23. Mistaken

1.6K 244 16
                                        

Seungmin telah dinyatakan hilang selama tiga hari. Investigasi yang dilakukan aparat kepolisian tak kunjung membuahkan hasil. Kabar menghilangnya Seungmin terlalu mencurigakan untuk diselidiki. Bagaimana bisa anak itu menghilang jika pintu dan jendela kamarnya tertutup rapat dari dalam? Sampai-sampai sekelompok detektif yang disewa ayahnya menyuruh mengadakan penggeledahan besar-besaran dikediaman keluarga Kim. Bahkan dari rekaman CCTV saja tidak menunjukkan ada yang salah.

Telah ditemukan beberapa sidik jari dikamar Seungmin. Beberapa diantaranya yang tak lain adalah Seungmin, para maid, dan teman-temannya. Tapi ada satu sidik jari yang tidak bisa diidentifikasi kepunyaannya, dan polisi sampai sekarang masih mencari siapa dari pemilik sidik jari tersebut.

Jisung pernah diminta keterangan oleh pihak polisi terkait pesan yang ia terima dari Seungmin waktu sebelum kejadian terjadi. Bahkan data-data dari ponsel Seungmin yang remuk telah terkumpul semua dikepolisian demi guna penyelidikkan lebih lanjut. Dan pintarnya Chris, ia tidak pernah menghubungi Seungmin ke nomor teleponnya sekalipun.

Tidak hanya kedua orangtuanya yang dilanda frustasi. Jisung tidak henti-hentinya menangis dan mengatakan bahwa ini semua salahnya. Mengenai Minho juga Hyunjin, mereka tidak angkat suara, dan itulah yang membuat Jisung jadi membenci keduanya. Ini memang terikat dengan makhluk sebangsa mereka, jadi bagaimana bisa mereka malah diam dan berperilaku seakan tidak terjadi apa-apa.

Jisung ingin sekali memaki Minho dihadapan mukanya secara langsung. Tapi aktivitasnya mulai terhalang akibat perutnya yang cepat sekali membesar, padahal belum seminggu ia mengetahui kabar kehamilannya. Tentunya perut yang buncit mengundang tanda tanya dari orang sekelilingnya, dan hanya kedua orangtuanya saja yang belum sepenuhnya sadar. Jisung hanya bilang kalau ia sedang memiliki napsu makan yang banyak makanya perutnya membuncit, dan untungnya mereka mempercayainya.

~

Dengan baju oversize untuk menutupi perut buncitnya, dan celana kain berwarna putih terang, Jisung sudah berdiri rapih di depan sebuah kafe yang letaknya lumayan jauh dari kediamannya. Hyunjin yang menyuruhnya kemari, dan katanya ada yang harus diomongkan secara dua mata. Jisung heran, kenapa Hyunjin mengajaknya bertemu disebuah kafe, sedangkan yang mengajakanya tidak makan makanan manusia sama sekali.

Tidak butuh menunggu waktu lama, Hyunjin muncul dengan jaket hitam dan hoodie yang menutupi kepalanya, serta masker yang berwarna sama dengan jaketnya, yang pada akhirnya hanya memperlihatkan kedua matanya. Dan Jisung dapat langsung mengenalinya walau hanya melihat melalui sorot matanya.

"Masuk" Hyunjin berucap dengan nada datar tanpa memandang Jisung barang sekalipun.

Jisung yang sudah siap melambaikan tangan berniat untuk menyapa ia urungkan, dan langsung mengikuti Hyunjin yang sudah mendahuluinya masuk dan duduk dimeja pojok kafe.

Dingin. Itulah yang dirasakan Jisung saat pertama kali masuk ke dalam kafe tersebut. Apalagi dirinya menjadi bahan tatapan sampai bahan omongan dari para pengunjung yang semuanya berwajah pucat.

"Duduk dan tunggulah sebentar, disini mereka juga menjual makanan manusia"

Jisung yang hendak menarik kursi untuk duduk nampak diam sebentar untuk mencerna ucapan dari Hyunjin. "Maksudmu mereka semua yang ada disini adalah makhluk sepertimu?!"

Hyunjin merotasikan kedua matanya, "Ck, diam dan duduk, bersikaplah sewajarnya, jangan sampai mereka mengusirmu dari sini" ucapnya yang buat Jisung memutuskan untuk duduk juga akhirnya.

Jisung mengedarkan pandangannya sekitar. Kafe bergaya antik dan kuno ini memang nyaman sekali untuk dikunjungi, tapi setelah melihat suasana dan para pengunjung disini pasti manusia siapapun akan mengurungkan niatnya untuk berkunjung kesini.

Setelah puas melihat sekeliling isi kafe, Jisung membetulkan cara duduknya dan langsung menatap Hyunjin. "Apa yang kau ingin bicarakan kepadaku?"

Bukannya menjawab, Hyunjin malah melontarkan beberapa pertanyaan. "Jeongin bagaimana? Apakah demamnya sudah turun?"

Iya semenjak kejadian kemarin Jeongin jadi sedikit berbicara, dan jatuh demam setelahnya. Saat Hyunjin datang berkunjung ke rumahnya pun Jeongin menolaknya mentah-mentah. Mungkin Jeongin butuh waktu sementara supaya berpikir untuk menerima Hyunjin yang sesungguhnya.

"Kau memang benar-benar!" Mau bagaimana juga Jisung pun pasti tahu semuanya tanpa Jeongin yang berbicara sendiri.

Hyunjin tertawa kecil. Lalu menyesap secangkir penuh cairan merah kental itu dihadapan Jisung dengan tampang tidak bersalah. Hyunjin menurunkan cangkirnya, kemudian menyeka sisa-sisa yang masih menempel dibibir tebalnya. "Kau tahu sesuatu?"

Jisung menggeleng pelan.

"Hyungmu tidak pernah membahas soal dirimu lagi denganku"

Bagai sebuah pisau tajam menusuk masuk tepat dihatinya. Sakit, itulah rasa yang dirasakannya selepas ia mendengar tuturan Hyunjin terkait oleh Hyungnya yang sepertinya tidak peduli lagi dengan dirinya. Ya memang seperti begitulah kedengarannya.

Jisung duduk tertunduk sambil melipat tangannya diatas perut. Prasangka buruk sudah terlanjur meracuni otaknya. Sekarang apa yang harus dilakukannya? Bagaimana dengan bayi yang tengah dikandungnya? Jisung ingat kata-kata dokter Kim, menggugurkannya bukanlah cara yang tepat, tindakan itu hanya mempercepat kematiannya.

Padahal rencana yang telah disusun untuk hari ini adalah setelah bertemu dengan Hyunjin, Jisung ingin berbicara dengan Minho terkait kabar kehamilannya. Tapi kalau begini ceritanya, apakah rencananya akan gagal?

"Hyunjin jawab pertanyaanku dulu! Kenapa kau menyuruhku kemari?!"

Hyunjin menaikkan sudut bibir kanannya. "Kenapa dengan perutmu?" Lagi-lagi bukannya menjawab, Hyunjin malah memberikannya sebuah pertanyaan lagi.

Jika dilihat-lihat Jisung memang tidak pernah berhenti mengusap perutnya semenjak mereka duduk di sana. Sontak Jisung melepaskan tangannya dari sana. Jantungnya sudah dibuat berdetak dua kali lebih cepat, takut jika Hyunjin mengetahui kalau dirinya tengah hamil.

"Udah ga usah grogi, cepat dimakan" ucapnya lalu mendorong sepiring chessecake berselimut selai strawberry diatasnya.

Jisung sebenarnya sudah menahan mualnya sedaritadi. Apalagi disaat Hyunjin tengah menyesap segelas berisikan darah segar, rasanya semua makanan yang telah dimakannya ingin keluar begitu saja. Tapi jika dengan sepotong chessecake mana bisa Jisung menolaknya. Barangkali dengan sesuap dessert favoritnya dapat menghilangkan mualnya.

Satu potongan besar mendarat tepat dimulutnya. Jisung mengunyahnya sambil berucap, "Jadi apa yang ingin kau sampaikan?"

Melihat Jisung dengan kedua pipi penuh oleh makanan, buat Hyunjin terpaksa untuk menahan tertawanya untuk berujar, "Jangan mudah percaya dengan orang lain, termasuk diriku"

WHO's THERE | [P A R T 1 : END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang