[6]

120 23 0
                                    

Ey benar-benar sangat lelah sekarang. Ey sudah berada diatas kasur yang benar benar sangat nyaman. Siapapun yang berani mengganggu Ey, tidak akan segan untuk Ey unyel-unyel dia sampe jadi lemper.

Tiba-tiba

“Ey turun, ini Mama udah buatin sup kesukaan kamu. Kamu belum makan dari pagi, ayo cepet turun” Ariya berteriak dari dapur yang ada dibawah, walau jaraknya cukup jauh, namun suara Ariya dapat terdengar jelas oleh anak bungsunya itu.

"Gue bener-bener bakal lakuin apa yang tadi gue bilang kalo itu bukan Mama."
Ey menahan kesal yang luar biasa, tidak bisakah orang-orang membiarkannya istirahat?

Dengan kesal Ey turun dari kasur dan keluar menuju dapur, dengan langkah yang lesu Ey menghampiri Mamanya yang sudah duduk dimeja makan. “mah, emang gabisa ya makannya nanti malem aja? Ey bener-bener cape hari ini, Ey mau bobo aja”

“kalo supnya dibiarin lama, nantinya jadi gaenak. Lagian kalo malem kan kamu jarang ada dirumah.” Ariya berbicara sambil mulai makan.

Ey hanya mendumel dalam hati, “eh mah, inget ya kalo kejadian 9 tahun yang lalu itu bukan salah mamah. Mama gaboleh terus-terusan ngebiarin Papa nyakitin Mama. Kalo Papa berani nyaitin Mama lagi, Ey bener-bener gaakan diem.”

Ariya hanya diam tidak menanggapi ucapan Ey, dia tidak mau mengungkit kejadian itu lagi yang membuatnya semakin merasa bersalah. “udah Ey, gabaik kalo makan sambil bicara.”

Ey tau kalo Mama sedang menghindari topik pembicaraan.

Mungkin mama masih merasa bersalah

°°°

Malam tiba. Ey sudah berada diatas jembatan.

Ey memandang pemandangan lampu-lampu malam yang berasal dari gedung-gedung.

Dulu tepatnya 9 tahun yang lalu, yang Ey kecil lihat dari atas jembatan ini adalah pemandangan lampu-lampu indah yang berasal dari rumah-rumah, berbeda dengan sekarang yang tidak begitu indah karena sudah dipenuhi gedung-gedung bertingkat.

Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu, ternyata sudah lama Ey menunggu penolongnya datang. Sampai sekarang Ken belum pernah datang dihadapan Ey.

Memang apa yang Ey lakukan setiap malam diatas jembatan ini jika bukan untuk menunggu Ken kembali.

Ey bahkan masih percaya kepada kekuatan bunga dandelion yang Ken bilang. Apa Ken benar-benar tidak akan kembali?

“ah kamu pasti datang Ken, Ey percaya itu. Sama kaya Ey percaya sama keajaiban bunga dandelion.”

Ey masih setia memandangi pemandangan malam dengan sebatang bunga dandelion ditangannya. Saat Ey menyadari bahwa malam sudah larut, Ey segera meniup bunga itu sambil membuat permohonan.

jika laki-laki misterius itu adalah pelindungku, maka aku ingin menemuinya dan berterimakasih padanya. Semoga aku cepat bertemu dengannya.

Setelah itu, Ey pergi meninggalkan jembatan berharga yang telah mempertemukannya dengan sosok orang yang istimewa.

°°°

Sebelum pulang Ey mampir ke Supermarket dulu, karena stok eskrim dirumahnya sudah habis, Ey pergi untuk membeli eskrim kesukaannya.

Setelah membayar dan keluar dari Supermaret, Ey duduk didepan Supermarket untuk menghabiskan eskrim, karena menurut Ey jika makan eskrim sambil berjalan itu tidak akan enak.

Walaupun padahal rasanya sama saja, toh eskrim mangga jika dimakan sambil jalan tidak akan berubah menjadi rasa pisang.

Namun Ey tetaplah Ey, dia memang manusia aneh.

Sambil memakan eskrim, Ey memandang jalan yang sepi karena jam sudah menunjukan pukul 21:25.

Ini memang belum tengah malam, tapi jalanan tampak sepi malam ini. Hanya ada beberapa kendaraan yang berlalu lalang.

Tanpa diduga-duga, ada seseorang yang tidak asing melintas didepan Ey.

Orang itu. Dia, orang misterius yang memakai pakaian serba hitam, dia juga memakai sepatu hitam. “apa yang harus gue lakuin? Kalo gue teriak manggil dia, pasti dia bakalan lari lagi kaya tadi siang, gue lagi males buang-buang energi. Apa gue ikutin aja ya? Kalo pelan-pelan dia pasti gaakan lari.” Ey berjalan meninggalkan supermarket dan mulai mengikuti orang itu.

Beruntungnya Ey memakai switer yang memiliki penutup kepala, jadi Ey bisa sedikit menyembunyikan kepalanya.
“kalo gue udah deket banget sama dia, baru gue tangkap.” Ey berbicara sangat pelan karena takut terdengar oleh orang tersebut.

Ini adalah jalan ke rumah Ey, apa dia satu perumahan sama Ey?

Saat tiba di pertigaan antara blok a dan blok b, orang itu tiba-tiba menghilang.

Padahal Ey berada tepat dibelakangnya, namun memang sedikit jauh karena langkah orang itu terlalu besar membuat Ey susah untuk menyusulnya, “ko bisa gue kehilangan dia lagi, padahal itu bener-bener kesempatan buat gue tau siapa dia sebenernya.” Ey merasa kesal sendiri karena tidak berhasil menangkap laki-laki misterius itu.

“mending gue pulang, udah deket ini sama rumah.” Ey berjalan ke arah blok b untuk pulang.

Setibanya dirumah, Ey melihat sepatu, dan ternyata ada Papanya yang sedang berdiam diruang tamu.

Ey mengabaikannya dan pergi ke atas untuk tidur, namun tiba-tiba Papanya bersuara membuat langkah Ey berhenti.

“Darimana kamu Elena? Malam-malam begini keluyuran sendirian. Kamu itu perempuan, gapantes pergi malam-malam.” Bima, Papanya Ey berbicara sedikit berteriak.

Ey benar-benar sangat kesal kepada Papanya, sajak kapan ia peduli jika Ey pulang malam. Bahkan Ey tidak pulang saja Papanya tidak akan maencarinya.

Kesambet apa dia, heran.

“bukan urusan Papa.” Setelah mengatakan itu, Ey pergi ke kamarnya dan membanting pintu dengan keras.

Ey benar-benar tidak habis pikir dengan Papanya, bahkan pulang ke rumahpun jarang apalagi memperhatikan Ey. Dan malam ini, dengan seenaknya dia marah-marah tidak jelas karena Ey pulang malam, emang apa pedulinya.

Ey kemudian menjatuhkan badannya ke tempat tidur, daripada memikirkan Papanya, lebih baik mengistirahatkan pikiran dan badannya karena telah melewati hari-hari yang menguras tenaga.

Semoga kita cepat bertemu, orang misterius

°°°

jangan lupa vote^^ makasiii

-Darra ayuwandira

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang