"WHAT THE?!! PEMERIKSAAN?! ANJER!" teriak Aldo
"Dadakan banget sih, gue lupa bawa dasi" kata Vito
"Sama!" ujar Ray
"PAK GILANG KALAU PEMERIKSAAN DADAKAN TERUS SIH!" teriak Niko frustasi.
"Bolos aja kuy" kata Vito sedikit berbisik
"Gue setuju, dari pada kita dihukum+diomelin" kata Niko
"Tapi, kalau ketahuan gimana?" Tanya Ray sedikit ragu
"Halah! Lo aja waktu itu bolos. Ngajak Kiran pula!" Kata Vito menarik tangan Ray untuk keluar kelas yang suasananya sedang menegangkan dengan murid-murid yang panik.
Mereka berjalan menuju dinding pembatas sekolah dibelakang. Tentu saja disana sepi. Hanya ada mereka ber-4.
Yang pertama melompat adalah Vito yang disusul Niko. Sekarang tinggallah Aldo dan Ray. Aldo lebih dulu ingin menaiki dinding itu. Tapi, dia kesusahan.
"Cepet dikit bangke, keburu pak Gilang lewat!" Kata Ray melihat arlojinya.
"Iya! Bawel!" Kata Aldo jengkel
"ALDO! RAY! JANGAN COBA-COBA BOLOS!" Kata seseorang di belakang mereka dengan membawa rotan andalannya.
Ray menelan Saliva nya. Jika saja dia yang naik duluan, mungkin Aldo saja yang akan kena akibatnya.
"Sini" kata Gilang memerintah
Aldo dan Ray mendekati Gilang dengan wajah tertunduk. Ini lah yang Ray takutkan.
"KENAPA KALIAN BOLOS?!" Kata Gilang dengan nada tinggi memperhatikan Aldo dan Ray dari atas sampai bawah.
Perhatiannya tertuju pada kerah baju yang tidak ada dasi. Membuatnya semakin naik pitam.
"KENAPA KALIAN TIDAK MENGENAKAN DASI?!" Lanjut Gilang
"Nganu pak--" ucapan Aldo terpotong
"NGANU-NGANU! APA NGANU-NGANU?!"
Demi apapun, Ray berusaha tidak tertawa.
"Anu pak--" lagi, ucapan Aldo terpotong
"ANU-ANU! APALAGI ANU?! HAH?!"
"Sabar kan orang ganteng ini ya Allah" Batin Aldo
"KALIAN BAPAK HUKUM LARI KELILING LAPANGAN 5 KALI PAKE INI!" kata Gilang memberikan sebuah potongan kedus dengan tali dengan tulisan 'Kami adalah orang yang ingin bolos disaat pemeriksaan'
"Gila anjir" batin Ray
"Ini nih. Demen gue" batin Aldo jengkel
Mereka menerima kardus itu dengan berat hati dan mengalungkannya dileher dan mulai kelapangan dan segera lari.
Dipinggir lapangan ada beberapa kelas yang kosong. Salah satunya kelas Kiran.
"Memalukan" batin Ray
"Eh! Ada Kiran! KIRAN! INI NIH COWOK ELO DIHUKUM!" teriak Aldo
Diteras kelas, dari kejauhan, Kiran yang merasa namanya diteriaki menoleh ke sumber suara. Hal itu membuat Ray lebih cepat berlari dan memalingkan wajahnya kesisi lain.
"Malu-maluin!" Kata Ray kesal.
Aldo hanya nyegir dan melanjutkan berlari.
***
Ray duduk dipinggir lapangan mengelap keringat yang bercucuran. Mereka usai berlari dan bel istirahat berbunyi.
Tiba-tiba pipi Ray disentuh oleh sesuatu yang dingin. Ia mendongakkan kepalanya. Tampaklah Vito dengan senyumnya dan memberikan botol minum itu dan duduk disamping Ray. Ray berdecak sebal. Ekspetasi nya tak sesuai realita.
"Enak ya dihukum" kata Vito dengan cengiran khas nya
Ray menoyor kepala Vito.
"Enak pale lo" kata Ray ketus
"Coba kalau Kiran yang Lo giniin pasti dia bilang kayak gini" Vito berdiri
"Abang Ray jahat! Masa adek Kiran ditoyorin kepalanya!" Vito mendramatisir dan menghentakkan kakinya dengan tangan di dada dan mencebikkan bibirnya bak seorang gadis ngambek.
Vito kemudian terkekeh dan kembali duduk.
"Yeeee, Kiran gak se alay itu!" Kata Ray kembali menoyor kepala Vito
"Ngapain kalian?" Tanya Niko dibelakang mereka
"Nganu pak--" ucapan Ray dibuat persis dengan yang Aldo ucapkan tadi
"Apa sih NGANU-NGANU?!" Kesal Aldo
"Anu pak--" lagi, Ray menggoda Aldo
Wajah Aldo merah padam. Untung teman, jika tidak, sudah ia serahkan makhluk didepannya ini ke Wewe gombel
Semuanya tertawa melihat wajah Aldo yang merah padam. Membuat Aldo kesal adalah suatu kebanggan tersendiri.
***
Kiran dan Ray berada di meja ruang keluarga Ray. Kiran dan Ray sedang menghadapi anak laki-laki seusia SD kelas 6 yang dititipkan di rumah Ray.
Anak itu adalah adik sepupu Ray. Saat Ray pulang bersama Kiran, tiba-tiba mereka disuguhkan pemandangan dan makhluk yang sering membuat kesal Ray.
"Kak! Kakak cantik banget! Kakak mau gak jadi pacar aku?" Kata Yogi adik sepupu Ray
"Heh! Bocah gak boleh pacaran!" Kata Ray jengkel.
"She is mine Yogi!" Batin Ray
"Lah bodo amat! Bodo amatlah! Lah bacot amat! Bacot amatlah!" Nyanyi Yogi sambil dance tidak jelas.
Kiran terkekeh. Tapi kalimatnya tidak pantas untuk anak seusianya.
"Hushh!!! Kata-kata nya gak boleh kasar" kata Kiran sedikit membungkuk
Yogi mengangguk. Kiran pun tersenyum
"Kak Len! Bantu Yogi kerjain pr! Pr IPA" kata Yogi
"Len?" Tanya Kiran menautkan kedua alisnya
"Kak Galen" kata Yogi
Kiran ber-oh ria dan menggut-manggut paham.
"Ck! Mana bukunya?" Tanya Ray
Yogi menyodorkan sebuah buku IPA dengan materi tata Surya.
"Yang ini" tunjuk Yogi.
"Yaudah, bacain soalnya. Terus kita bantu" sahut Kiran
Yogi mengangguk dan mulai membaca soal-soal itu.
Kiran dengan antusias menjawabnya dan Ray dengan malas menjawabnya.
"Kak!" Panggil Yogi
"Hm?" Dehem Kiran
"Pusat tata Surya apa?" Tanya Yogi
"Matahari" jawab Kiran
"Jika pusat tata Surya adalah matahari, maka, pusat gue adalah Zana Kirania Genta" gumam Ray yang terdengar jelas dan membuat Kiran dan Yogi menoleh. Kiran tersenyum.
"Cinta tak bisa dipertanyakan dan dipermasalahkan. Aku mencintaimu tanpa apa, bagaimana, dan tentu saja tanpa alasan" batin Kiran
***
Hai!
Jangan lupa vote, comen, and share
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Apa Dengan Gitar?
Teen FictionKedua belah pihak di pertemukan karena sebuah ajang lomba. GITAR. Keduanya suka benda itu. "Jika pusat tata Surya adalah matahari, maka pusat gue adalah Zanna Kirania Genta" -Galen Ray Arion "Cinta tak bisa dipertanyakan dan dipermasalahkan. Aku men...