"Woojin"
Sebuah senyum singgung tipis perlahan terpatri pada wajahnya. Tanpa perlu menoleh kepada asal suara berada, pria itu sudah tau siapa yang memanggil namanya.
"Makananmu baru ku stok kemarin! Apakah itu tidak cukup?!"
Minho melangkahkan kakinya penuh amarah. Kedua tangannya terkepal kuat-kuat, dengan mata berapi-api, ia menuju seorang yang tengah berkutat pada komputer dimeja kerja.
"Tidak usah berlaga tidak tau! Kau lupa siapa majikanmu disini?!"
Woojin yang sudah terangkat dari tempat, segera melepaskan rematan tangan Minho dari jas dokter yang ia kenakan dengan paksa. Menatapnya penuh remeh serta suara mendecih yang kian memperkeruh keadaan. "Ku kira kau sudah membuangnya setelah ketahuan dia hamil, kau memang hebat Lee Minho"
"Berhenti bercanda! Siapa yang kau maksud hamil?!" Minho kembali menarik jas tersebut, sedangkan tangan yang lain sudah berada diudara dan siap melayangkan sebuah bogeman kepadanya.
"Han Jisung. Setelah kau puas bermain dengannya, dan kau dengan mudah membuangnya. Kau sungguh melewati batas Lee, dan aku bahkan tidak bisa menganggapmu bagian dari kaum kami lagi"
"T—tidak mungkin, b—bagaimana dia bisa mengandung anak seorang vampire?!" Cengkramannya terlepas begitu saja, kedua manik merahnya menatap kosong ke depan, Minho bagai kehilangan jiwanya.
Woojin mengkibaskan jasnya yang nampak kusut tersebut. "Jangan kau siksa anak itu, aku yakin dia juga mendapatkan ancaman yang sama seperti diriku"
Sepertinya terlambat, Hwang mungkin sudah berubah menjadi mayat sesungguhnya sekarang.
"Oh iya, nampaknya temannya juga ikut terkurung disana. Jangan memaksaku untuk mengeluarkannya darisana sekarang, dan kau Lee Minho, jangan bersikap gegabah"
"Rasa kecemasanmu yang tinggi itu hanya akan memperkeruh keadaan"
~
"Wow, lihat siapa yang datang kesini?Bermaksud mencuri makananku? begitu?"
Minho yang merasa terganggu oleh suara dan tepuk tangan dari arah belakangnya itu, mampu membuat ia membalikkan tubuhnya. Bukan hanya Minho yang terkejut disini, bahkan Jisung sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi selain meneriaki nama seseorang saking terkejutnya selepas ia melihat apa yang ada berada didepannya.
"SEUNGMIN?!"
Yang diteriaki itu tidak menoleh sedikitpun. Seungmin setia dengan menatap kelantai, pria itu, Chris, merangkulnya cukup erat dan sangat dekat, tidak ada lagi jarak diantara mereka berdua. Seungmin yang terlihat sangat lusuh itu, tak beralas kaki, juga kedua pipi yang nampak tirus dan kantung mata yang sangat menghitam.
"Sepertinya kalian melupakan seseorang disini" Chris mengalihkan pandanganya kepada anak yang tengah dalam rangkulannya, lalu menarik dagu itu sedikit kasar supaya terangkat. "Benarkah itu minnie?"
Selepasnya butiran bening dari kedua manik kelamnya turun tidak henti-hentinya. Suara akibat isakan itu pun bahkan terdengar sangat menyedihkan.
Minnie? Jisung pernah mendengarnya. Perlu waktu bagi dirinya untuk memutar otak mencari memori yang telah lama terkubur itu. Ingatan dimana ia mendengar nama panggilan tersebut dari suara yang sama. Hingga ia menyadari bahwa panggilan itu hanya diucapkan oleh kekasih terdahulu dari temannya.
"C—han? CHAN?!"
Jisung tak mampu berbuat apa-apa. Tubuhnya sudah terlampau lemah, untuk ujung dari kaki-kakinya saja sulit ia gerakkan, napasnya pun bagai berlomba-lomba, ditambah jantungnya yang berdegup tidak karuan, ia sudah merasa berada diambang hidup dan mati. Janin dalam tubuhnya sungguh menguras habis tenaga juga kesadarannya. Pandangannya sudah jauh memburam, serta kedua manik sayu itu nampak menutup perlahan, dan ia benar-benar tak sadarkan diri setelahnya.
"ARGHHHH!"
Chris jatuh tersungkur dilantai layaknya bersujud. Sebuah alat suntik yang cukup besar, apik menancap pada lehernya. Entah apa yang dilakukan Woojin kepadanya hingga Chris dapat terlihat sangat kesakitan seperti demikian.
"Ss—siapa kau?! Apa yang kau lakukan dengannya?!" Seungmin menoleh sekilas ke arah Woojin, lalu selepasnya menghampiri Chan yang masih saja berteriak meronta kesakitan dilantai seraya memegang lehernya. Seluruh urat nadinya menonjol serta berwarna kehitaman, kedua manik Chris berubah warna menjadi coklat keemasan, disertai perubahan signifikan layaknya vampire yang lain.
Suara geraman yang dikeluarkan Chris tak jauh menyeramkan dari wujudnya. Cairan hitam nampak perlahan keluar dari bibir pucatnya, menuruni dagu lalu menetes hingga ke lantai.
"Itu akan memberikan efek terbakar sementara" Woojin memandang Seungmin, kemudian mengalihkan perhatiannya kepada vampire lain disana yang masih terdiam ditempat dengan manusia dalam tangannya. "MINHO CEPAT PERGI DARISINI DAN BAWA JISUNG KETEMPATKU!"
"K—kau! B—bbajingan!"
"Simpan umpatan itu untuk dirimu sendiri CHRIS!"
"Seungmin ayo kita keluar darisini"
Woojin menarik lengan kurus itu. Namun apa yang ia dapat sebagai balasannya? Seungmin menolak mentah-mentah ajakannya. Woojin benar-benar tak habis pikir. Semua perbuatan dan pengorbanan yang ia lakukan seakan sia-sia. Manusia macam apa yang akan memilih menderita ketimbang selamat?
Woojin tersenyum miring. Menatap miris kepada anak itu yang dibutakan oleh cinta semata. Entah apakah ini memang cinta atau bodoh. Keduanya memang tidak bisa dibedakan. "Lupakan" Woojin berlalu pergi begitu saja.
Tidak ada yang bisa dilakukan manusia biasa seperti dirinya. Seungmin menaruh kepala Chan dalam pangkuannya. Membelai halus rambut yang terlihat berantakan itu sambil diiringi isak tangis. "K—kau jahat, tapi aku yang bodoh ini tidak bisa membencimu". Tidak ada sautan yang terdengar, hanya suara terengah-engah saja yang memenuhi lorong itu oleh Chan yang kesulitan untuk bernapas.
Sampai sebuah inisiatif gila meracuni otaknya. Seungmin meraih jarum tajam itu yang berasal dari alat suntik yang tergeletak didekatnya. "Kuharap ini akan membantumu" Lalu darah mengalir dari nadinya akibat luka gores dari benda tajam tersebut.
~
Minho segera membaringkan tubuh tak berdaya itu pada sebuah ranjang layaknya dirumah sakit. Tapi bedanya, ini berada pada kediaman dokter Kim. Kemudian memasangkan segala alat medis yang tersedia disana untuk menopang hidup manusianya.
Patient monotor itu tak menunjukkan hasil yang begitu bagus. Semua dalam keadaan yang lemah, baik dari detak jantung, tekanan darah, juga oksigen yang masuk kedalam tubuh. Ditambah lagi oleh kedua pupil mata yang membesar.
"Bagaimana keadaannya?"
"Seperti yang kau lihat Kim, dia kritis"
"Kita harus mengeluarkan janinnya sekarang"
Kedua mata Minho membola. "Kau tidak bisa melakukannya sekarang KIM! Kau sudah berjanji padaku sebelumnya!"
Woojin mendesah pasrah, memijit kedua pelipisnya lalu mengambil duduk didepan pria itu. "Dan kau akan kehilangan takdirmu lagi?"
"Kau pandai sekali berbohong Kim"
"Benar. Berbohong demi keselamatan kau dan takdirmu"
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO's THERE | [P A R T 1 : END ]
Vampire[ P A R T 1 : C O M P L E T E D ] 'Siapa sangka jika yang tinggal disebelah rumahmu bukanlah manusia' ⚠️DALAM BOOK INI TIDAK TERJADI PENGALIHAN/PENGURANGAN TOKOH KARENA SEMUA SUDAH DIATUR DAN DISUSUN SECARA TERORGANISIR ⚠️READER DIHARAPKAN BIJAK, BA...