tidak terasa sudah 4 hari lamanya, taeyong dan arin tidak berbicara. ralat, jarang jarang jarang sekali berbicara. bukan karena marahan, tapi karena arin sedang menghadapi ujian akhirnya. arin benar-benar fokus dan mengacuhkan segala hal, termasuk jam makannya yg sering terlambat.sekarang, hari terakhir ujian nasional. dan taeyong masih bergelung di kasurnya karena libur; tradisi ujian akhir. taeyong mengecek ponselnya dan melihat jam yg tertera disana. arin setengah jam lagi pulang. taeyong inisiatif untuk menjemputnya kesayangannya ke sekolah, sekalian merayakan berakhirnya ujian akhir dan masa sulit dimana keduanya tak saling bicara.
taeyong mandi sebentar, memakai bajunya, dan menata rambutnya. taeyong bercermin, dan dirasa sudah cukup ganteng, ia langsung menyambar kunci motornya di nakas kamarnya dan langsung berangkat menuju sekolah.
taeyong duduk diatas motor besarnya dan sesekali menghisap rokoknya. taeyong sengaja memakai topi agak menutupi matanya agar pihak sekolah tidak menyadari bahwa taeyong adalah salah satu siswa dari sekolah itu. karena, ya iyalah dia nyebat di depan sekolahnya, pasti kalo ketauan juga langsung kena surat panggilan orang tua. walaupun istilahnya tidak memakai seragam, tetap saja masih berada di lingkungan sekolah.
taeyong melihat arin keluar dari gerbang sekolah. ia sengaja tidak memanggil arin, karena tau kalo arin liat, pasti langsung nyamperin.
dan benar saja, gadis itu kini berjalan mendekat ke arah taeyong, "lo nungguin siapa?" tanyanya.
taeyong membuang rokoknya, "nunggu orang yg diemin gua selama empat hari ini. lu liat ngga?" jawab taeyong sarkas.
arin meninju lengan berotot taeyong pelan, "apaansi, lo. siapa juga yg diemin lo. gue tuh stress tau ngga. oh, iya, gue dapet—," belum selesai arin bicara, taeyong sudah duluan memotongnya, "nanti aja ngomongnya, sekarang naik, tentuin tempat kita mau kemana. biar ngga stress lagi."
arin mengangguk dan nurut, ia langsung duduk di kursi penumpang, dengan kedua tangan yg memegang bahu taeyong. tapi taeyong masih belum menyalakan mesin motornya. arin yg bingung, agak memajukan wajahnya tepat di samping telinga taeyong,
"ayo, kok diem?" tanya arin yg tangannya masih setia berada di bahu taeyong.
taeyong noleh sedikit yg membuat jarak antara wajah keduanya cukup dekat, "tangan." jawab taeyong singkat.
seperti mantra, arin langsung memindahkan tangannya yg semula dari bahu menjadi ke... err— perut. ya, gadis itu sudah melingkarkan tangannya sempurna di perut taeyong. taeyong tersenyum simpul dan menyalakan motornya. lalu mereka beranjak pergi, tapi masih tidak tau kemana tujuannya.
ditengah perjalanan arin memikirkan banyak hal yg berkecamuk dalam otaknya. ia bingung harus bagaimana dan cara menyampaikannya harus seperti apa. sampai-sampai ia tak sadar bahwa taeyong daritadi memanggilnya namun... ya, tidak ada jawaban karena gadis itu larut dalam pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Candu 「 Lee Taeyong 」 ✔️
Fanfic"Gue kecanduan" "..." "Udah parah." "..." "Kecanduan pelukan sama sun dari lo." ehe. harsh words; bahasa non-baku. AU; ©2019, octobyer.