25 ..⃗. Tidak mau dengar, tapi harus。

9.5K 1K 61
                                    

Jangan lupa untuk Vote and Comment ya teman-teman.
Be Smart Reader please^^

Arin mematung mendengar pertanyaan tiba-tiba dari Taeyong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Arin mematung mendengar pertanyaan tiba-tiba dari Taeyong. Ia tidak menyangka bahwa mereka berdua akan bertindak sejauh itu. Mulut Arin terbuka karena pertanyaan dari Taeyong. Ya, gimana ya, masa iya anak SMA yg tidurnya harus di peluk sama maminya tiba-tiba ngebuntingin anak orang?


Gak mungkin banget gak sih?


Taeyong menjauhkan kepalanya dan mengibaskan tangannya di depan wajah Arin yg melamun, "Rin? Masih sadar?" Tanya Taeyong dengan kedua alis yg terangkat.

Arin mengedipkan matanya dan menggelengkan kepalanya untuk menjauhkan semua prasangka buruk tentang orang di depannya itu, "A-ah iya. Jadi lo beneran nge... hamilin dia?" Tanya Arin hati-hati.

Taeyong terkekeh pelan, "Gak tau, Rin. Gue gak ngerasa pernah berhubungan badan sama dia. Atau mungkin itu emang kenyataan dan guenya gak sadar karena pengaruh alkohol atau apapun itu. Tapi... apa lo percaya, Rin, kalo gue begitu?"

Arin memijit keningnya, "Gue tau lo nakal, tapi untuk hal begini, gue masih susah percaya. Kalo emang beneran," Arin menghela napas sebelum melanjutkan omongannya, "Lo harus jadi ayah yg sukses ya, harus bisa jadi panutan untuk anak lo nanti. Kecuali yg buruk, jangan sampe dia ngikutin." Ucap Arin sambil melempar senyuman kepada Taeyong.

Hati Taeyong menghangat mendengar perkataan Arin. Hatinya juga terasa terbelah dua setelah mendengar nasihat dari orang yg ia cintai.

Taeyong merentangkan kedua tangannya, mengisyaratkan agar Arin memeluk dirinya. Dan benar, saat itu juga Arin langsung menghempaskan dirinya ke pelukan Taeyong. Ia menangis sejadi-jadinya. Tidak menyangka bahwa kejadian seperti ini terjadi di depan matanya sendiri,

Taeyong mengelus lembut surai rambut Arin, "Dih, kakak galak kok nangis?" Tanya Taeyong dengan sedikit meledek.

Arin menggigit pelan bahu Taeyong disela tangisnya, "B-bacot aja—hik—."

Taeyong mengaduh kesakitan saat Arin menggigit bahunya.

Taeyong mengeratkan pelukannya, "Lusa hasil tes DNA-nya keluar, Rin. Kalo positif dia anak gue, gue bakalan pindah ke Amsterdam buat kuliah disana." Jelas Taeyong kepada Arin.

Arin menjauhkan kepalanya dari leher Taeyong, "L-lah? k-kan lo masih kelas dua belas?" Tanya Arin dengan suara khas orang menangis.

Taeyong terkekeh, "Katanya umur mah gak penting, selama gue bisa lolos tesnya, ya masuk masuk aja." Jawab Taeyong sambil menggigit pelan hidung kemerahan Arin.

Arin kembali menyenderkan kepalanya di bahu Taeyong dan mencari posisi yg nyaman, "Kalo bukan anak lo, gimana?" Tanya Arin dengan suara yg pelan.

Taeyong mengecupi pucuk kepala Arin berkali-kali, "Ya, bagus dong. Gue jadi bisa nikahin lo detik itu juga. Mau kawin lari juga boleh. Gue ikutin semua kemauan lo, Rin."

Arin memukul pelan dada Taeyong, "Ngaco, lo. Udah gila otaknya," Omel Arin dengan mata tertutup, "Udah ah, mau tidur." Lanjutnya.

Taeyong kembali mengeratkan pelukannya dan juga kembali mengelus lembut rambut Arin, "Kenapa ya, Rin, gak lo aja yg gue hamilin?" Ucap Taeyong tanpa rasa bersalah.

Arin yg mendengarnya langsung menegakkan kembali kepalanya dari bahu Taeyong. Mukanya sudah sangat memerah, ia ingin marah. Bisa-bisanya Taeyong berbicara setidak sopan itu padanya!


Dengan penuh keberanian Arin segera mengecup singkat bibir Taeyong yg baru saja mengucap kalimat tidak sopan,

"Hukuman buat mulut yg gak di didik." Ucap Arin yg sudah melesakkan wajahnya di leher Taeyong.

Ia malu. Gila saja, perempuan masa bertindak seperti itu kepada laki-laki yg notabenenya bukan siapa-siapanya.




Taeyong tersenyum kesenangan,















"Anjing,"



"Babi,"



"Monyet,"



"Bangsat,"



"Goblok,"





Taeyong sedikit menunduk, "Lo utang 5 hukuman ya buat gue. Mulut gue emang kurang didikan banget, harus sering-sering di didik sama mulut lo." Bisik Taeyong dengan seringaian nakalnya.

Candu  「 Lee Taeyong 」  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang