22: War & Leisure

585 53 11
                                        

Dara tersenyum begitu melihat pesan yang pertama kali ia lihat pagi ini di layar ponselnya: Jiyong sudah boleh pulang ke rumahnya.

"Syukurlah." gumamnya sembari mengetik kata-kata yang sama dan mengirimkannya kepada Manajer Lee, manajer Jiyong yang juga menemaninya selama tiga hari di rumah sakit karena kelelahan pasca tur kemarin.

Dara masih ingat dengan jelas pada hari jadi mereka di 21 November, ia bisa langsung membangkang untuk tidak menuruti permintaan Jiyong yang tidak mau kondisinya sekarang diketahui oleh keluarganya, terutama Ibunya dengan alasan ia tidak ingin membuatnya khawatir. Namun naluri Dara bergejolak saat Jiyong membuat permintaan aneh seperti itu. Ibu seperti apa yang tidak akan sedih kalau anaknya sakit, namun pasti akan lebih sedih lagi kalau harus menjadi orang terakhir yang tahu tentang kondisi anaknya sendiri. Akhirnya ia menghubungi Kwon Dami, kakak perempuan Jiyong untuk memberitahukan kabar ini kepada ibu mereka. Manajer Lee tidak bisa diharapkan lagi karena ia sudah pasti bersekongkol dengan Jiyong, menyukai idenya untuk tidak mengabari ibunya karena akan terlalu ribet untuk melibatkan Nyonya Kwon itu. 

***

"Dami-ssi, ini aku Sandara Park. Sebelumnya maaf karena menghubungimu di jam seperti ini... apa kamu sedang sibuk?" ujar Dara dan melirik jam tangan yang ia kenakan menunjukkan pukul 8 malam.

"Oh, Halo Dara-ssi! Nggak kok, kebetulan aku baru saja menyelesaikan pekerjaanku. Ada apa ya?"

"Begini..." Dara tadinya sedikit segan, namun ia tetap memberitahunya. "Ini tentang Jiyong."

"Memang ada apa dengan adikku? Tadi siang dia mengabariku kalau sudah sampai Seoul. Ia juga bilang mungkin kita nggak akan sempat bertemu karena banyak latihan yang harus ia lakukan di studio..." belum sempat Dara menyelesaikan kata-katanya, Dami sudah mendahuluinya. Ia terdengar terburu-buru dan gugup di waktu yang bersamaan.

"Dia bilang akan sibuk di studio? Tapi hari ini Jiyong dilarikan ke rumah sakit, Dami." Dara berusaha tetap tenang dan merapalkan kamu melakukan hal yang benar berkali-kali dalam hati. Ia takut mengecewakan Jiyong karena tidak menuruti permintaannya, namun ia lebih takut lagi Jiyong akan kehilangan kepercayaan keluarganya.

"HAAAAH? Kok bisa sih? Apa dia baik-baik saja?" seru Dami spontan. Ia tidak percaya karena Manajer Lee tidak mengabarinya, instingnya mengatakan kalau mereka, Jiyong dan Manajer Lee, bersekongkol.

"Memang cuma kecapekan, tapi dia masih harus dirawat intensif untuk tiga hari kedepan, untuk jaga-jaga kalau dia drop lagi."

"Aduh, anak itu, sok-sokan banget sih nggak mau ngasih tau? Malah lebih merepotkan seperti ini karena jadinya kaget-kagetan, 'kan."

"Bahkan tadinya ia memintaku untuk tidak memberitahumu supaya Ibunya tidak khawatir. Tapi sebagai wanita dan juga orang-orang yang sayang sama Jiyong, aku merasa permintaannya terlalu berat untuk dipenuhi. Akhirnya, ya, gini deh."

Dami sempat terdiam ketika menyimak omongan Dara. Ia merasakan ada yang berbeda dari suara wanita yang hanya ia kenal sebagai teman lama Jiyong ini. Terdengar lembut namun getir dalam waktu yang sama, ia terdengar tulus ketika membicarakan tentang Jiyong.

"Terima kasih ya sudah menghubungiku tentang Jiyong yang sakit ini." Dami tersenyum simpul di seberang sana sembari menutup telponnya. "Dara-ssi, kamu bisa diandalkan."

"Ti-tidak, justru aku yang senang bisa memberitahumu, Dami-ssi."

Dara menutup telponnya dengan wajah merah semu. Ia yang tadinya takut melewati batas ternyata melakukan hal yang benar. Ia merasa senang sekaligus lega karena sepertinya ia memberikan kesan baik kepada Dami.

Get You // daragonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang