Chapter 8 : Secret Admirer?

482 58 3
                                    

Jisoo bangun sedikit terkejut ketika mendengar bel rumahnya berbunyi dan pintu rumahnya di ketuk, ia melihat jam yang berada di meja kecil. Masih terlalu pagi untuk bertamu, ia kemudian menuruni tangga dan membuka pintu. Jisoo menatap bingung melihat orang yang membawa sebuket bunga dengan senyum manis terpatri di wajahnya.

Si pengantar bunga itu menyerahkannya pada Jisoo dan hendak pergi namun ia segera menghentikannya dan bertanya.

"Mas, gak salah rumah?" si pengantar hanya menggeleng, kemudian memperlihatkan secarik kertas yang bertuliskan alamat rumahnya. Memang benar itu alamat rumahnya tapi siapa yang mengirim bunga ini untuknya.

Jisoo kembali bertanya siapa orang yang mengirim tetapi dia hanya menggeleng tak tahu, lalu menyuruh Jisoo melihat sendiri pada surat yang digantung bersama buket tersebut. Kemudian si pengantar melenggang pergi meninggalkan Jisoo dengan segala kebingungannya.

Jisoo kemudian masuk, melihat-lihat kembali bunga mawar yang sedang ia pegang. Memeriksa apakah terdapat hal-hal mencurigakan ataukah bunga cantik itu sudah disemprot racun, pikirnya. Tak ada yang mencurigakan, dan matanya beralih pada surat kecil dengan kertas berwarna merah muda, ia kemudian mengambil dan membacanya.

"Selamat pagi, semoga hari ini menyenangkan. Jangan lupa sarapan, dan jangan lupa tersenyum. Tak apa sesekali tersenyum pada orang, sebab senyum mu manis." --J

Jisoo mendengus, bahkan di surat ini pun tak tertulis nama seseorang dengan benar hanya inisial dengan huruf J. Dia pikir di dunia ini yang berinisial J hanya dia seorang? nama Jisoo pun berawalan dengan huruf yang sama dan seseorang yang baru ia kenal pun berawalan sama.

Tunggu? Jisoo kembali memutar otaknya atas kata hatinya sendiri. Ia bergumam siapa? seseorang yang baru ia kenal, itu berarti si lelaki cerewet itu? Ah tidak mungkin dia mengirim yang seperti ini, dia masih terlihat seperti bocah walau ia tahu Jimin sudah dewasa.

Akhirnya Jisoo tak begitu ambil pusing, ia meletakan bunga itu di meja. Mengambil vas yang sudah terisi air dan memindahkan bunga itu ke vas dan meletakkannya kembali pada meja, sebenarnya bunga akan terlihat lebih indah ketika ia mekar ditempat yang seharusnya. Tapi Jisoo bisa apa, toh ia tak meminta bunga ini sampai ke rumahnya.

Ia kembali naik ke kamarnya dan melihat ponselnya berdering, ia segera mengambil dan mengangkat telfon itu.

"Apa?"

"Lo ada dirumah?"

"Yah, kenapa?"

"Gue kesana, Bye."

Jisoo memutar bola matanya, kebiasaan sahabatnya jika menelfon. Selalu memutuskan secara sepihak sebelum ia berbicara.

Ia membereskan kamarnya dan bergegas mandi, karena si perusuh itu akan berkunjung. Tapi percuma juga ia membereskan kalau nanti dibuat acak-acakan lagi oleh Lisa, ya sudahlah tak apa.

Cukup lama Jisoo dikamar mandi, akhirnya ia keluar. Rumahnya masih sepi, seperti tak ada tanda tanda kehidupan lagi selain Jisoo. Ia kemudian melangkahkan kakinya keluar kamar dan terkejut mendapati Lisa yang sudah duduk di sofa dengan tv menyala dan tak lupa banyak cemilan di meja yang berceceran.

Jisoo menepuk kening nya, menghampiri Lisa yang masih di posisi awal menatap benda persegi, tak terusik dan kemudian menoleh dengan satu cengiran yang membuat Jisoo ingin menendangnya ke planet lain.

"Kebiasaan buruk, emang gak pernah ilang." Jisoo menggelengkan kepalanya.

Lisa terkekeh dan setelah melihat Jisoo mendudukan badannya disamping Lisa, dia menghambur memeluk Jisoo dan merengek seperti anak kecil.

"Jisoo.."

Jisoo berontak dan meminta Lisa untuk melepaskan pelukannya, karena Lisa yang memeluknya dengan erat dan menggoyang goyangkan pelukannya sehingga ia hampir tak bisa bernafas.

"D-dia udah buat hati gue sakit."

Ia menatap Lisa dan berpikir sejenak, kemudian ia meminta Lisa menjelaskan maksud ucapannya.

"Dia udah suka sama orang, hati gue sakit banget karena dia ngomong di depan mata gue kalo dia jatuh cinta sama orang lain, bukan sama gue Jis."

"Lo tau? Dia cerita dengan mata berbinar. Beruntung banget gak sih orang yang dicintai sama dia, tapi yang bikin gue takut katanya dia ketemu di club. Gue takut aja kalo dia suka sama jalang." lanjutnya.

Jisoo menautkan alisnya mendengar club yang diucapkan sahabatnya ini, tapi kemudian tak mengindahkan dan lebih memilih tak acuh.

"Oh ya ngomong-ngomong, lo tumben beli bunga sebanyak ini?"

Jisoo hanya menggeleng, karena memang bukan dirinya yang membeli dan ia mengatakan bahwa ada orang yang sedang berbaik hati mengirimnya bunga.

"WHAT? GIMANA GIMANA?" Lisa berteriak sampai membuat Jisoo menutup telinganya.

"Gue gak beli, ini gue dikasih."

"DEMI APA!? JISOO YANG JUTEK DAN PUNYA AURA KAYA MACAN ADA YANG NGIRIM BUNGA?" teriak Lisa masih tak percaya dengan kenyataan yang ada.

"LO TAU SIAPA ORANGNYA?" Jisoo hanya menggeleng.

"WAH! ITU SIH LO PUNYA PENGGEMAR RAHASIA DONG. AH ASIKNYA, JADI KEPO. NTAR KALO UDAH KETEMU KENALIN OK?" ucap Lisa sambil mengedipkan sebelah matanya dan dihadiahi Jisoo pukulan pelan pada lengannya.

Jisoo akhirnya tertawa melihat sang empu mengaduh kesakitan. Tentang kiriman tak terduga ini, sebenarnya ia pun masih penasaran tapi mau bagaimana lagi ia saja tak tahu menau jadi lebih baik Jisoo simpan dulu rasa penasaran itu.

***

SAMPAI JUMPA DI NEXT CHAPTER 💛

My Serendipity; Bobsoo [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang