Dara's POV
"Where is this love, Dara?"
Begitu bisiknya kepadaku. Dibandingkan dengan suara gitar yang melantunkan lagu Coldplay lewat speaker, bisikan Jiyong seharusnya tidak terdengar. Namun aku tidak mendengar suara yang lain kecuali suara Jiyong dan yang lain seperti dengungan yang membuatku semakin bingung saja.
"Jiyong... aku..."
"Dimana cinta yang kamu maksud, huh? Aku tidak bisa melihatnya. Aku tidak bisa merasakannya." telapak tangannya meninggalkan wajahku setelah menyeka air mataku, "kamu jangan bermain dengan kata itu, cinta. Jangan pernah. Orang bisa saja kehilangan akalnya dan tidak bisa kembali jika kamu berbohong menggunakan cinta, noona." Ia terdengar tertawa dengan miris.
Aku ingin mengelak, ah bukan, aku ingin sekali menamparnya karena sudah menuduhku dengan hal yang sekejam itu.
Tapi aku tidak bisa.
Matanya yang nanar terlihat mengikuti kemana aku melihat. Aku semakin tidak berdaya ketika menyadari tatapannya itu membuat semuanya terasa nyata. Jiyong memang terluka sedalam itu dan aku benar-benar telah menyakitinya.
Pada akhirnya aku tidak mampu mengelak seperti yang aku pikirkan. Jiyong beranjak dari kursi dan meraih jaket cashmere milikku yang tergantung di depan pintu.
"Bisakah kamu pulang sekarang? Aku sedang ingin sendiri." ujarnya. Aku mengangguk menyanggupi, mengambil barang-barangku dengan cekatan karena ingin cepat-cepat dari sini. Tidak penting seberapa tinggi atap dan seberapa luas apartemen yang kupijak sekarang, namun rasa menyesakkan ini semakin menjadi-jadi begitu ia tahu ternyata kehadiranku disini tidak ia terima.
"Aku pulang ya. Selamat malam." namun ia tidak menjawabku.
Aku baru berjalan beberapa langkah dari pintu itu, tiba-tiba aku merasakan seseorang menggandeng tanganku dari belakang dan itu Jiyong. Sekarang di berjalan disampingku sembari mengantarku sampai ke mobil Jjangmae. Aku hanya bisa meliriknya dengan rasa penasaran, namun ia tidak melihat kearahku sama sekali. Matanya dengan tajam melihat lurus ke depan, sampai ia melihat Jjangmae turun dari mobilnya dan menyapa kami.
"Jiyong-ssi! Kamu seharusnya tidak perlu repot-repot seperti ini." ujar Jjangmae dan membuka pintu untukku. Sekarang aku hanya bisa menatapnya dari jendela mobil. Untuk beberapa saat aku berharap dia melihatku juga, namun ia tidak sekalipun melirik ke arahku. Seperti patung manekin yang biasa kalian lihat di toko pakaian, dia hanya berdiri mematung disana dengan tatapan yang kosong dan hembusan nafasnya yang berat mengingatkanku kalau diluar sekarang dingin sekali.
"Pastikan Dara istirahat yang cukup, dia pasti sangat lelah karena menungguku." lalu ia melirikku dengan tajam untuk terakhir kalinya, "aku hanya melakukan apa yang seharusnya kulakukan. Membuat semuanya terlihat nyata."
***
Tidak terasa sudah seminggu Jiyong meninggalkan negara ini untuk tur dunia. Kemarin aku mengirimkan pesan kepadanya bahwa aku akan mengantarnya, tapi dia memintaku untuk tidak melakukan itu. Padahal aku sangat ingin bertemu dengannya, aku ingin menunjukkan kepadanya bahwa perasaanku itu tulus dan aku akan menunggunya.
Kalau diibaratkan hubungan kami adalah pelabuhan dan kapal, aku menyadari bahwa aku ingin agar Jiyong tetap berlabuh. Namun aku juga harus sadar, Jiyong yang ternyata kapal tentu saja bisa pergi kapan saja, aku tidak akan pernah tahu dengan pasti kemana dan berapa lama, dan apakah ia akan memutuskan untuk singgah di pelabuhan lain. Aku yang bodoh karena ketika ia singgah di pelabuhanku aku lebih memedulikan kapal yang tidak jelas keberadaannya dan sekarang aku yang menyesal. Sekarang aku yang merasa kosong dan sepi karena tidak ada lagi kapal yang berlabuh di hatiku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Get You // daragon
FanficSandara Park dan Kwon Ji Yong, atau kalian lebih mengenalnya dengan Dara 2NE1 dan G-Dragon BIGBANG mengakui pada dunia kalau mereka adalah sepasang kekasih. Kalian tidak salah baca: mengakui. Baik dari agency dan pribadi. Tapi bagaimana kalau sebe...