1

10.7K 380 8
                                    


6.19 AM

Dia berjalan menyusuri taman itu, melihat banyaknya anak kecil yang bermain disana. Dia tersenyum kecil sambil mengingat masa kecilnya yang memuakkan. Dia duduk di kursi taman yang panjang dan berwarna putih. Mengambil handphonenya dan juga headseat dari dalam tas hitamnya. Memasanglan headseat tersebut ke kedua telinga kecilnya. Lagu pun mulai diputar.

"You've gotta let it go, you're losing all your hope. Nothing left to hold, locked out in the cold"
Dia melihat ke arah anak yang sedang bermain dengan orang tua mereka.

"Your painted memories that washed out all the scenes. I'm stuck in between a nightmare and lost dreams"
Dia merasakan sakit yang amat dalam.

"Hey mum, hey dad
When did this end?
Where did you lose your happiness?
I'm here alone inside of this broken home."
Dia kembali terbayang wajah kedua orang tuanya. Terbayang akan pertengkaran mereka mmalam hari itu.

"Hey mum, hey dad
When did this end?
Where did you lose your happiness?
I'm here alone inside of this broken home
Who's right, who's wrong
Who really cares?
The fault, the blame, the pain's still there
I'm here alone inside of this broken home
This broken home"

Dia berhenti.. Mematikan lagunya dan memasukan kembali headset dan juga handphonenya kedalam tas hitamnya. Melihat ke arah jam tangan yang bisa dibilang sangat mahal. "Ah, sudah jam 7 rupanya." Dia kemudian berdiri dan berlari menuju seoklah barunya. Ini adalah hari pertamanya masuk disekolah itu. Hari dimana ia harus bertemu orang-orang baru, tidak ada satupun yang ia kenal di sekolah itu.

Berlari dan terus berlari, sampai akhirnya dia sampai di gerbang sekolah SMA yang terbilang cukup elit di Bangkok. Memasukinya dengan santai. Memandang sekolah itu. Berfikir kenapa Ibunya memasukkan ia kesekolah seperti itu. Yang ia rasa bahwa siswa siswa disana adalah siswa yang sangatlah tinggi, tinggi akan kuasa dan uang.

Ia berjalan menelusuri koridor. Ingin bertanya dimana ruang guru. Tapi keadaan masih sepi. Dia melihat ada 3 sisiwa tinggi yang berdiri di depan sebuah kelas. Ya cukup tinggi dibandingkan dengan tubuhnya yang bisa dibilang "pendek". Dia menghampiri ketiga siswa tinggi itu. "Permisi, boleh saya bertanya" salah satu dari mereka mengangguk, siswa yang paling tinggi diantara ketiga siswa tersebut. "Kalau boleh saya tahu, dimana ruang guru?". "Apa kau murid baru?" Dia mengangguk, lalu siswa tinggi itu menunjukan arah keruang guru dengan tangannya.

Dia meninggalkan 3 siswa tersebut setelah mengucapkan terima kasih. Dan menelusuri koridor lalu belok kanan dan berdiri tepat di depan ruang guru. Dia menghela nafas ini adalah kedua kalinya ia pindah sekolah karna yang pertama adalah waktu SMP dulu. Memegang gangnggang pintu ruang guru dan masuk, memveri wai kepada, yah mungkin guru, yang ada disana. Kemudian salah satu dari mereka bertanya. "Apa kau murid baru itu, yang pindah dari Chiang Mai?" dia mengangguk.

Guru itupun menyuruhnya untuk ke meja milik guru yang berjenis kelamin perempuan itu. "Saya adalah wali kelasmu, panggil saja Bu Godji, sekarang kau bisa duduk disini dulu, nanti ketika bel berbunyi saya akan mengantarmu ke kelas barumu" putus Bu Godji, yang menerima anggukan dari dia dan lalu duduk di kursi yang Bu Godji tunjuk tadi.

Setelah beberapa menit menunggu, bel pun berbunyi. Ia mengikuti Bu Godji keluar dari ruang guru dan bejalan dibelakang Bu Godji. Mengikutinya. Sampai akhirnya ia berdiri didepan sebuah kelas bertuliskan 11-A. Bu Godji masuk ke kelas tersebut, lalu ia pun juga ikut masuk. Dan berdiri di samping Bu Godji.

"Selamat pagi anak-anak. Ini ada murid baru di kelas kalian. Perkenalkan dirimu nak." Dia kemudian memberi wai dan mulai bicara. "Perkenalkan namaku Gun Atthaphan, kalian bisa memanggilku Gun" Semua siswa mengucapkan selamat datang padanya. Lalu Bu Godji menyuruhnya duduk di tempat yang kosong sambil menunjuknya lalu pergi keluar. Gun berjalan menuju tempat duduk tersebut, lalu duduk disebelah seorang siswa yang sedang tertidur.

Siswa yang didepannya, membalikkan badan dan mulai memperkenalkan dirinya. "Hai, namaku Nanon, salam kenal. Kau pindahan dari mana?" Tanya Nanon tanpa basa basi. "Aku pindahan dari Chiang Mai." Nanon menganggukkan kepalanya beberapa kali. "Itu orang yang disebelahmu, dia namanya Chimon, kerjaannya hanya tidur." Ucap Nanon sambil menunjuk Chimon, orang yang duduk dengan kepala yang ditaruh di atas tangan dimeja yang sedang tidur. Gun hanya mengangguk.  

Pelajaran pertama dan kedua pun usai, Gun hanya mengikuti seperti biasa, mendengarkan, mencatat yang perlu dicatat. "Habis ini ke kantin yuk, makan" Gun mengangguk. Beda dengan Chimon, dia masih tertidur dari tadi pagi, belum bangun. Bahkan dia tidak tau kalau disebelahnya ada murid baru, Gun. "Hei, Mon, bangun kau tidak mau makan? Hei..." Nanon memukul-mukul bahu Chimon. Sedangkan Gun sedang memasukkan buku-bukunya de dalam tas hitamnya.

"Huaaahhh... Sudah jam istirahat" Chimon kemudian bangun dan menoleh ke sampingnya, ke arah Gun duduk. "Siapa kau?" Tanya Chimon yang langsung membulatkan matanya. "Dasar, tukang tidur, dia siswa baru disini namanya Gun, pindahan dari Chiang Mai." Chimon mengangguk-anggukan kepalanya, "Owh, perkenalkan namaku Chimon, murid terpintar dikelas ini." Gun hanya tersenyum. "Sombong" ucap Nanon, lalu berdiri dan keluar kelas. Chimon dan Gun juga berdiri dan keluar kelas mengikuti Nanon yang sudah jauh didepan.

"Siapa tadi namamu?" tanya Chimon. "Gun, Gun Athhaphan" jawab Gun sambil berjalan disamping Chimon. "Wah, namamu bagus, setara dengan wajahmu" Gun hanya mengangkat salah satu alisnya, tidak mengerti apa yang dimaksud Chimon. "Ahh, maksudku, kau tampan, kau juga pendek, yang bisa dibilang kau seperti cewek". Gun bingung, itu pujian atau ejekan. "Itu pujian apa ejekan?"

"Bisa dibilang pujian, bisa dibilang ejekan, maaf, aku adalah orang yang tidak bisa menyembunyikan apa yang di otakku, jadi aku bicara blak-blakakan." Gun hanya mengangguk. Setelah sampai di kantin, mereka membeli makan dan makan di sebuah meja kayu yang dicat dengan warna putih. Yang sudah ditempati Nanon dari tadi. Tidak ada yang bicara.

Mereka makan dengan lahapnya, setelah selesai Gun permisi untuk pergi ketoilet, Nanon bertanya apakah dia tahu toilet itu berada. Dan Gun memberi taunya kalau dia tau. Gun kemudian pergi dari kantin itu, Gun tau kalau toilet harusnya belok ke kiri, tapi dia malah belok ke kanan. Menuju belakang sekolah.

Dia melihat tembok besar berdiri. Tingginya sekitar 2,5 meter. Dia berpikir bagaimana cara melompatinya dan lalu mencari tumpuan, yaitu kursi. Setelah menemukan kursi bekas, dia naik kekursi itu, dan berusaha untuk melewati tembok itu. Hingga akhirnya seorang siswa memergokinya.

"Mau kemana kau, bolos?" Gun menoleh, mendapati siswa tinggi itu. Siswa yang tadi menunjukkan arah ke ruang guru. "Hei, teman-teman anak baru dikelas kita mau bolos nih, kalian mau ikut kah?" Dia berteriak, memanggil kedua teman-temannya. Yang masih tertutup oleh tembok, lalu teman-temannya muncul.

"Ide bagus, kita kan belum pernah bolos." Ucap salah satu dari mereka, siswa tinggi yang kulitanya sedikit gelap. Gun tidak menghiraukannya, dia sedang berusaha melompati tembok tersebut dan akhirnya berhasil. Saat di sudah melompatinya, 3 siswa tadi juga ikut melompat. Mengikuti Gun. Gun tidak bicara apa-apa dia kemudian berjalan pergi meninggalkan ketiga siswa tadi.
.
.
.
.
.
TBC

Hai... Author nulis cerita ini itu berdasarkan khayalan author.. Yah bisa dibilang, untuk ngilangin kegabutan karna nggak ada kerjaan. Sebisa mungkin author akan update cepet, tapi tetep UP TO ME.. Terserah Author mau update kapan..

Buat yang udah baca (kalo ada yang baca) makasih ya... Gimana sama ceritanya, kalian penasaran nggak sama siswa tinggi tadi.. Author belum nyebutin nama ketiga siswa tinggi tadi loh... Siapa aja yah... Tunggu buat next chapternya yah.. Kalo ada yang nunggu tapi..

Precious 1 & 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang