part 9

11.6K 501 2
                                    


   Saat aku terbangun dari tidurku, aku sangat kaget karena aku tidur diatas dada bidang pak alka. Aku langsung menjauh dan bangkit dari berbaringku.

   Aku melihat matahari sangat terik hari ini. Matahari? Jam berapa sekarang? Aku melihat jam dan sangat kaget jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi.

   Aku langsung membangkunkan pak alka, apakah dia tidak bekerja hari ini?

   "Pak, bangun pak udang jam 9 bapak gak kerja hari ini?" ujarku sambil mengoncangkan sedikit tubuh pak alka.

   "Ya, ya,ya. Saya udah bangun." ucap pak alka sambil bangkit dan mengucek matanya.

   Pak alka bangkit dan menuju kamarnya sendiri. Aku melihat malik bergeliat dan membuka matanya.

   "Umi alik lapel ali, alik au mamam." ucap malik sambil memegang perutnya.

   "kita mandi dulu terus umi buat bubur untuk malik oke?" ucapku mengendong malik menuju kamar mandi.

   Aku sudah selesai memandikan malik setelah itu, aku membuatkan makanan untuk malik. Saat aku berjalan keruang tamu, aku melihat pak alka sedang mengendong malik. Lalu pak alka mengambil mangkuk bubur ditanganku, memberikan malik kegendonganku dan menyuapi malik dengan benar tidak seperti pertama kali dia menyuapi malik.

   Setelah selesai dengan malik, dia mencium malik dan berpamitan untuk pergi kekantor.

⭐⭐⭐⭐⭐

     Alka pov

   Aku sangat penasaran dengan salsa kenapa dia sangat mirip dengan sandra? Apa sandra punya saudara kembar tapu dia tidak menceritakannya padaku.

   Tapi aku sudah menyuruh seseorang untuk mengetahui idenditas detail salsa dan akan diserahkan padaku hari ini.

   "Nih sesui permintaan lo. Gak banyak informasi yang gue dapat, yang jelas dia bukan orang bodoh. Bahkan lebih pintar dari sandra, dia bisa menyeleseikan S1 & S2 nya dalan kurun waktu 5 tahun. Setelah itu ibunya sakit dan dia terpaksa menjual ijazahnya. Dia bekerja pagi dan malam. Pagi dia bekerja dikantor lo, dan malam dia bekerja di cafe cassanova." jelas randy panjang lebar sambil membaca map didepannya.

   "Dan setau gue dia enggak punya saudara. Dia anak tunggal. Tapi gue enggak dapat informasi tentang ayahnya. Seperti ada orang yang melindungi identitas ayahnya. Tapi gue akan coba cari lagi." lanjutnya lalu menutup map dan menyerahkannya padaku.

   "Kerja bagus gak sia2 lo jadi teman gue." ucapku sambil mengacungkan jempol kepadanya.

   "Yaudah gue cabut dulu, masih banyak yang harus gue kerjaiin. Kalau lo butuh gue lo langsung telfon gue. Gue akan coba cari informasi tentang ayahnya salsa. Byeee." ucapnya sambil melangkahkan kaki keluar dari ruanganku.

   "Dia lulusan terbaik dari universitas oxford, dengan nilai ipk sempurna." ucapku. Aku harus membeli kembali ijazah itu. Aku mengambil handphone dan menghubungi randy.

   "Haloo.... Randy gue gak mau tau pokoknya lo harus beli kembali ijazah salsa, secepatnya." ujarku sambil membaca data pribadi salsa.

   "Baru aja gue keluar dari ruangan lo udah disuruh-suruh lagi. Oke gue akan beli lagi ijazah salsa puas?." ucap randy dengan nada kesal.

   "Bagus sekali lo memang teman gue yang bisa dihandalkan." aku langsung mematika telfonnya tanpa membiarkannya bicara.

   Sepertinya soal ayahnya aku harus menanyakannya langsung dengan salsa dia pasti akan menjawabnya. Aku belum bertanya apupun tentang ayahnya, aku baru bertanya tentang ibunya.

   Aku pulang kantor lebih awal dari biasanya. Aku melihat salsa sedang bermain bersama malik. Segara aku berjalan mendekati mereka dan menggendong malik dan sambil dia bermain dengan malik aku bertanya apa pendidikan terakhirnya dan pelan2 akan bertanya tentang ayahnya.

   "Salsa boleh saya bertanya? akan tetapi Ini agak sedikit pribadi." tanyaku.

   "Tidak masalah pak, apa yang akan bapak tanyakan?" jawabnya dengan senyum.

   "Apa pendidikan terakhirmu, karena saya sempat mendengar beberapa kali kamu berbahasa inggris dengan malik." tanyaku penasaran akan jawabannya.

   "Saya hanya mengajarkan sedikit kosa kata bahasa inggris kepada malik. Semua orang bisa melakukan itu, bukan berarti saya fasih dan lancar berbahasa inggris kan?" jawabnya. Benar juga apa yang dikatakannya.

   "Lalu apa jenjang pendidikan terakhirmu?" tanyaku lagi.

   "Hanya tamatan SMA biasa. Tidak mungkin orang miskin seperti saya bisa kuliah. Jangankan untuk kuliah untuk makan saja susah." jawabnya seperti meyakinkan. Aku harus memancingnya untuk bicara yang sebenarnya. Aku tau di sedang berbohong.

   "Tapi saat aku menerima pegawai baru. Aku melihat ada namamu di salah satu ijazah mereka. Saat aku selidiki ternyata nama orang yang punya ijazah itu bukan salsabila." ucapku mengintimidasi. Tapi aku melihanya tampak biasa saja. Entah memang biasa saja atau hanya berpura2 biasa saja.

   "Banyak orang yang bernama salsabila dinegara ini, yang jelas itu bukan punya saya." ucapnya dengan tegas. Ternyata susah sekali membuatnya bicara yang sebenarnya.

   "Benarkah kamu tidak sedang berbohong?" tanyaku lagi, dan dibala dengan gelengan olehnya.

   "Tapi foto di ijazah itu didoubel dua, saat saya membuka foto pada lapisan pertama, saya melihat wajah kamu didalam ijazah itu." ucapku mengarang cerita agat dia mau mengatakan dengan jujur. Dia hanya diam dan melihatku.

   "Ya pak memang saya tamatan S2 di universitas oxford, saya kuliah dengan mati2an agar saya bisa membahagiakan ibu saya. Karena saat kuliah saya sangat yakin bahwa dengan ijazah S2 dari universitas terkenal akan membuka banyak peluang bagi saya mendapatkan pejerjaan. Tapi sebulan setelah saya pulang ke indonesia saya tahu bahwa ibu saya sedang sakit keras. Terpaksa saya menjual ijazah itu untuk biaya berobat ibu, sebulan setelah itu ibu saya meninggal." jawabnya dengan berlinang air mata.

   "Lalu dimana ayahmu apa dia tidak mengurus ibumu?" tanyaku lagi.

   "Ayah saya sudah lama meninggalkan kami. Tepatnya saat usia saya 3 tahun. Ayah berselingkuh dengan sekretarisnya dan menceraikan ibu. Kami diusir dari rumah dan harus terpaksa tinggal dijalanan untuk beberapa hari. Tapi ada orang baik hati yang mengizinkan kami tinggal dirumahnya dan kami memulai hidup baru disana." ucapnya sambil menangis sesegukan. Bisa aku simpulkan bahwa salsa tidak punya adik dan kakak. Kalau dia punya kakak pasti kakak itu bukan sandra, karena sandra lebih muda dari salsa.

   "Maaf pak baju bapak basah karena saya." ucapnya sambil menjauh kepalanya dari pundakku.

   "Tidak masalah. Siapa nama ayah kamu?" lanjutku lagi.

   "Saya tidak tau, karena saat itu memang ayah tidak pernah ada dirumah dan selalu pergi, lagi pula saya masih terlalu kecil waktu itu. Saya hanya tau wajahnya, ya saya hanya mengingat wajahnya, dia selalu memukul ibu." ucapnya dengan nada marah.

   Sepertinya sudah cukup informasinya, lalu aku menyudahi pembicaraan dengan menyuruh salsa membuat susu untuk malik.

  
  

  

LOVE BABY BOY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang