Jangan lupa untuk Vote and Comment ya teman-teman.
Be Smart Reader please^^
Arin berjalan memasuki apartementnya dan menutup pintu apartementnya dengan kencang. Sementara, Taeyong berada di depan yg dimana saat pintu tiba-tiba tertutup dengan sangat kencangnya, Taeyong sangat kaget."Rin, kasar banget. Gue baru pulang dari rumah sakit, mau istirahat." Ucap Taeyong sambil mendudukkan dirinya di sofa.
Arin duduk di meja makan, "Gak! Apa-apaan lo istirahat. Selesain dulu ini masalahnya."
"Jangan keras-keras ngomongnya. Sini duduk samping gue. Lemes banget ini pangeran." Ucap Taeyong dengan nada lemas.
"NGAPAIN GUE HARU-," Ucapan Arin di potong oleh Taeyong, "Arin."
Arin mengalah dan memilih duduk di sofa, tepatnya di samping Taeyong. Arin mengamati wajah Taeyong yg masih pucat dan kepala Taeyong yg disandarkan di senderan sofa membuat Arin ingin menariknya menuju bahunya.
"Kenapa diem? Ngomong lagi." Ucap Taeyong memecah keheningan.
"YA, LAGIAN KENAPA KEMAREN LO GAK NGELAK SIH?! KENAPA DIEM AJA?!" Emosi Arin memuncak, "KAN ITU JUGA MAMI LO YG NGOMONG TERUS-TERUSAN, LAGIAN LO JUGA ANAKNYA. MASA HARUS GUE YG JELASIN JUGA?!"
"Gue gak mau jadi anak durhaka ngebantah omongan orang tua. Emangnya lo gak mau nikah sama gue?" Goda Taeyong.
"YA KALO LO YG DURHAKA MAH BODO AMAT, ASAL GUE GAK." Arin menjeda omongannya sebentar, kali ini nada bicaranya terdengar pelan dan putus-putus, "Gue kan- hiks-masih mau ku-hiks-kuliah. Gue m-mau ngejar ci-hiks- cita-cita gue dulu."
Mendengar Arin menangis, Taeyong yg tadinya menghadap depan sekarang memiringkan tubuhnya agar bisa berhadapan dengan Arin.
Arin menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan menangis sesegukan. Taeyong sangat tidak tega melihat Arin seperti itu. Taeyong menarik Arin ke dalam pelukannya. Tanpa di duga, Arin membalas pelukan Taeyong dan melingkarkan tangannya di leher Taeyong.
Taeyong mengusap rambut Arin perlahan, "Dih, kok nangis? Marah-marah aja deh jangan nangis, gak kuat gue liatnya."
Ucapan Taeyong itu sukses membuat tangis Arin semakin pecah. Arin mengeratkan pelukannya dan menangis lebih kencang di pelukan Taeyong.
"Eh kok malah tambah kenceng? Berhenti nangisnya nanti gue jelasin ke mami."
Arin melepas pelukannya dengan air mata yg masih membasahi bagian matanya, "hiks- beneran y-ya-hiks-?"
"Iya, tapi ada syaratnya."
"Hng?"
Arin menangkat kedua alisnya dan membulatkan matanya tanda ia ingin tahu apa syarat yg Taeyong katakan.
Taeyong mendekatkan pipinya ke bibir Arin dan memberi kode menggunakan tangannya dengan menyentuh pipinya berulang kali, "Cium dulu."
Arin terdiam sejenak. Otaknya berhenti bekerja atas permintaan dari Taeyong. Tapi, siapa sangka Arin malah mencium pipi Taeyong dengan kilat dan kembali memeluk Taeyong dengan erat. Taeyong yg terkejut mendapat serangan mendadak dari Arin hanya bisa terdiam. Taeyong terdiam hingga Arin bergerak di dalam pelukannya untuk mencari tempat yg nyaman.
"Nanti malem anak-anak mau kesini. Jenguk katanya sekalian main."
"Siapa aja?" Jawab Arin dengan suara teredam karena masih berada di pelukan Taeyong.
"Gak tau. Tapi gak mungkin semuanya sih, mana muat." Jawab Taeyong sambil mengelus rambut Arin.
"Gimana, boleh gak?" Tanya Taeyong.
Namun ia tak mendapat jawaban apa-apa dari Arin.
"Rin?" Taeyong menyibak rambut Arin yg menutupi wajahnya dan ternyata Arin tertidur dengan hidung yg masih memerah bekas menangis tadi.
"Gue bakal jelasin semua ke mami, Rin. Tapi gue gak akan bilang batal. Gue bakalan bilang mau di undur aja sampe lo siap." Monolog Taeyong sambil mengecup kening Arin, "Pokoknya lo harus married sama gue, gimanapun caranya gue gak mau tau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Candu 「 Lee Taeyong 」 ✔️
Fanfic"Gue kecanduan" "..." "Udah parah." "..." "Kecanduan pelukan sama sun dari lo." ehe. harsh words; bahasa non-baku. AU; ©2019, octobyer.