12. Destiny

2.5K 410 28
                                    

Disinilah Jisung, berdiri di depan pintu rumah gurunya yang adalah tetangganya juga. Dengan pakaian sederhana, sweater dan celana jeans panjang serta sepatu tanpa tali yang sebagai alas kakinya. Tidak lupa juga beberapa buku, baik buku tulis maupun buku pelajaran dan alat tulis dalam tote bag yang ia pinggul dengan pundaknya.

Sudah hampir lima menit dirinya berdiri depan pintu, dan belum ada yang membukakan pintu. Mana suhu diluar ruangan hampir mencapai nol derajat celcius. Kesal? Tentu saja, terlebih lagi ini adalah sebuah pemaksaan. Sudah jelas tidak mau tapi tetap saja dipaksa untuk datang ke rumahnya, nah giliran sudah datang malah belum dibukakan pintunya.

"Jisungie" panggil seseorang dari belakang dirinya.

"Ya ampun Hyung!" Mata Jisung terbuka sempurna, menampakan pemilik rumah yang sedang menghampiri dirinya. Dibuat terkejut karena pria tersebut hanya menggunakan kaos berlengan pendek dan celana training serta bersendal jepit dihari yang dingin seperti ini.

"Maaf menunggu, masuklah. Lagi pula kau kan tau pin rumah ini" ujarnya seraya jari tersebut memencet password pintu rumah.

Jisung masuk setelah si pemilik rumah mendahuluinya. Kemudian anak tersebut mengekori si pemilik rumah sampai ia sekarang berada di dapur rumah tersebut.

"Mau ngapain?" Tanya Jisung heran oleh Minho yang sedang mengisi ketel elektrik dengan air. Sebab ia tau kalau vampire tidak membutuhkan air, terlebih lagi air panas.

"Hyung baru saja membeli ini" ia meraih sebuah bungkus kemasan coklat panas siap seduh dari kantong belanjanya, yang barusan dibeli dari minimarket depan komplek perumahan.

Dahi Jisung menyerit semakin heran, "untuk siapa?"

Minho berhenti sebentar dari aktivitasnya dan mengalihkan pandangannya kepada seorang yang sedang bersamanya di ruangan itu dengan menampilkan senyum dari wajahnya yang tampan. "Siapa lagi kalau bukan untukmu, tidak mungkin hyung yang minum. Udah duduk aja di ruang tengah"

Mulut Jisung membulat sambil berjalan meninggalkan tempat tersebut. Sedikit tidak menyangka bahwa vampire tersebut juga bisa peduli terhadap manusia bernama Jisung yang tengah merasa kedinginan.

Sampai di ruang tengah, Jisung lebih memilih untuk duduk di karpet daripada di sofa yang empuk. Kini badannya ia sandarkan kepada kaki sofa dan melipat tangannya didepan dada, karena dingin. Suhu didalam dengan diluar hampir tidak berbeda , pikirnya.

Detik berganti menit, dan vampire yang ditunggunya tak kunjung menampakan diri dari dapur. Niatnya untuk menghampiri ia urungkan karena terlampau malas. Jisung lebih memilih untuk memejamkan kedua matanya, lalu tertidur.

~

Matanya mengerjap-ngerjap karena cahaya lampu yang menusuk kedua matanya. Tubuhnya juga diregangkan karena kaku, karena posisi tubuh yang tertekuk. Sampai ia menyadari bahwa kini ia berada diatas sofa dan selimut yang menutup tubuhnya dengan bantal dikepalanya. Tunggu, itu bukan bantal, itu adalah paha dari Minho.

Minho keluar menuju ruang tengah sambil membawa segelas coklat hangat, dan disitu terdapat Jisung yang tengah tertidur dengan mulut yang menganga. Lucu pikirnya.

Segera ia menaruh gelas tersebut pada coffee table depan sofa. Kemudian mengangkat tubuh Jisung ke sofa besar yang ada disana. Setelah itu Minho berlari kecil ke kamar, mencari selimut tebal untuk ia pakaikan ke tubuh anak tersebut. Tindakannya belum berhenti disitu, Minho mengangkat kepalanya, dan duduk disitu sambil memangku kepala Jisung. Sesekali tangannya juga membelai rambut milik Jisung yang menutupi dahi.

Jisung mengusap matanya pelan, sedikit menggeliat untuk mencari posisi nyaman. Awalnya wajah Jisung menghadap kepada langit-langit rumah, namun berubah ke arah selangkangan milik Minho. Ditambah dengan air liur yang sedikit lolos dari kedua belah bibirnya yang membasahi alas tidurnya.

Minho sedikit kikuk, bagaimana jika punya miliknya yang terbangun. Sebab karena sedikit tekanan bisa membuat miliknya terbangun bukan? Terlebih lagi sudah terlitung lama sekali Minho tidak melakukan aktivitas seksualnya.

Dengan segera Minho memutar kepala Jisung kembali untuk menatap langit-langit rumah. Namun yang diangkat kepalanya malah membukakan mata dan langsung menatap pria yang sedang menangkup kedua pipinya dengan tangan dingin milik pria itu.

"Hyung?" Jisung bangkit dari posisinya, dan mendudukan dirinya disebelah Minho dengan kaki bersila. Kemudian mata Jisung fokus kepada cairan yang membasahi celana training milik pria disebelahnya, sebab celana tersebut berwarna abu-abu sehingga kontras sekali.

Jisung semakin menjauh dari Minho tapi tetap disofa yang sama. Selimut yang tadi sempat menutupi tubuhnya ia raih kembali sampai hanya tersisa wajahnya saja.

"Kenapa kau?" Tanya Minho heran karena perilaku anak yang disebelahnnya.

Jisung tidak menjawab, hanya kedua matanya yang menjawab. Matanya bolak-balik menatap mata Minho dan berpindah kepada area celana yang basah sambil menunjukan raut wajah yang minta penjelasan. Sedangkan yang disebelahnya hanya tertawa kecil sambil menggeser posisi duduknya untuk mendekat kepada Jisung.

"Ini ulahmu"

"Apakah karena kepalaku dekat situ, sampai bisa membuatmu terangsang dan basah?"

Minho yang awalnya hanya tertawa kecil langsung berhenti, menatap anak tersebut dengan tatapan tidak percaya atas perkataan yang dilontarkan oleh orang yang disebelahnya. Kemudian jarinya menyentil dahi Jisung cukup keras. "Sembarangan kalau ngomong, ini air liurmu. Dan ini sudah menembus sampai ke dalam tau"

Dan sekarang giliran Jisung yang tertawa puas sampai menggema. Yang ditertawai tidak terima, Minho bangkit berdiri kemudian berjalan meninggalkan Jisung dan perlahan wujudnya menghilang. Sehingga mau tidak mau Jisung menghentikan aktivitas tertawanya dan ikut bangkit dari duduknya untuk mencari pemilik rumah yang lagi-lagi menghilang begitu saja.

~

Jam sudah menunjukan pukul tujuh malam, dan mereka baru saja selesai dengan kegiatan mereka, yaitu kegiatan belajar mengajar.

Jisung meregangkan otot-otot pada lengan dan kakinya. "Ngomong-ngomong Hyunjin kemana?"

"Bersama Jeongin, kau tidak tau? Teman macam apa kau ini" jawab Minho dengan terkekeh diakhir ucapannya.

Jisung terkejut, sungguh jelas diwajahnya itu. Segera ia bangkit dari duduknya, berniat untuk menghampiri rumah Jeongin dan menarik Hyunjin keluar dari sana. Namun tangan Minho lebih cepat dari pergerakannya, dan menarik Jisung sampai ia terjatuh di sofa.

"Ish Hyung! Aku mau ke rumah Jeongin, kalau Jeongin kenapa-kenapa gimana?"

"Sudah tenang, kalau Hyunjin nakal aku akan menggantung kepalanya di ruang tamu"

Tangan Jisung memukul Minho sebagai respon dari jawaban yang ia dapat dari ketakutannya tadi.

"Biarkan takdir mempertemukan mereka, sama seperti kita" Lanjut Minho sambil merapatkan tubuh Jisung kepadanya dan memeluknya sampai kepala Jisung menempel pada dada bidangnya, kemudian mengusap pelan surai milik Jisung disana.

"Hyung apaan sih, lepasin" Jisung memberontak, berusaha melepaskan pelukan dari vampire yang mendekap tubuhnya. Sebab ia sedikit trauma dengan perilaku seperti ini oke.

Minho menghela napasnya cukup panjang sembari mengusap lengan Jisung. "Hyung sudah muak dengan drama ini,
















—ku mohon begini saja lima menit, aku rindu kau lee Jisung"
















Masih TBC...

WHO's THERE | [P A R T 1 : END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang