Chapter 6 : Become Friend?

586 61 3
                                    

Dengan mata yang masih mengantuk dan sesekali mulutnya menguap, Jisoo melangkahkan kakinya ke luar. Hari ini ia harus berangkat ke kampus, dan entah mengapa matanya sangat tak bersahabat, ia sangat malas hari ini.

Jisoo berhenti di halte bus, ia menunggu cukup lama. Padahal jam masih menunjukan pukul delapan pagi, tapi bus masih belum ada yang datang. Ia berjalan menuju bangku disana, baru akan mendudukan badannya, bus yang ia tunggu datang, Jisoo mengumpat ia kemudian masuk.

Tak begitu lama, bus sudah berhenti di halte depan kampusnya. Ia pun turun dan segera memasuki kampus, hari ini ia ada dua kelas, dan itu membuat harinya menjadi semakin panjang. Kelas pertama akan dimulai sebentar lagi, dan kemudian dosen yang mengajar datang.

Beberapa jam sudah ia di kelas, dengan rasa kantuk yang melanda, setelah keluar kelas matanya kembali segar, entahlah problematika seorang pelajar ataupun mahasiswa selalu begini.

Jisoo melangkahkan kakinya menuju kantin, ia ingin mengisi perutnya dan mengisi daya tubuhnya, karena hari ini akan menjadi hari yang melelahkan walaupun malam ini ia tak bekerja namun karena penambahan jadwal hari ini mungkin akan melelahkan pikirnya.

Ia mendudukan dirinya disalah satu bangku kantin, matanya menelusuri semua yang ada disana dan matanya langsung terhenti pada penjual siomay, dan nasi goreng di sebelahnya. Jisoo kemudian beranjak menuju penjual siomay, namun dari arah samping ada lelaki yang berlari menuju ke arah yang sama juga dengannya, ia hendak menghentikan langkahnya namun badan lelaki itu sudah menubruk Jisoo duluan.

Ia meringis mengelus tangannya, dan sedikit terkejut ternyata yang menabrak adalah orang yang sama yang menabrak dirinya dan membuat bukunya berceceran, siapa lagi kalau bukan lelaki cerewet yang sudah mengusik harinya bahkan mimpinya, Jimin. Jisoo bergidik, tak begitu memperdulikan dan hendak melangkah namun kembali terhenti.

"WOI LO GAK PAPA?"

"MAAF DEH GUE GAK BISA NGEREM TADI."

"LO NYA JUGA SALAH NGAPAIN DI SITU, KAN JADI KETAB---"

Belum sempat menyelesaikan ucapannya, mulut lelaki itu mengatup melihat wajah Jisoo yang sudah tak bisa diartikan. Jisoo menunjuk wajah Jimin dengan tatapan tajam, ia kesal karena lelaki itu malah menyalahkan dirinya. Sudah jelas yang salah disini Jimin, karena berlarian sangat cepat tapi dia malah menyalahkan Jisoo, dasar lelaki menyebalkan.

"Lo nyalahin gue? Bukannya udah jelas tadi kalo lo yang nabrak gue?" Jisoo kembali menunjuk nunjuk wajah Jimin.

"Terus juga, gue tadi udah gak perduli tapi mulut lo tuh emang dasarnya licin, minta di sumpel adukan semen. Pake teriak segala, gak malu lo?" lanjutnya.

Jimin menutup mulutnya dengan kedua tangannya, kemudian menunduk.

"Iya deh gue--" Jisoo mengisyaratkan Jimin untuk diam dan lelaki itu mengangguk.

Jisoo kembali melangkah, ia segera memesan siomay dan nasi goreng. Ia sangat lapar hingga ingin memakan lelaki yang sudah membuat mood nya hampir berantakan. Namun ia lebih mengurungkan niatnya untuk tidak berdebat dengan Jimin.

Ia kembali ke tempat duduknya semula dengan nampan yang sudah terisi penuh oleh makanannya. Ketika sudah duduk alisnya mengkerut melihat Jimin dengan nampannya duduk dihadapan Jisoo, lelaki itu menaik turunkan alisnya sambil tersenyum. Melihat itu Jisoo menatap jengah dan hendak pindah namun tangannya ditahan.

"Disini aja udah, anggep kalo gue gak ada."

Tak ada pilihan lain, ia kembali duduk dan memakan makanannya dengan tenang dan benar-benar tak menganggap bahwa di depannya ada Jimin yang sedang makan dengan sangat ributnya.

Jisoo kembali terusik, tak bisakah lelaki di depannya ini tenang barang sebentar saja? tak hanya mulutnya tapi semua yang berhubungan dengannya itu membuat Jisoo kesal.

"Lo bisa gak sih tenang." Jimin mendengus dan melepas sendok beserta garpu yang berada di tangannya.

"Lo bisa gak sih, gak jutek dan gak selalu marah-marah ke gue?" Jimin berucap dengan suara yang setengah berbisik.

Jisoo tak memperdulikan ucapan Jimin dan kembali memakan makanannya, sedangkan Jimin masih menatap ke arah Jisoo dengan tangan yang sudah dilipat ke dadanya.

Melihat Jimin terus menatapnya, ia menghentikan aktivitas makannya, dan beralih pada lelaki di depannya. Menatap balik mata Jimin dengan tajam.

"Apa?"

"Gini, gue capek liat lo marah-marah terus dan gue capek liat lo jutek mulu."

"Jadi?"

"Lo gak mau kita kenalan dengan baik-baik, terus jadi temen gitu?" Jisoo masih menatap Jimin, sambil menimbang-nimbang apa yang lelaki itu katakan.

"Gak, lo berisik."

Jimin berdecak, jawaban perempuan di depannya ini sangat menyebalkan.

"Gue dari orok udah berisik, jadi gimana?" Dia kembali bertanya dan mengulurkan tangannya.

Setelah berdiam cukup lama, Jisoo menerima uluran tangan Jimin. Dan mengangguk samar, karena ia pun sebenarnya lelah jika harus selalu memarahi lelaki itu.

"Gue Jisoo. Dan lo-"

"Jimin."

Jisoo mengangguk samar."We just friend, ok?" Jimin tersenyum dan mengangguk antusias. Ternyata tak seburuk yang Jimin bayangkan, jika berkenalan dengan Jisoo, pikirnya.

***

Masih ada yang nungguin?

Aku balik lagi. Semoga masih ada yang suka ya sama cerita ini.

My Serendipity; Bobsoo [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang