Chapter 4 : Nightmare

758 89 0
                                    

Sekarang Jisoo sudah ada di rumah, membaringkan tubuhnya diatas ranjang tercinta. Ia sudah bisa pulang karena perdebatan kecil antara ia dan lelaki bernama Bobby itu.

Jika ia terus menuruti tawaran Bobby, entahlah kapan ia akan sampai rumah.

Jisoo melihat jam yang menempel pada dinding kamarnya, hari ini ia masih harus bekerja di club milik June. Karena hari ini terakhir, ya terakhir karena ia hanya bekerja dua malam saat esoknya libur saja.

Ia mengambil pakaiannya, dan segera masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Walau jam masih menunjukan pukul sembilan malam yang artinya club masih belum terlau ramai, tapi ia lebih baik datang ketika tempat hiburan malam itu sepi bukan, dari pada datang ketika ramai. Setelah selesai, Jisoo mengambil sling bag yang biasa ia pakai, kemudian keluar memesan taksi online dan tak butuh waktu lama taksi pun datang. Dengan kecepatan sedang, taksi itu mengantar Jisoo pada club milik June dan ia segera masuk lalu berganti pakaian.

.

.

.

Bobby, lelaki itu sedang duduk di sofa apartemennya. Sekembalinya ia mengantar Jisoo, Bobby tak berhenti tersenyum dengan sekali kali matanya ia tutup dan menyandarkan kepalanya pada sofa.

Hari ini ia sangat senang, bagaimana tidak? Bobby bisa jalan berdua dengan wanita yang ia temui di bar milik sahabatnya itu, walau hanya kebetulan karena tujuan awalnya ia hanya ingin membeli cemilan tapi ternyata Tuhan sedang berbaik hati dan mempertemukan nya dengan Jisoo yang sedang belanja di salah satu swalayan.

Malam nanti Bobby berniat mampir kembali ke club milik June, ia masih ingin mengetahui lebih banyak tentang Jisoo. Sungguh baru pertama kali ia merasa begitu memperdulikan kehidupan orang lain.

Sedang asyik melamun ia dikejutkan dengan panggilan yang masuk ke ponsel miliknya, disana tertera nama Lisa dan ia langsung menerima panggilan tersebut.

"Hallo!"

"Dari pagi lo kemana aja?"

"Gue abis ketemu calon jodoh."

"Balik ke kantor gak lo, disini sibuk. Malah enak enakan dirumah."

"Males, abis ini gue mau ke club June."

"Papah lo kewalahan noh, balik kesini soalnya ada meeting dadakan."

Bobby memutuskan sambungan secara sepihak, ia menyandarkan kepalanya lagi. Padahal jam sudah menunjukkan pukul sembilan namun perusahan ayahnya masih mengadakan meeting, kantor macam apa pikirnya.

Ia segera mengambil jas nya tanpa menganti pakaian, dan segera keluar menyalakan mesin mobilnya dan meluncur ke perusahaan milik ayahnya. Sepertinya malam ini akan menjadi malam yang panjang, dan ia juga tak bisa mampir ke club untuk bertemu Jisoo. Sayang sekali pikirnya.

.

.

.

Club milik June sudah ramai setelah dua jam berlalu, bahkan Jisoo sudah hilir mudik meracik minuman sejak tadi.

Ia sekarang sudah duduk, menunggu tamu lain yang mungkin akan memesan minuman di meja depan. Matanya tak henti mengikuti semua orang disana, memikirkan tentang semua orang yang lebih bersenang senang di tempat sumpek seperti ini dari pada kamar yang tenang.

Jisoo menggeleng membuyarkan pikirannya, lalu matanya memicing melihat lelaki yang sempat membuatnya kesal di kampus. Lelaki yang diketahui bernama Park Jimin itu melangkahkan kakinya menuju meja bar depan, dia sepertinya sedang mencari bartender dan mau tak mau Jisoo harus keluar menampakan dirinya.

"Hoi, bocah dilarang masuk club." lelaki itu membulatkan matanya terkejut, tak percaya jika akan bertemu dengan Jisoo disini. Hingga dia tak bergeming.

Jisoo melambaikan tangannya di depan wajah lelaki tersebut, sampai lelaki itu mengedipkan matanya berkali kali dan tersadar.

"Pulang lo sana, bocah dilarang masuk." Jisoo menunjuk peringatan yang ada di depan pintu masuk club.

"Nama gue Jimin bukan bocah, gue udah tua lah."

"Tapi lo keliatan bocah banget kalo masuk sini, muka lo, badan lo. Ah mending lo tidur dirumah." ucap Jisoo, lagi.

"Bukan gue yang kaya bocah, mereka nya aja yang terlalu tua dan terlalu tinggi. Gue sama lo aja masih kecil lo, gue gak pendek please." sambil menghentakan kakinya ke lantai.

Jisoo merotasikan matanya malas, lelaki ini kalau sudah berbicara tak bisa singkat, mulutnya memang benar benar cerewet. Jisoo bingung masih ada saja lelaki modelan seperti ini pikirnya.

Dia akhirnya diam, meminta Jisoo meracik minuman untuknya dan menenggak minuman itu. Baru beberapa gelas Jimin sudah mabuk, meracau tak jelas.

"BUNDAA.."

"AKU KETEMU SAMA CEWEK JUTEK, MASA DIA BILANG AKU PENDEK."

"TAPI DIA CANTIK, GIMANA KALO AKU SAMPE SUKA SAMA DIA."

Jisoo yang mendengar racauan Jimin hanya membulatkan matanya sambil menggelengkan kepala, dalam keadaan apapun lelaki ini memang sangat cerewet, hingga membuat Jisoo mengelus telinganya pelan.

Ia membasahi telapak tangannya dan sengaja mengenai wajah Jimin hingga sang empunya mengerjapkan mata, kemudian sadar namun tak sepenuhnya.

"APA NIH MUKA GUE BANJIR."

Jimin berteriak namun teriakkannya masih kalah dengan suara musik di tempat itu, tapi walupun begitu teriakkannya masih terdengar di telinga Jisoo. Ia kembali membasahi wajah Jimin dan mengguncang bahunya pelan.

"WOI, NGAPAIN SIH."

"GUE MAU TIDUR."

"JANGAN BERISIK."

Tak mengindahkan teriakan lelaki itu, Jisoo berlari ke belakang, dan tiba tiba-

DUKK-!

Jisoo mengelus kepalanya yang tak sengaja membentur tembok yang dijadikan sandaran untuk kepalanya. Jisoo melihat sekeliling, ia masih berada ditempat yang sama ketika ia menunggu club yang masih sepi.

Tunggu? Apa yang barusan terjadi, ia bermimpi atau-? Sungguh ia sangat bersyukur jika itu hanya mimpi belaka, tapi semuanya tampak nyata untuk Jisoo.

Ia kembali mengingat tapi tak bisa, hingga tepukan pelan mendarat di bahunya.

"Jis, lo udah bangun? tadi gue mau bangunin lo tapi gak tega." ucap salah satu pramusaji disana.

Jisoo menghela nafas lega, ia berulang kali mengelus dadanya. Ia benar benar bermimpi dan lebih dari seribu manusia mengapa ia harus memimpikan Park Jimin si lelaki cerewet itu. Bahkan di mimpi pun Jimin sama saja, berisik dan selalu membuat Jisoo kesal.

Sepertinya lelaki itu memang benar benar mimpi buruk untuk Jisoo.

***

JANGAN LUPA VOMMENT YA KAWAND 💛

My Serendipity; Bobsoo [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang