07.Nightmare?

2.9K 433 6
                                    

"Lepaskan!" Jisung berteriak ketika Tangan Hyunjin mencoba memberhentikannya.

"Kenapa sih di dunia ini harus ada mahluk seperti Kalian?" Ucapnya sarkas kepada kedua makhluk yang berada di ruangan itu. Hyunjin masa bodoh, ia tetap menarik lengan Jisung hingga mendorong tubuh itu mendarat pada sofa.

"Pelan-pelan!"

"Yak!, seharusnya kau berterima kasih padaku karena sudah menyelamatkan hidupmu kemarin" Hyunjin memutar bola matanya malas. Kemudian bersandar pada tembok, lengannya dilipat didepan dada.

"Mm-maksudmu?" Tanya Jisung yang belum mengerti keadaan.

"Ck, kemarin aku datang kesini hanya untuk mengunjungi dia" Hyunjin melirik ke arah Minho.

"Tapi aku malah melihat kau sedang di-err, ya begitulah, aku langsung mendorong dan mencekiknya untuk berhenti menghisap darahmu. Lihatlah tembok disebelah sana" telunjuk Hyunjin menunjuk pada dinding yang retak disudut ruangan.

Ditengah pembicaraan mereka berdua, sang tersangka mulai mengangkat suaranya.  "Jisung maafkan hyung, aku lupa jika stok makanan habis. Niat hyung ingin menunggu Hyunjin sampai datang, tapi dalam pikiran ku terus terbayang-bayang oleh rasa manis dari darahmu, maaf" yang berbicara tidak berani menatap mata Jisung, merasa dirinya bersalah.

"Apakah semanis itu?" Tanyanya lagi dengan taut wajah yang penasaran.

"Tentu, bisa dikatakan manis sekali. Hebat sekali dia bisa menahannya, meskipun akhirnya kau digigit olehnya" celetuk Hyunjin.

Jisung bangkit dari duduknya, jarinya menunjuk Hyunjin yang baru saja menyelesaikan kalimatnya. "Kau juga mencicipinya?!"

"Cih, dasar manusia"

"Kau mau kemana, yak!"

"Jisung, cukup! Dia kemarin bahkan tidak menyentuhmu sama sekali" Minho kembali angkat suara, kini matanya menatap Jisung secara langsung.

Terserah! Aku mau pulang"

~

"J-jjisung hentikan, kumohon" mata anak tersebut menyatakan bahwa dirinya meminta ampun.

Disisi lain, lelaki tersebut tidak menyinggung perkataan seorang yang dihadapannya. Tangannya semakin kuat mencekam kepala anak tersebut untuk memiringkannya ke samping. Membuka mulutnya, menampilkan taring yang sudah mencuat keluar disertai matanya yang merah darah. Kemudian menusuk masuk, menembus kulit hingga darah keluar dari leher sang anak itu.

"Jjjjjjj-jisung" teriak anak itu lirih, menahan sakit.





































"JEONGINNnnnn" Jisung bangun dari tidurnya dan segera mengambil posisi duduk bersandar pada sandaran ranjang. Teriaknya melemah disaat dirinya melihat Jeongin yang masih terlelap tidur disampingnya.

"Untung hanya mimpi" Jisung menggaruk tepat dilehernya yang terluka karena merasakan gatal disana.

"Mmm-mana luka ku?" Seketika dirinya kembali histeris, berlari menyalakan lampu pada walk in closet nya dan berkaca di sana.

Sekali lagi ia meraba di daerah dititik lukanya, dan semakin mendekatkan tubuhnya pada cermin. "Sssss-sungguh, beneran ilang!" Tubuhnya tersungkur didepan cermin, bibirnya bergetar, serta menahan air mata yang hampir keluar. Jisung tidak dapat berkata-kata lagi, dirinya tidak tahu harus berbuat apa.

"Jisungie?"

Mata anak tersebut membulat sempurna disaat melihat seseorang yang memanggilnya dibelakang karena adanya pantulan cermin.

"A-a...pakah aku akan berubah seperti kalian? Hiks"

Minho menghampiri Jisung dan menyambutnya masuk kedalam pelukan, membiarkan anak tersebut membasahi bajunya dengan air mata. Kemdudian tangannya mengusap punggung Jisung pelan.

"Tenanglah, kau tidak akan berubah" jawab Minho mencoba tuk menenangkan yang ditambah dengan senyum tampannya.

"T-ttapi, mengapa luka ku hilang, sampai tidak meninggalkan bekas. Hiks"

Minho juga heran, masalahnya kejadian seperti ini sangatlah langka, bahkan mungkin belum pernah terjadi. Kata yang terucap dari bibirnya hanyalah "maaf"

"A-aku m-masih i-ingin makan nasi! Huwaaaa" tangisan Jisung akhirnya pecah, diiringi tangannya semakin erat memeluk vampire yang berada dihadapannya.

"Ini masih jam 2 pagi, kembalilah tidur, besok sekolah"

"Hyung temani aku tidur disini, aku tidak mau nanti tiba-tiba aku berubah dan menggigit leher Jeongin-hiks"

Yang dipanggil hyung hanya tertawa kecil, menyuruh kepala Jisung untuk bersandar pada pahanya untuk dijadikan bantal. Rambutnya diusap pelan, sampai anak itu tertidur lelap, mulutnya sedikit mangap. "Lucu, imut, dan-manis" batin Minho.

Mereka tetap diposisinya sampai jam menunjukan pukul setengah tujuh pagi.

"Jisungie?" Minho memanggil pelan, seraya tangannya membetulkan poni Jisung yang hampir menutup matanya.

"Hmmmmm" badan Jisung berbalik, tapi ke arah selangkangan Minho.

Minho sedikit gugup, karena takut jika yang bangun duluan adalah miliknya bukan Jisung. Karena vampire juga memiliki hawa nafsu bukan? Buru-buru ia membalikan badan Jisung dan mencoba tuk membangunkannya lagi.

"Kalau tidak bangun, hyung akan menciummu" bisiknya pelan.

Jisung tersentak dan segera bangun. Namun karena jarak mereka yang terlalu dekat, membuat bibir mereka tidak sengaja saling bersentuhan secara tidak sengaja.

Chup

Kira-kira sudah 30 detik bibir mereka saling bertemu, dan tidak ada yang melepaskannya. Jisung malah membeku ditempat, matanya juga melebar tanpa berkedip. Sampai mata Minho berkilat ungu, menandakan bahwa hormonnya berangsur naik.

Kemudian tangan Minho mendorong tengkuk anak tersebut, membuat kedua bibir dari mereka semakin menempel.  Dilumat bibir itu olehnya, napasnya yang menderu membuat Jisung merinding. Entah mengapa anak tersebut tidak mencoba melawan, yang ia lakukan hanyalah pasrah dengan lumatan yang menghujam kedua belah bibirnya sampai terbuka.

Jisung kikuk, ia malah mencoba mengikuti alur permainan bibir dan lidah dari sang dominan, sampai tangannya malah mengalungi pada leher Minho, menandakan bahwa ia menikmati.

apakah dia sudah gila? Mungkin.

Kini badan bocah tersebut telah berada dipangkuannya, kedua tangannya menangkup rahang anak tersebut seakan pagutan dari kedua bibir mereka tidak mau lepas.

Namun semuanya berakhir ketika Jisung merasakan benda keras berada diantara kedua belah bagian bawah miliknya. "H-hyung m-milikmu" ucap Jisung gugup, matanya melihat kebawah disertai pipinya yang semakin memerah tidak karuan.

"Jisung" keduanya langsung beranjak dari posisi, ketika mendengar suara Jeongin yang memanggil dari arah kamar tidur.

"H-hyung pergi dulu" Minho mengecup kening Jisung, kemudian membalikan badannya dan menghilang dalam sekejap.

Anak tersebut diam ditempat, tidak percaya apa yang dia lakukan barusan. Morning kiss? Tapi sayang sekali tidak ada morning kiss yang sepanas itu. Tangannya mengusap kedua pipi chubby miliknya yang memanas.

Jeongin masuk ke dalam walk in closet, menghampiri sahabatnya yang masih diam di tempat dengan tatapan kosong, dan tangannya yang memegang kedua pipi miliknya. "Jisung sejak kapan kau disitu?"

"H-hah? A-aaaku mau mandi ini sudah siang"

WHO's THERE | [P A R T 1 : END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang