25. Lies?

1.4K 232 4
                                    

"Dokter kim, kaukah itu?" Jisung berujar dengan suara serak, dan pria yang baru saja memasuki ruangan dimana ia berada mengangguk mantap seraya melepaskan ikatan pada masing-masing tangan dan kakinya.

Kemudiam pria itu mencabut selang yang semula tertancap dilengan kanannya, serta menutupinya dengan kain kasa setelahnya. "Jangan banyak bergerak" ucapnya datar sama seperti ekspresinya. Lalu Woojin menarik atasan yang Jisung kenakan sampai perut membuncit serta urat-urat yang menonjol itu terlihat semua.

"Kenapa aku ada disini?"

Dokter tersebut mengangkat salah satu sudut bibirnya sembari diiringi tangannya mencengkram dagu anak itu cukup kuat. "Sungguh licik sekali Lee Minho, menguasai apa yang bukan haknya atas dasar sebuah takdir" Woojin mendecih, selepasnya melepaskan genggaman pada dagu tersebut dengan cara melemparnya kesembarang arah.

"Untuk menguntungkan dirinya sendiri? Sungguh egois" Woojin menutup kembali permukaan perut Jisung yang sebelumnya terekspos sempurna.

"Sekedar mengingatkanmu, jangan mudah percaya kepada siapapun Han. Kami hanyalah makhluk yang haus akan darah dan keabadian" Woojin berucap demikian sebelum ia menghilang dibalik pintu. Pintu itu kembali tertutup rapat seperti sedia kala, dan ia sungguh-sungguh sendiri disana oleh rasa kekhawatiran juga ketakutan yang menyelimutinya.

"Apakah ini hanya tipuan belaka? Lalu bagaimana dengan mimpi-mimpi yang seakan benar-benar nyata, yang pernah mampir dalam tidurnya?"

Suara berdenging memenuhi isi kepalanya. Dan hanya rematan dikepalanya saja yang bisa mengurangi rasa sakit yang ia rasakan selain memukul kepalanya dengan dinding berulang kali.

Rintihan tangisnya tidak bisa ia elak lagi. Meratapi nasibnya yang malang oleh dikelilingi makhluk tak masuk akal yang datang mencari darahnya demi keberlangsungan hidup abadi.

Sebuah gunting berujung tajam tidak sengaja bertemu dengan kedua mata sayunya. Jisung melangkahkan tungkainya yang hampir tak berdaya itu menuju nakas yang berada disebrang ranjang. Dirinya jatuh tersungkur tepat setelah benda tersebut berhasil diraih. Kemudian mengarahkan ujung dari alumunium tajam itu tepat dilehernya.

Mungkin dengan mengakhiri hidupnya, ia tidak akan dihantui oleh rasa takut dan kekhawatiran lagi.

Ia harap begitu.

~

"Chan?"

Walaupun Chris sudah turun dari atasnya, Seungmin kembali memundurkan tubuhnya hingga dinding yang menjadi batasnya untuk berhenti. "C—chan?"

Chris mendengus sambil tertawa kecil. Ia berkacak pinggang dan mencondongkan tubuhnya kepada Seungmin. "Bangchan yang mana?"

Dari raut wajahnya terlihat sekali bahwa ia terkejutnya bukan main. "Bangchan?" Yang benar saja! Bahkan ia sendiri belum berucap kata 'Bangchan' dihadapannya. Tapi bagaimana dia tahu? Apakah ia yang membuat dirinya tidak bisa lagi bertemu dengan Bangchan?

Grep

Seungmin menarik kerah baju Chris dengan sisa-sisa tenaga yang ia punya. "Kau apakan Bangchan?!" Satu persatu cairan bening itu mulai turun berjatuhan membasahi kedua pipinya, masih dalam posisi yang sama, Seungmin kembali menghardik cukup keras. "JAWAB!"

Tidak ada sahutan yang terdengar. Chris dengan mudah melepas cengkraman jemari Seungmin dari kerah bajunya, dan mendorong tubuh itu kembali kepada ranjang dengan sekali tenaga. "Kau bodoh! Kekasihmu ini tidak bisa kau kenali?!"

"A—apa?"

Sontak isi kepala Seungmin kosong. Bualan macam apa yang baru saja didengarnya? Tidak Seungmin! Kau tidak boleh terpancing ke dalam iblis jahat sepertinya lagi! Tidak boleh! Dia bisa saja menjebakmu lagi, dan kau tidak boleh lengah sedikitpun!

"You want a proof?"

Satu pasang mata itu menatap kosong ke depan. Seungmin terlalu larut dalam pemikirannya, dan hanya suara dari jam saja yang memenuhi ruangan dimana mereka berada. Bangchan? Juga masih berdiri ditempat yang sama sambil menatap manusia itu sedari tadi oleh senyum tipis yang tak lepas dari wajah pucatnya.

Mau tidak percaya juga ia tidak bisa, dan mau bagaimana lagi pria itu memang mirip dengan kekasihnya. Hanya saja perbedaan pada penampilan juga warna rambut, dan mata, serta kacamata bulat yang tidak menghiasi dari wajah putih pucat tersebut. Selintas sebuah pemikiran muncul dalam otaknya. Tanpa ragu ataupun takut sedikitpun, Seungmin meraih lengan kanan Chris dengan penuh percaya diri guna membuktian apa asumsinya.

Dan kalian ingin tahu apa yang terjadi?

"You're right, Bangchan, is that you"

~

"Buang! BUANG GUNTING ITU SEKARANG HAN JISUNG!"

Tinggal beberapa milisenti lagi gunting itu akan merobek nadinya. Pergerakkannya terhenti begitu saja oleh suara yang terdengar cukup keras, yang menyuruhnya untuk berhenti, dari seorang pria yang amat dirindukannya dan juga sangat dibencinya.

"Han, kau lebih mempercayai apa kata mereka?"

Benda berujung tajam itu tak kunjung turun dari tempat semula. Mata terpejam miliknya mulai terbuka secara perlahan, selepasnya melirik ke tempat suara yang betul-berul ia kenal itu berasal. Ia bisa melihat dengan jelas Minho berdiri disana dengan tampang cemas dan penuh khawatir.

"Jika kau pikir tidak ada yang bisa kau percayai saat ini, cukup dengar apa kata isi hatimu"

"Aku yakin, kau pasti bisa menemukan jawabannya disana"

Bagaikan hipnotis, suara yang terdengar sangat lembut dan halus itu mampu membuatnya sadar dan menghempaskan gunting itu ke lantai. Jisung memeluk kedua lututnya dan menyembunyikan wajahnya disana, selepasnya suara tangisan yang begitu menyedihkan terdengar darinya.

Minho bergerak penuh hati-hati menuju anak yang sangat rapuh itu. Merengkuh tubuh tersebut dan menyalurkan hawa dingin dari tubuhnya, kemudian melempar benda tajam itu jauh-jauh dari hadapan mereka.

Tanpa butuh aba-aba sebelumnya, Minho mengangkat tubuh tak berdaya itu. Menggendongnya ala bridal style yang membuat Jisung agak terkesiap karena terkejut oleh gerakan yang begitu tiba-tiba.

"Maaf hyung terlambat menjemputmu, ayo kita keluar darisini" ucapnya, lalu mengecup kening itu singkat sebelum terdengar suara pintu yang dibuka secara paksa dari dalam.

WHO's THERE | [P A R T 1 : END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang