Duapuluhsembilan [Balikan?]

18.1K 617 2
                                    

"Acieeeeee pacaran mulu gak inget sama yang luar," Daniel dan nesya langsung menengok ke arah pintu yang di buka.

Mereka menggaruk kepalanya malu, fauzi masuk dengan fano dibelakang nya, fano menatap nesya sambil tersenyum manis, daniel yang melihat memanyunkan bibirnya kesal.

"Gak usah senyum senyum," Sinis daniel menatap fano tajam, nesya menjitak kepala daniel.

"Apaan sih main jitak jitak aja," Kesal daniel.

"Bisa diam gak," Tajam nesya, daniel hanya bisa menggerutu dalam hati karena jika ia bicara maka bukan pukulan melainkan pistol yang akan melayang.

"Hay nes gimana udah baikan?" Tanya fano lembut, daniel mencibir tak suka membuat fauzi terkekeh.

"Baik kok, udah makan no?" Tanya nesya lembut, daniel melotot tak terima, padahal sedari tadi ia duduk disebelah nesya namun tak di tanya sedikit pun dan ke fano nada suara lembut beda dengan pada daniel.

"Bagus deh, udah tadi di kantin sama yang lain, lu udah?" tanya fano sambil mengelus puncuk kepala nesya, tentu saja hal itu membuat daniel naik pitam.

"Gak usah pegang pegang," Sinis daniel lalu menepis tangan fano dari rambut nesya, fano tersenyum maklum sedangkan nesya sudah melotot tak suka dengan tingkah daniel.

"Gak sopan," Tajam nesya.

"Dia yang engga sopan ngapain pegang pegang kepala kamu," Cemberut daniel tak suka.

"Terserah dia lah kenapa kamu yang marah," Sinis nesya.

"Ya tapi aku gak suka," Desis daniel.

"Emang lu siapa gua?"

Skakmat.

Daniel rasa ada pisau yang menusuk di dadanya, sakit sampe ke jantung guys.

"Emang lu siapa dia niel? Inget lu bukan siapa siapa jadi sadar diri udah tau bukan siapa siapanya masih aja ngarep," batinnya.

Daniel mendesis tak suka dengan suara hatinya itu, walau bener apa adanya tapi ya jangan di beritau juga bikin makin sakit aja.

"Kenapa diem?" Tajam nesya.

Fauzi dan fano terkekeh melihat muka kusut daniel, daniel menggeleng seperti sedang dimarahi oleh ibunya, bahkan ia terus menunduk enggan untuk menatap mata nesya.

"Kak fauzi beliin makanan dong nesya lapar," Rengek nesya, ia sudah tak memperdulikan daniel lagi, sekarang yang penting perutnya.

"Tunggu sebentar ya, fan ayok anterin gua," Fauzi mengelus kepala nesya lalu mencium kening adiknya, mereka pergi meninggalkan dua sejoli yang saling diam.

"Maaf," Setelah sekian lama terdiam akhirnya daniel mengeluarkan suaranya.

"Buat?" nesya berbicara dengan muka datar.

"Maaf kalau aku ngatur ngatur kamu, aku bukan bermaksud buat kamu risi, aku cuman cemburu liat kamu deket sama siapa pun walaupun itu sahabat atau keluarga kamu, aku memang bodoh, kenapa aku bisa sayang sama orang yang bahkan gak sayang sama aku, kamu itu cewek hebat yang aku temui, kamu kaya mamah aku, aura kamu beda dari cewe manapun, selama ini aku cari wanita yang seperti mamah aku tapi aku tak menemukannya hingga kamu datang lalu menyadarkan aku jika wanita yang aku cari selama ini berada didepan aku, awalnya aku bahagia karena aku dapat menemukanmu namun sekarang aku sadar jika aku gak pantes buat wanita seperti kamu aku terlalu bodoh buat dapetin kasih sayang kamu apalagi cinta kamu aku cuman mimpi, aku minta maaf karena udah buat kamu sedih selama ini, aku memang lelaki bodoh yang gak bisa kasih kebahagian sama wanita yang aku sayang, sekali lagi aku minta maaf kalau sikap aku ke kamu buat kamu risih, aku lega udah ungkapin perasaan aku ke kamu, aku juga gak bakal maksa perasaan kamu buat aku, aku cuman mau kamu bahagia, aku pengen liat kamu tertawa aku gak mau lagi liat kamu sedih, jadi aku mohon jangan sedih lagi, aku bakal jaga kamu dari jauh kalau kamu risih aku deket deket kamu, sekali lagi maaf, kalau gitu aku pergi dulu," Daniel berdiri, ia masih menunduk bahkan ia tak melihat wajah nesya setelah mendengarkan ucapannya.

Stefanna [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang