Empatpuluhsembilan [Goodbye] END

26.7K 570 13
                                    

3 tahun kemudian

"Mamah ayok berangkat sekolah nanti danes telat," Teriak danes dari mobil nesya.

"Bentar sayang," Nesya berjalan terburu buru lalu menghampiri danes yang sudah berada didalam mobil nesya.

Nesya masuk ke dalam mobilnya, nesya menatap anaknya yang cemberut dengan wajah menghadap kaca tanpa mau menoleh kearah nesya,nesya terkekeh mengetahui anaknya yang sedang merajuk, nesya mengelus puncuk kepala anaknya lembut lalu mencium pipi anaknya.

"Jangan marah dong anak mamah nanti gantengnya ilang lho," Kata nesya mengejek.

"Ihhh mamah," Cemberut dane, nesya terkekeh lalu mengacak rambut anaknya.

"Mamah ayok berangkat nanti kesiangan," Kata danes.

"Iyah tapi jangan ngambek dong," Bujuk nesya.

"Danes gak ngambek tapi nanti beliin es krim ya," Mata daniel memelas menatap mamahnya yang tersenyum geli melihat tingkah anaknya yang seperti daniel.

"Iya nanti mamah beliin tapi jangan ngambek okey," Kata nesya, danes mengangguk mantap membuat senyum nesya terukir.

"Okey kita berangkat," Seru nesya, ia melajukkan mobilnya dengan kecepatan sedang, daniel sudah berangkat ke kantor tadi pagi, nesya akan mengantarkan danes ke sekolah nya, danes sudah kelas 2 sd membuat anak itu sangat ingin berada disekolah karena banyak sekali anak yang menemaninya, mereka sangat suka bermain dengan danes karena anak itu sangat lucu sama seperti daniel.

"Mamah kapan kita beli es krimnya?" Tanya danes sebelum dia masuk ke dalam kelas nya.

"Nanti pulang sekolah," Jawab nesya sambil membelai rambut danes lembut, danes sangat menyayangi mamahnya ia selalu bersama dengan mamahnya bahkan kalo daniel belum pulang nesya dan danes selalu bermain bersama dan menonton flim ke sukaan danes.

"Beneran yah mah," Danes menatap nesya dengan mata berbinar, danes sangat suka es krim seperti nesya kalo sifat danes lebih ke daniel tapi itu di luarnya sedangkan didalamnya sifat nesya, sifat yang akan selalu berada di dalam darah danes, danes akan mewarisi sifat nesya saat dia masih muda dulu.

"Iyah sayang beneran," Nesya menyuruh danes untuk masuk, sebelum masuk danes mencium kedua pipi nesya begitu juga dengan nesya, danes masuk dengan wajah sumringah, nesya menatap anak semata wayangnya.

"Mamah yakin suatu saat sifat asli kamu akan keluar entah kapan itu dan aku harus memberitahu daniel agar bersiap siap untuk menjaga danes dua kali lipat karena musuh mereka sudah berpencar untuk mengincar danes," Nesya menatap jam ditangannya ia akan ke kantor daniel untuk membicarakan ini semua.

Nesya mengendari mobilnya dengan kecepatan diatas rata rata, wajah nya sangat datar beda dengan saat dia bersama anak nya atau sahabat dan keluarganya.

Beberapa menit nesya sampai di kantor daniel dengan kacamata hitam yang ia pakai, para karyawan menunduk untuk menghormati istri dari atasnnya, nesya berjalan dengan wajah tanpa ekspresi dan dengan aura yang dingin, membuat mereka bergidig ngeri.

Nesya sudah berada di depan pintu kantor daniel, ia membuka tanpa mengetuk terlebih dahulu membuat cowo yang berada didalam mengumpat dan memarahi nya tanpa melihat lawan bicara nya.

"Apa ini sikap kamu di kantor? Berbicara tanpa melihat lawan bicara," Datar nesya, daniel menelan salivanya ia sudah mengetahui siapa yang ia ajak bicara itu, dahinya keringatan bahkan ia menghentikan pekerjaannya lalu menengok ke arah nesya yang berdiri dengan menatap daniel tajam.

"Eh sayang," Kikuk daniel.

"Langsung to the point aja, aku mau ngomong sesuatu sama kamu," Tegas nesya, jika sudah kaya gini daniel harus menuruti nya kalau ia masih mau hidup.

Stefanna [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang