Bobby tersenyum samar ketika melihat wanita yang duduk disampingnya hanya diam. Ia kemudian berfokus untuk mengemudi kembali.
Setibanya di rumah pun Jisoo tak langsung beranjak dari kursi. Dia hanya memandang kosong kearah depan hingga tepukan pelan di kepala membuatnya tersadar.
"E-eh udah sampe?"
Bobby hanya mengangguk.
"Oke gue keluar ya. Makasih udah dianterin pulang, hati-hati dijalan."
Belum sempat membuka pintu Bobby segera menahan Jisoo untuk diam. Ia kemudian keluar dari mobil dan berlari kecil membukakan pintu untuk Jisoo. Sedangkan Jisoo hanya tersenyum melihat perlakuan yang selalu manis dimatanya. Yah mulai sekarang Jisoo akan mengakui perlakuan Bobby terhadapnya.
"Silahkan princess." Jisoo terkekeh pelan dan segera keluar.
"Bob. As always, right?"
"Anything for you love. if you want anything else I will do it for you."
Jisoo tertegun sesaat mendengar kalimat yang diucapkan Bobby. Bolehkah dia merasa senang mendengarnya? Rasanya bahkan lebih dari senang, ingin sekali Jisoo mendekap tubuh Bobby saat itu juga. Tapi dia tak akan melakukan hal konyol itu, karena dia masih memiliki rasa malu, ingat.
"O-oke kalo gitu gue ma---"
"Gue mau bertamu loh Jis."
Jisoo sedikit terkejut mendengarnya, namun hanya sesaat dan dia kembali biasa saja.
"Y-yaudah lo boleh ma-masuk."
Jisoo merutuki mulutnya sendiri. Mengapa dia malah mempersilahkan Bobby masuk dan parahnya lagi ucapannya benar benar sangat gugup. Demi rumput yang bergoyang Jisoo ingin sekali berlari sejauh mungkin saat itu juga.
***
Jimin melihat semuanya. Ia yang awalnya melihat Jisoo duduk sendirian berniat menghampiri, untuk meminta maaf.
Namun atensi nya teralihkan ketika sebuah mobil berhenti tepat di depan Jisoo. Dan Jimin sudah menebak siapa orang yang mengemudi mobil itu, yah dia Bobby.
Jimin menatap Jisoo sendu, dan ia tak menyangka bahwa Jisoo akan menatapnya balik tapi kemudian dia memutuskan kontak mata dengan Jimin dan menggandeng tangan Bobby lalu mereka masuk mobil yang sama.
Awalnya Jimin tak ingin melihat lebih jauh lagi. Namun rasa tak sukanya benar benar sudah mendarah daging, ia tak ingin melihat Bobby dengan Jisoo tapi rasa penasarannya mengalahkan segalanya.
Dengan kecepatan sedang Jimin mengikuti mobil Bobby dengan jarak yang cukup jauh untuk sedikit bersembunyi dan menyamarkan kecurigaan mereka. Setelah itu mobil berhenti di depan gerbang rumah Jisoo.
Ia melihat Bobby yang membukakan pintu untuk Jisoo ataupun ucapan Bobby yang sangat membuat hati Jimin berasa pecah menjadi beberapa bagian.
Jimin melangkahkan kakinya masuk ketika meraka benar benar sudah masuk kedalam rumah Jisoo. Ia hanya berdiam diri diluar menatap lantai yang sedikit kusam karena debu.
Sebenarnya ia masih bisa mendengar suara suara didalam karena ia yakin keduanya duduk tak jauh dari pintu utama. Setelahnya ia hendak berbalik untuk pulang tapi gerakannya terhenti ketika mendengar Bobby membicarakan sesuatu yang mungkin serius.
"Jis. I will tell you something---
"--Gue gak ngerti gimana ngomongnya. Tapi sejauh perasaan gue ke lo. Sebenernya gue suka sama lo, Ah lebih tepatnya gue jatuh cinta ke lo. Jangan nganggep apa yang gue ucapin itu sebagai angin lalu aja, lo harus tau kalo gue beneran serius. Dari gue berjuang diawal sampe buat permusuhan diantara lo sama Lisa, berjuang nya gue ngalihin semua perhatian lo dari Jimin. Kalo boleh jujur, gue iri sama Jimin karena dia lebih beruntung selalu diutamakan sama lo. Gue pengen kaya dia yang banyak di notice sama lo, gue marah kalo lo lebih perduli sama Jimin tapi gue sadar bukan siapa siapa lo--
"--Dan sekarang. For the first time and I hope this is the last. Would you be my wife, become a pulse for me and become air to breathe me? I hope you say yes to me."
"Once again. Kim Jisoo would you be my wife?"
Jimin menggertakkan giginya. Ia perlahan memegang gagang pintu dan membuka dengan kasar pintu rumah Jisoo. Terlihat dua orang yang sedang berada di suasana tenang mendadak terkejut dengan kedatangan Jimin yang tiba tiba.
Ia bisa melihat tangan Bobby memegang kotak beludru dengan warna maroon, didalamnya terdapat cincin cantik dengan satu permata. Jimin memandang Jisoo dengan tatapan sayu, mulutnya mengatup sempurna dan tak bisa berkata.
Jimin ingin sekali berteriak tak suka, ingin sekali ia berada di posisi Bobby, ingin sekali ia marah tapi kembali lagi siapa Jimin sampai akan melakukan hal seperti itu.
"Jimin lo--"
Belum sempat menyelesaikan ucapannya Jimin pergi tanpa berkata. Ia langsung meninggalkan Jisoo dengan Bobby, dengan mengendarai motor nya dengan kecepatan penuh. Jisoo terlihat ingin menyusul namun tangan Bobby menghalanginya.
"Bob, Jimin--"
Bobby melepaskan genggamannya pada Jisoo, dia sudah mengerti jawaban Jisoo dan hendak berdiri tapi Jisoo segera menggenggam balik tangan Bobby.
"I will be here for you. but I can't answer it now, so please give me time."
Bobby berbalik dan tersenyum samar. Dia mulai mendekat pada Jisoo, mulai mengikis jarak diantara mereka. Tanpa meminta Bobby langsung mendekap tubuh Jisoo.
Dia tak ingin kehilangan Jisoo. Sepanjang kehidupannya dia baru menemukan sosok yang bahkan memenuhi kriteria sempurna nya. Jisoo terlampau sempurna namun Bobby ingin memiliki Jisoo seutuhnya.
***
Yahh pendek wkwk.Sampai jumpa di chapter selanjutnya ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Serendipity; Bobsoo [Completed]
FanfictionHanya karena kebetulan yang menyenangkan, sebuah perjuangan dan sebuah perasaan akhirnya mendapat pengakuan. Start : [01.04.2019] End : [16.10.2019]