11.

2.5K 391 8
                                    

Sudah dua minggu semenjak aku dan Jeongin jalan-jalan bersama Minho hyung dan juga Hyunjin ke taman bermain. Setelah itu gak ada yang spesial, tentang leherku yang digigit olehnya juga sudah kulupakan, tidak mau aku membahasnya lagi. Beda dengan kiss yang waktu itu aku dapat dari bibir manisnya, aku tidak bisa melupakannya, tidak tahu mengapa itu selalu terbayang-bayang jika aku melihat wajahnya, terlebih lagi bibir merahnya yang semerah darah.

Namun disisi lain aku takut dengan Hyunjin yang semakin dekat dengan Jeongin. Hyunjin yang dingin dan cuek terhadap orang lain, berbeda jika dekat dengan sahabatku yang satu ini. Dia jadi lebih banyak omong dan terkadang selalu mengikuti kemana Jeongin berada. Dan yang paling aku takutkan adalah Hyunjin hanya mengincar darah dari sahabatku, meskipun aku belum tahu pasti, tapi aku selalu was-was. Sebenarnya ingin sekali ku memberi tahu soal Hyunjin kepada Jeongin, tapi pikirku biarkan saja Hyunjin sendiri yang menceritakannya dan jangan sampai Jeongin mengetahuinya sendiri.

Semenjak kehadiran guru baru yang pemilik sekolah itu serta pria yang dia bawa sebagai murid barunya. Mereka memiliki fans nya masing-masing, memang dasar cewek gak bisa diem kalau lihat cowok-cowok ganteng. Karena dari itu aku sama Jeongin selalu aja hampir kena imbasnya, padahalkan mereka berdua yang selalu dekat-dekat kita.

Ingat pada waktu jam istirahat beberapa hari yang lalu, kami berempat lagi asyik makan dan ngobrol. Dan tiba-tiba Hyunjin datang terus duduk di depan Jeongin sambil menopang dagu, kami bertiga sih diam saja karena itu sudah biasa bagi kami. Tapi tidak dengan fans nya, mereka mengacak-ngacak loker milik Jeongin sampai tutupnya hampir lepas. Terpaksa deh dia mengganti lokernya sampai miliknya selesai dibetulkan.

Ya Jeongin sih mau gimana lagi, mau melawan tapi dirasa percuma. Yang bisa dia lakukan hanya berusaha menjauhi Hyunjin, namun menjauhi nya bukanlah usaha yang tepat. Hyunjin semakin menempel pada Jeongin, Jeongin yang risih hanya sekedar memaki serta memukul badan tegap Hyunjin dan setelah itu sudah selesai.

Oh ya, ibu juga sempat pulang bersama ayah walaupun hanya tiga hari di rumah dan mereka pergi lagi untuk melanjutkan bisnis. Mereka sedang mempunyai projek untuk membuka pusat perbelanjaan di kota sebelah, dan katanya ayah akan mengajak ku untuk bertemu rekan kerjanya tapi entah kapan.

Aku sempat merajuk karena ditinggal mereka lagi, tapi yang ayahku lakukan hanyalah membawa mobil keluaran baru ke rumah yang adalah hadiah supaya aku tidak berisik. Namun itu tidak berguna, yang aku butuhkan hanyalah kedua orang tua yang selalu berada disisi ku pada masa-masa ini.

-

Hari yang cerah untuk semua orang melanjutkan aktivitas mereka di awal pekan ini. Benar hari ini adalah hari Senin, tepatnya tanggal satu di bulan yang ke sepuluh. Jisung mengeluarkan mobil keluaran barunya dari kandang dan bersiap melaju membelah jalanan menuju sekolah yang pastinya bersama sahabat sejatinya. Awalnya memang tidak ada niatan untuk membawa mobil ke sekolah, tapi terkadang Jisung juga ingin sedikit pamer dengan alasan semakin hari semakin dingin. Hehehe.

Tepat seperti dugaan, jalanan hari ini sangat lah padat. Untung saja mereka berdua berangkat lebih pagi, yaitu jam 6.30 padahal sekolah mulai pukul 8.

Jisung memakirkan mobilnya, keluar dengan sedikit mendongakan kepala. Sombong. Tidak ada yang menyangka bahwa dirinya adalah orang yang berduit, yang mereka tahu bahwa Jisung adalah orang biasa yang berangkat dan pulang dengan kendaraan umum dan tak lupa dengan sekotak bekal yang berada di dalam tas punggungnya. Dan baru ini lah Jisung menampakan diri dengan keadaan seperti demikian, membuat semua orang yang disana terkejut akan kehadirannya yang berbeda dari biasanya.

15 menit sebelum bel berbunyi, Jisung dan Jeongin pergi bersama ke kantin untuk mengisi perut mereka. Disana mereka juga melihat temannya yang lain, Felix dan juga Seungmin dengan buku pelajarannya.

WHO's THERE | [P A R T 1 : END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang