10.

2.5K 400 16
                                    

Hari Sabtu pagi. Jeongin mengetuk pintu rumah sahabatnya, berniat untuk mengajak jalan-jalan tapi orang yang ditunggu tidak kunjung menampakan diri. Ia sudah mencoba mengirim pesan bahkan meneleponnya, namun tidak ada jawaban.

Tanpa ia sadari, ada sepasang mata telah mengamatinya dari kejauhan sejak tadi. Jeongin berencana ingin pulang kembali ke rumahnya, ia membuka pagar tersebut yang tidak terkunci dan menutupnya kembali.

"Hei manis. Mencari siapa?"

Jeongin menoleh kebelakang dan mendapati seseorang yang tengah berdiri bersandar pada pagar rumah Jisung. "Hyunjin?!"

"J—jisung! aku mencari Jisung! Tapi sedang apa kau disini?" Jeongin diam ditempat, membiarkan Hyunjin menghampirinya.

"Aku tahu Jisung ada dimana, sini ikut aku"

Jeongin menurut, mengikuti Hyunjin yang berjalan duluan didepannya.

~

Disisi lain, orang yang tengah dicari-cari sedang berbaring diranjang besar. Tubuhnya seakan tidak bisa diangkat, lemas. Tangannya mengusap matanya pelan yang baru saja terbuka, namun terhenti setelah melihat selang infus menempel pada punggung tangan miliknya.

"Ssaem, Jisung sudah bangun!" Teriak seorang lain yang sedang duduk dekat ranjang tersebut.

"Jeongin!"

"Iya?"

"Sedang apa kau disini! Cepat keluar dari sini, selamatkanlah dirimu!" Jisung mencoba mengangkat badannya, meskipun lemas dirinya mencoba untuk sedikit membentak ke Jeongin.

"Ini rumahnya Minho ssaem dan Hyunjin. Memangnya kenapa?" Tanya Jeongin dengan raut wajah polos yang penuh tanda tanya. Antara polos dan bodoh hampir tidak ada bedanya.

Jisung mengusap pelan tangan Jeongin. "Sudahlah nanti aku ceritakan, tapi yang penting kau harus keluar dari sini" ucapnya sedikit mendesis.

"T—tapi..."

"Buruan, tidak ada tapi-tapian. Nanti aku menyusul" kembali ia membentak Jeongin, sambil memegang bahu anak itu untuk menyakinkannya.

Jeongin menurut, beranjak dari kursinya dan bergegas keluar dari ruangan tersebut diringi raut wajah yang sangat kebingungan. Tepat Jeongin keluar dari rumah itu, Minho masuk ke dalam ruangan yang dimana terdapat Jisung yang sekarang sudah terduduk.

"Cih" Jisung mencabut selang infus tersebut, menatap sinis Minho yang baru saja melangkah masuk keruangan tersebut. Ia menurunkan kakinya, tapi sayang sekali kedua kaki itu tak kuasa untuk menopang tubuh, yang ada malah ia jatuh, untung saja Minho lebih cepat.

Pertama yang dilakukan Jisung adalah, menangis. Membiarkan tubuhnya dibopong kembali ke ranjang besar tersebut.

"Kenapa menangis? Kau sudah menyelamatkan Hyunjin" tangan yang lebih tua mengusap pelan pelupuk anak yang dihadapannya.

"Minum ini" Minho menyodorkan segelas air dan juga obat, obat penambah darah.

Ia tidak menolak, menerima pemberian dari Minho. Menelannya tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun. Padahal ia sendiri tidak tau obat apa yang ditelannya.

"Aku ingin jalan-jalan" cuma kalimat itu yang keluar dari mulut Jisung setelah menenggak obat. Minho mengerutkan dahinya, bingung. Tapi setelah itu mengiyakannya.

~

Mobil sedan mewah tengah melaju dijalanan yang cukup ramai. Kepala Jisung bersandar pada jendela mobil tersebut, dengan wajahnya masih sedikit pucat, meskipun tidak sepucat tadi.

Di satu sisi, Minho sedang fokus mengemudikan mobilnya dengan satu tangan. Lalu kemana tangan yang satunya? Memegang erat tangan Jisung yang duduk disampingnya.

Sedangkan dikursi belakang ada Jeongin dan Hyunjin yang sedang asik berbicara. Entah bagaimana mereka bisa jadi sedekat itu. Padahalkan Jeongin pernah bilang bahwa Hyunjin itu sangat menyeramkan.

Mobil tersebut berhenti pada sebuah taman bermain indoor. Memakirkannya tak jauh dari pintu masuk utama.

Begitu masuk pintu utama, Jisung tidak tahan untuk tidak menggembungkan senyumnya. Wajahnya sekarang ceria sekali, tidak seperti tadi yang masih kelihatan murung.

"Kami pergi kesana dulu" Hyunjin memegang erat tangan Jeongin, melambaikan tangannya dan meninggalkan satu vampire dan satu manusia disana. Baru masuk tapi sudah pisah rombongan.

Minho juga ikut merapatkan genggaman Jisung dan pergi dari situ. Tidak lama, mereka berhenti pada stan penjual ice cream.

"Mau itu?" Tanya Minho kepada anak yang digandengnya sambil telunjuknya menunjuk stan penjual ice cream.

"Mau!" Senyum Jisung semakin mengembang, tidak pernah terlihat sebahagia ini sebelumnya. Sampai-sampai kejadian yang lehernya dirobek oleh taring Minho dilupakannya begitu saja. Asalkan tidak ada yang mengungkitnya.

Jisung memilih ice cream dengan cone paling besar dan rasa yang beragam. Kemudian mereka duduk dibangku yang tidak jauh dari sana.

"Oh ya, ngomong-ngomong kok vampire seperti hyung tidak terbakar oleh sinar matahari?"

Yang ditanya hanya tertawa kecil sambil tangannya mengelap sekitar bibir Jisung yang belepotan ice cream. Kalau Jisung pipinya malah merona merah, malu dan salah tingkah.

"Itu hanya vampire jaman dahulu, vampire juga berevolusi, namun tidak sempurna" jawab Minho.

Jisung hanya ber oh ria sambil melanjutkan kegiatannya makan ice cream yang tak kunjung habis.

"Hyung kita kan kesini mau main, bukannya makan ice cream!"

Lagi-lagi Minho hanya membalasnya dengan tertawa seraya mengusap lembut kepala Jisung.

"Hyung kan cuma menawarkan, tapi kau nya juga mau tuh" pipi tembem Jisung dicubit gemas oleh Minho.

"Ish, ayo naik itu!" Jisung menarik lengan Minho dan dibawanya kepada wahana roller coaster.

"Yakin mau naik itu? Awas aja kalo nangis, nanti hyung cium" bisik Minho tepat disebelah telinga Jisung. Membuat yang empunya bergidik geli karena deruan napas yang menggelitik.

"S—siapa takut?!"

WHO's THERE | [P A R T 1 : END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang