27. Undisclosed [END]

2.5K 211 20
                                        

Dua bulan bukanlah waktu yang terbilang sebentar. Dan Jisung tak kunjung membukakan kedua matanya selepas kejadian tempo waktu. Bersyukurlah bahwa manusia itu masih bernapas. Tidak ada yang mengherankan keberadaannya, dan pastinya itu berkat dari kuasa seorang Lee Minho.

Minho masih setia menunggu. Menunggu situasi yang tak pasti. Namun ia yakin akan suatu hal, bahwa ia akan bertemu dengan sang buah hati bersama takdirnya kelak.

Benar. Semua yang keluar dari mulut dokter itu hanyalah bualan belaka. Kasus yang seperti ini pernah terjadi, tapi belum pernah dijumpai selama hidup mereka. Kim sebenarnya tak tahu harus berbuat apa, terlebih lagi dengan Minho.

Salah satu cara yang mungkin tepat adalah mengugurkan janinnya. Itu adalah solusi yang tepat untuk dua bulan yang lalu. Tapi kini, sudah terlambat, janin itu kian bertambah besar. Sedangkan ibu dari janin itu semakin tak berdaya dibuatnya. Jisung sudah bagaikan mayat hidup, hanya tulang-belulangnya saja yang tertinggal, entah kemana perginya semua daging-daging itu. Bahkan pipinya yang biasa terlihat gemuk dan menggemaskan, sirna begitu saja.

Ini merupakan waktu tersulit yang pernah mampir ke dalam umurnya yang sudah ratusan tahun. Apakah ia harus kehilangan takdirnya lagi? Garis takdir terasa sangat jahat, dan waktu yang menjadi pemisah diantara mereka menjadi dinding kokoh yang tidak bisa mereka terjal bersama.

Hingga suara melengking panjang memenuhi seisi ruangan, membuat Minho tersadar dari lamunannya.

"SERANGAN JANTUNG! KIM WOOJIN!" Minho segera menaiki ranjang, memberikan CPR untuk mengembalikan jantung itu berdetak.

Woojin muncul tak lama setelah Minho berteriak. Bersyukurlah bahwa dokter itu berada ditempat, sebab tidak mungkin ia lakukan semuanya sendirian. Woojin segera menyalakan alat defibrilator yang berada disana, mengoleskan gel konduktif pada permukaan besi itu lalu, "200 JOULE! CLEAR!"

Minho menghentikan CPR nya, membuka pakaian Jisung secara paksa, serta membiarkan besi dingin berselimut gel yang menyalurkan listrik itu menyentuh permukaan kulit tersebut.

Oleh sengatan listrik yang begitu kuat, tubuh Jisung sampai terangkat sedikit ke udara. Tidak sampai disana saja, semua itu mereka ulang sampai tiga kali, dan syukurnya jantung itu kembali berdetak. Walupun masih tergolong lemah, mereka serentak menghela napas lega secara bersamaan.

"Tidak bisa dibiarkan lagi Lee! Kita harus mengeluarkan janin itu dari tubuhnya!"

Minho masih saja mengelak dengan beribu-ribu alasan. Namun, penolakannya tidak berlaku lama setelah cairan mulai membasahi ranjang yang Jisung tiduri.

"Air ketuban?" Mereka saling bertukar tatap.

"Kau pernah menjadi dokter bedah bukan?" Woojin yang bertanya, dan Minho menganggukinya walau pelan.

"Ini harus segera dilakukan, aku akan menganestesinya sekarang juga". Woojin mengambil sebuah alat suntikan berisikan anestesi, lalu menyuntikannya kepada selang infus yang masih menggantung itu.

"Persiapkan dirimu Lee, aku tak yakin dia akan selamat atau tidak" ucapnya seraya mengenakan jubah operasi serta sarung tangan karet pada kedua tangan yang panjangnya sampai lengan.

"Ini ambilah, aku sudah menyiapkannya"

"Apa ini?" Woojin menerima sebuah kotak besi pemberian Minho yang secara tiba-tiba.

"Untuk berjaga-jaga, itu virus kita"

Woojin mengangguk paham. "Baiklah, mari kita mulai"

Dokter Kim yang memimpin jalannya operasi caesar. Goresan panjang melintang diatas permukaan perut itu terkesan rapih dan tidak terburu-buru. Kulit Jisung termasuk dalam kategori kulit yang tipis. Maka dari itu diperlukannya kehati-hatian ekstra agar pisau bedah itu tidak menembus hingga janin.

"Congratulation's, he is a boy"

Semua berjalan sangat sempurna. Tapi ketika gunting berujung tajam memutuskan placenta, semua berubah. Suara melengking panjang itu kembali terdengar dari monitor pasien. Tekanan darahnya turun drastis, dan Jisung didiagnosa mengalami pendarahan hebat yang berujung pada jantungnya yang mulai melambat untuk berdetak. Woojin merasa dirinya tidak melakukan hal yang salah, semua dilakukan sesuai prosedur. Bahkan dinding pembuluh ateri pun masih dalam keadaan baik-baik saja.

Setelah meletakkan bayi itu, Minho kembali naik dan mengerahkan tenaganya untuk memberikan CPR. Sedangkan Woojin masih sibuk dibawah sana menutupi bekas caesar yang terbilang cukup besar itu secepat kilat.

"MINGGIR! 200 JOULE! CLEAR!"

Lagi, dan lagi. Namun monitor jantung itu tak kunjung menandakan adanya sebuah kehidupan.

"LEE MINHO! ENOUGH!"

Minho menghempaskan alat dalam masing genggamannya begitu saja. Yang menjadi tujuannya kini hanyalah, benar, virusnya. "Semoga ini bekerja" Minho mencari nadi sekitar tengkuk tersebut, kemudian menancapkan jarum tajam dan besar itu, mendorongnya perlahan hingga isinya keluar sampai tabung suntik tersebut kosong habis tak tersisa.

Minho memeluk Jisung yang sudah dibilang telah menjadi jasad dengan berlinang air mata. Terlambat. Berdasarkan sepengetahuannya virus tak akan bekerja disaat tubuh yang menerimanya telah mati lebih dulu. Minho tak kehilangan akal, hampir semua bagian tubuh tak bernapas tersebut ia gigit sampai tidak ada darah yang keluar dari tubuh itu lagi dengan maksud menularkan virusnya secara langsung.

"T—tidak, i—ini tidak benar" Minho kembali merengkuh tubuh tersebut. "K—kau s—seharusnya sudah sadar Han" Suara tangisan pilu dari vampire itu memenuhi seisi ruangan, Minho terdengar sangat putus asa. Namun dengan uluran tangan Woojin mampu menghentikannya.

"Minho, this is your son, you should give him a name"

Minho menerima uluran Woojin. Menyambut bayi lelaki mungil itu dalam dekapannya. Menimang-nimangnya pelan seraya menitikan air mata. Entah ia harus bahagia atau sedih. Semua perasaan campur aduk dalam benaknya. Seorang vampire yang memiliki keturunan biologis merupakan suatu hal yang dinilai sangat langka dan jarang.

Minho mengecup dahi anaknya. "I would like to name him Benjamin" tepat seusai ia menamainya, bayi itu langsung terseyum dengan mata yang masih terpejam, Minho pun sampai dibuat ikut tersenyum olehnya. "Mrs. Lee, how about you?" lalu Minho mengalihkan pandangannya kepada Jisung walau ia tahu bahwa dirinya tidak akan mendapatkan jawaban.

Mungkin belum.

~ end? ~





























Huwaaa akhirnya selesai jugaaaa, padahal ini book yang ketiga sedangkan yang pertama ama kedua gatau tuh gimana nasibnya T.T

Meskipun ceritanya ngelantur dan ga jelas pokoknya makasih banget buat yang udah baca sama sabar nungguin apdetan dari book ini. Gak nyangka aja nyelesein satu book hampir setaun lamanya.

Ayo ramein komen, trus jangan lupa buat vote^^.

OIYA MAKASIH JUGA BUAT 25K READERS NYAAAA! /emot cium ama lope2 sambil nangis2/





































Sequel of who's there will be publish soon~

WHO's THERE | [P A R T 1 : END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang