Delapan [Hari keempat pacaran]

23.7K 934 4
                                    

Kalo sayang perjuangin jangan sampe orang lain yang menggantikan tempatmu, karna merelakan tak semudah seperti membalikkan tangan.

°°°°

Daniel mempunyai ide yang cemerlang, ia mendekatkan wajahnya dengan nesya jarak mereka hanya beberapa senti lagi, Nesya yang merasa terganggu membuka matanya lalu menengok kearah kiri dan mata mereka membulat sempurna karena .......

Kedua bibir mereka bersatu tanpa mereka duga, Daniel yang berniat mencium pipi nesya tanpa diduga malah mencium bibirnya.

Nesya membeku ditempat, Ia tidak menyangka tentang apa yang sekarang mereka lakukan, Mereka masih diam dengan mata mereka yang saling menatap dalam, daniel yang ingin menjauhkan jarak antara mereka tersentak kaget saat nesya menarik tekuk daniel dan menciumnya lebih dalam.

Nesya memejamkan matanya ketika daniel membalas ciumannya dengan lembut, Malam yang cerah dan dipenuhi bintang bintang menjadi saksi mereka.

Mereka tidak menyadari tentang perbuatan mereka yang akan merubah rencana mereka jadi malapetaka untuk mereka.

°°°°°°

Pagi ini nesya bangun agak terlambat karena semalam tidak bisa tertidur dengan nyenyak. Sejak malam itu ia selalu merutuki dirinya sendiri yang terlalu gegabah.

"Kamu belum berangkat honey?" tanya mom nya.

"Hehehe belum mom, ini mau yaudah nesya berangkat dulu ya mom dahhh," nesya menyengir kuda lalu pergi setelah berpamitan kepada mom nya, Ia tau jika kaka nya sudah duluan berangkat karena ia tidak melihat motor yang selalu kaka nya bawa.

Nesya berlari kearah garasi ia masuk kedalam mobilnya lalu melajukannya dengan kecepatan penuh, Walau jalan jakarta yang padat ia sudah mahir dalam mengendarai mobilnya, kenapa bisa? Karena.......Rahasia.

Disepanjang perjalanan banyak yang menyumpah serapahi dirinya, nesya ingin membalas semua teriakan yang diberikan mereka tapi karena waktu yang sangat mepet ia tidak bisa membalasnya, Ia fokus pada jalanan sampai bunyi panggilan dari daniel membuat fokusnya hancur ia mengabaikan panggilan itu dan mencoba fokus.

Jarak antara sekolahnya sudah lumayan dekat, seperti biasa ia memarkirkan mobilnya di cafe milik nya, Ia berlari ke arah sekolahnya saat sudah sampai didepan gerbang ia mengatur nafasnya yang tersenggal karena habis berlari, Ia menatap gerbang yang sudah tertutup rapat, Ia berjalan mundur lalu berlari menuju gerbang belakang, nesya takkan pernah memohon untuk dibukakan pintu karena kata itu tidak ada dalam kamusnya.

Nesya masuk karena gerbang belakang tidak pernah dikunci dan hanya beberapa orang yang tau, Saat ingin berjalan masuk suara seseorang memanggilnya.

"Lu terlambat juga?" tanya cowo itu.

Nesya berbalik menatap cowo yang berdiri tidak jauh dengan nya, Nesya hanya mengangguk dengan wajah datarnya.

"Kalau gitu bareng aja," cowo itu tersenyum mendekati tempat nesya berdiri, Sekarang mereka sudah berdekatan, cowo itu menatap mata nesya meski nesya memakai kacamata yang sangat tebal tapi cowo itu bisa merasakan sesuatu yang telah lama hilang darinya, Ia merasa rindu yang selama ini mengelutinya terobati dengan menatap mata nesya ia sangat ingin memeluknya tapi ia belum menemukan bukti jika yang ada dihadapannya ini adalah orang yang selama ini ia cari.

"Ada apa?" suara dingin nesya menyadarkan cowo itu dari lamunanya.

"Ah gapapa cuman lu mirip banget sama kaka gua kalo engga pake kacamata," cowo itu tersenyum canggung karena ketahuan melamun sambil menatap matanya.

Nesya tersenyum tipis, ia menatap sekilas mata cowo yang ada didepannya dan setelahnya ia berjalan lebih dulu menuju kantin, Cowo itu mengikuti nesya dari belakang, ia bingung kenapa mereka berjalan kearah kantin bukan kekelas.

Stefanna [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang