Chapter 2 : Bad Fortune

1.1K 102 7
                                    

Hangatnya mentari sudah menyambut wanita dengan wajah cantik dan tatapan hangat yang masih tertidur, ia tak terusik. Yang kemudian melenguh dan mengejapkan matanya.
Ia menggeliat, meregangkan badannya yang terasa masih kaku khas orang bangun tidur.

Jisoo, wanita itu berjalan untuk mencuci mukanya. Karena hari ini kuliahnya ada kelas, jadi ia harus membereskan rumah terlebih dahulu sebelum berangkat.
Ia mulai membereskan rumahnya dari mencuci piring, menyapu lantai, mengepel, dan mencuci bajunya.
Ia tinggal sendiri dirumah yang cukup besar ini, karena orang tuanya entah kemana. Jisoo mempunyai keluarga yang tak utuh, ayahnya hilang tak ada kabar sedangkan ibunya? Sudah bahagia dengan keluarga barunya dan meninggalkan Jisoo sendiri.

Setelah selesai ia segera membersihkan dirinya. Ia menggunakan kaos berwarna putih yang dipadukan dengan jeans juga tak lupa cardigan.
Ia berjalan keluar rumah menuju halte, karena memang Jisoo selalu berangkat menggunakan bus.

Bus yang ditunggu Jisoo akhirnya datang dan ia masuk, di perjalanan ia hanya termenung melihat kendaraan dari jendela busnya. Lalu tiba tiba ada seseorang yang menepuk bahunya.

"Hei, kok sendiri aja?" tanya orang yang duduk disampingnya, namun Jisoo hanya menautkan alisnya bingung, kemudian mengangguk.

"Lo kuliah di kampus depan itu ya?" tanyanya lagi sambil menunjuk keluar jendela, dan Jisoo kembali mengangguk.

Sedangkan yang bertanya sudah menghela nafas. Mengelus dadanya perlahan, harus banyak sabar karena wanita disampingnya ini sangat cuek.

Setelah itu bus berhenti di depan halte kampus tempatnya kuliah.

"Awas gue mau turun." ucap Jisoo berjalan keluar bus dan masuk kedalam area kampus.

Jisoo berjalan semakin cepat, ia merasa seseorang mengikutinya. Dan setelah itu ia berhenti mendadak membuat lelaki yang mengikutinya menubruk badannya.
Ia mengeraskan rahangnya karena buku yang dibawanya jatuh berceceran.

"Lo ngapain ngikutin gue sih?" ucapnya sambil memungut bukunya.

"Biar gue bantu." Namun segera ditepis oleh Jisoo.

Ia kembali berjalan menuju kelasnya namun ditahan oleh lelaki itu dan Jisoo kembali menepis. "Tunggu."

"Apaan sih risih gue, mending lo balik ke habitat lo deh."

"Anjir, dikira gue hewan apa ya."

Jisoo tak memperdulikan lelaki di depannya dan kembali berjalan, tapi memang dasarnya batu lelaki itu terus menerus mengekor.

"Lo udah kaya kucing yang lagi nyari ibunya tau gak." ucap Jisoo.

"Abis lo nya jutek banget, gue cuman pengen nanya. Ruang kepsek dimana?" tanya lelaki itu.

Jisoo menghela nafas panjang. "Kenapa lo gak bilang dari tadi kadal." ucapnya.

"Ya abisnya-"

Belum sempat melanjutkan ucapannya, tangan Jisoo sudah membungkam mulut lelaki ini. Ia sangat risih karena mulut lelaki di depannya ini begitu cerewet.
Setelah melepaskan tangannya, ia memberi tahu arah ruang kepsek dan kembali berjalan.

"Tunggu."

Namun ia tak mempedulikannya dan semakin memperlebar langkahnya, sampai ia melupakan bahwa lelaki tadi memang batu.

"WOI, BELUM KENALAN-"

"NAMA GUE, PARK JIMIN." teriaknya.

Jisoo menutup telinganya, dan mempercepat langkahnya hingga berhenti di belokan koridor, karena suara lelaki yang bernama Park Jimin masih terdengar.

My Serendipity; Bobsoo [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang