya di Yogyakarta. Hampir menjadi kebiasaan Fajar untuk mengontak Kinan sebelum dan sesudah pertandingan. Kinan pun kini kembali memantau dunia badminton Indonesia.

Dari dulu Kinan memang suka badminton. Apalagi di kompleksnya dulu banyak anak-anak suka badminton. Apalagi sahabat sekaligus tetangganya jagoan badminton. Hanya saja karena dunia badminton Indonesia redup beberapa tahun lalu, Kinan tidak mengikutinya lagi. Apalagi sejak tidak ada TV nasional yang memegang hak siar pertandingan badminton. Tapi sejak reuni kecilnya dengan Fajar, Kinan kembali selalu update tentang dunia Badminton.

Suatu malam selepas Isya, ketika Kinan sedang mengerjakan tugas kuliahnya, ponselnya berdering. Fajar Alfian, nama yang tertera di layer ponselnya. Sebuah panggilan video.

"Brooo," sapa Fajar begitu Kinan mengangkat teleponnya.

"Aku cewek, kalik," sembur Kinan.

Fajar terkekeh, "Sisss," ralatnya.

Kinan tertawa, "Lagi di mana, Jar?"

"Di asrama, nih sama Jombang," Fajar mengarahkan kameranya ke partner badmintonnya, Rian.

Kinan kaget dan gugup, belum pernah bertatap muka dengan atlet badminton lainnya yang sekarang makin digilai penduduk Indonesia. Kinan nyengir dan menyapa lawan bicaranya, "Eh..., halooo"

Ada suara lain yang tidak tampak pemiliknya, suara medok Jawa, "Lha, Fajar punya cewek?"

Kinan bingung dengan fokus kamera Fajar karena terus bergerak-gerak. Sekilas Rian tadi membalas sapaannya, namun kamera bergerak lagi dan tampak satu atlet yang lain. Itu Kevin Sanjaya. Kinan menutup mulutnya, berusaha keras menahan keinginannya untuk tertawa.

"Adek gue ini!" suara Fajar keras, sementara kameranya masih mengarah ke Kevin.

Astaga, pikir Kinan. Tidak percaya bahwa takdir membawanya ke waktu sekarang, ketika dia tiba-tiba bertatap muka dengan atlet-atlet jagoan Indonesia.

"Adek ketemu gede, Pin," sebuah suara menyahut, Kinan menebak itu suara Rian.

Kamera masih mengarah ke Kevin dan Kinan melihat Kevin membuat ekspresi O panjang tanpa suara. Kinan kemudian mendengar tiga laki-laki itu berisik sendiri dengan bahasa Sunda Fajar dan Jawa Kevin dan Rian.

"Assalamualaikum!" salam Kinan untuk mengingatkan bahwa dia masih bersama mereka di telepon.

"Oh, lupa, kan," Fajar tertawa dan kamera berbalik menyoroti wajahnya. "Lagi apa, Ki?"

"Nugas. Kenapa nelpon, Jar?"

"Pelit amat masa nggak boleh?"

"Yaaa boleeeh, Alhamdulillah ditelepon atlet, dikenalin ke temen-temennya sesama atlet pula, wuuuh beruntung banget akuuu."

"Lebay, woi."

Mereka tertawa.

"Eh, gini, Ki," Fajar memulai.

Kinan hanya mengangkat alis.

"Lusa Jombang rencana mau balik Jogja. Mumpung dapet libur lumayan kita nih, akhir tahun. Kalo gue ikut gimana? Belum pernah main sama lu di Jogja."

Kinan mengerjapkan matanya tidak percaya, "Serius?"

"Iya bener."

"Kamu nggak balik Bandung? Pasti Mama kamu kangen, Jar."

"Ntar malem gue Bandung dulu, trus nyusul ke Jogja. Ntar gue nginep rumah Jombang, ya kan, Jom? Ntar kita main bareng."

"Yaaaw," Kinan mendengar suara Rian.

"Ya monggo, sih. Tapi..."

"Tapi apa?"

"Aku nggak tanggung jawab kalo kamu dikerubutin fans ya, itu urusan kamu."

"Beresss. Asik, kosongin jadwal lu ya, Ki weekend ini?"

"Iyaaa."



*author notes*
Awalnya author mengira cerita ini bakal pendek aja, jadi kumpulan cerita gitu. Satu tentang Aa, satu tentang Mas, satu Bang Onik, Jojo, Mpin, dan lainnya.
Ternyata nulis tentang Aa ngga kelar-kelar wkwkwk, apalagi mereka lagi on fire banget di AE sama Swiss Open ini, ku jadi makin makin >.<
So, judul tulisan ini aku ubah.
Terimakasih buat yang ngintip-ngintip, masih sedikit nih viewer saya.
Jangan lupa vote dan comment ya!
DAN JANGAN LUPA DOAKAN FAJRI YANG NANTI MALEM FINAL!!!

Cerita Kinan tentang FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang