13

1.7K 157 8
                                    

Happy reading... Maaf kalo ada typo..

***

"Kok rasanya berbeda Gun? Tidak seperti biasanya, saat kau membawakan bekal untukki dulu.." ucap Oab setelah menelan nasi goreng yang ada di sendoknya, ia teringat dulu saat kelas 10 Gun selalu membawakannya bekal, meskipun selalu berbeda menu, tapi Gun pernah membawakan nasi goreng, dan rasanya berbeda. Meskipun sama sama enak tetapi tetap berbeda.

"Ah, maaf.. Sebenarnya dulu yang selalu membuatkan bekal untukmu bukanlah aku, tapi Maprang." Jawab Gun, dengan suara yang direndahkan, sambil menundukkan kepalanya di depan Oab.

Oab yang mendengar itu hanya terdiam, dan menjatuhkan sendok yang ia pegang. "Ha? Maprang yang membuatkannya untukku? Tapi kenapa selalu kau yang memberikannya padaku?" tanya Oab dengan wajah bingungnya.

"Maprang tidak berani jika ia langsung memberikannya padamu, dan dia menyuruhku." Gun masih tertunduk. Oab hanya menganggukkan kepalanya dan mulai makan lagi. Canggung. Gun dan Oab tidak berbicara. Oab merasa telah dibohongi, selama ini yang ia tau adalah Gun yang selalu membawakannya bekal dulu, tapi ternyata bukan. Ia sedikit kecewa.

Sedangkan Gun, ia merasa bersalah, karena Gun membohongi Oab, mungkin memang ini adalah salahnya, mengapa Oab bisa menyukainya, bukan menyukai Maprang, yang selalu membuatkan bekal untuk Oab. "Maafkan aku Oab" ucap Gun, menetralkan suasana canggung itu.

"Iya Gun, tidak apa. Aku senang aku bisa merasakan masakan yang kau buat sendiri untukku. Terima kasih" Oab menjawab Gun setelah menelan nasi goreng di sendok untuk yang terakhir. Ia kemudian minum air yang disediakan Gun, dan beranjak berdiri.

"Aku berangakat sekolah dulu, sampai nanti Gun." Oab mengambil tasnya dan Gun hanya menganggukkan kepalanya.

Saat berjalan, Oab membalikkan badannya. "Ah, iya Gun. Handphonemu ada di laci kamarku, aku membawanya waktu itu. Jika ada apa-apa hubungi aku." Gun kemudian bertanya.

"Apa kau tidak takut aku akan menelpon polisi atau orang lain dan berusaha kabur.?" Oab tersenyum mendengar itu.

"Gun, aku tau kau tidak akan melakukannya, dan jika iya aku akan tetap menemukanmu." Oab kemudian membalikkan badannya dan berjalan meninggalkan dapur itu, lalu keluar untuk pergi kesekolah.

***

Gun sudah selesai sarapan, ia beranjak dari dapur itu dan duduk di sofa yang ada di ruang tamu rumah Oab. Rumah Oab sangatlah besar untuk di tinggali Oab seoarang diri. Dia melihat beberapa foto yang tergantung didinding rumah itu, foto keluarga Oab. Ayah dan Ibu Oab. Ia melihat betapa bahagianya Oab dalam foto itu, tersenyum lebar tanpa keraguan. Gun memikirkan dirinya sendiri, ketika ia terikat dengan Ayah dan Ibunya dulu. Gun bahkan berpikir, kalau ia tidak mempunyai satupun foto bersama Ayah dan Ibu kandungnya.

Gun kemudian berjalan menaiki tangga untuk ke kamar Oab, tanpa sadari ia mengeluarkan air mata. Sesampainya di kamar Oab, Gun duduk dan tertunduk di atas kasur. Ia mengasihi hidupnya sendiri, mengasihi dirinya sendiri. Ia sudah terlalu sakit saat mengetahui pertengkaran orang tuanya, dan sekarang ia malah tau kalau dia dijadikan bahan taruhan oleh orang yang ia akui, ia sukai. Gun memikirkan dirinya dulu, betapa susahnya ia melupakan tentang kenyataan orang tuanya yang berpisah, tentang kenyataan bahwa Gun harus melihat pertengkaran orang tuanya yang Gun sendiri tidak tau alasannya.

Gun berusaha melupakan itu semua, berkat adanya New yang selalu di sampingnya, New yang selalu mendengar semua isakan tangis Gun, New yang selalu menasehati Gun, New yang selalu ada ketika Gun butuh seseorang untuk berbagi. Gun bisa melakukannya, samapi akhirnya Gun harus pindah dan meninggalkan New. Meskipun ia sering berkirim pesan denga New, tapi ia butuh New sekarang, Ia butuh New untuk mendengarkan isakan tangisnya.

Precious 1 & 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang